Minggu, 21 Mei 2017

KEUTAMAAN I'TIKAF RAMADHAN DI MASJIDIL HARAM

*KEUTAMAAN I'TIKAF RAMADHAN DI MASJIDIL HARAM*

Berbahagialah yang mendapat kesempatan I'tikaf Ramadhan di Masjidil Haram.
Dan seyogianya lah setiap Muslim memohon kepada Allah untuk Memberikan kesempatan baginya untuk beri'tikaf di Masjidil Haram. Setiap tahun, setiap 3 tahun atau minimum sekali dalam seumur hidup.
Kenapa? Karena besarnya pahala beri'tikaf di Masjidil Haram yang tidak dapat ditandingi oleh tempat manapun apalagi dilipatgandakan karena dilakukan di bulan Ramadhan. Dan jangan lupa masih ada satu lagi yg akan melipatgandakan pahala yg sudah berlipat-lipat tadi yaitu Lailatul Qodar. MaasyaaAllah!!!

Masih belum yakin? Yuk kita lihat. Jika kita beri'tikaf Ramadhan di Masjidil Haram minimal kita akan melakukan Ibadah:

*1. Melaksanakan Sunnah Nabi berziarah ke Masjidil Haram dan Masjid An Nabawi.* Menziarahi kedua Masjid  tersebut adalah bagian dari Sunnah seperti disampaikan dalam hadits:

لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ: مَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِى هَذَا وَالْمَسْجِدِ الأَقْصَى

"Tidak diikat pelana unta kecuali untuk menuju tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjidku ini dan Masjidil Aqsha". (Mutafaqun 'alaihi)

*2. Umrah di bulan Ramadhan.* Karena sunnahnya setiap yg berziarah ke tanah suci Makkah maka diutamakan baginya untuk melakukan Umrah. Dan pahala Umrah Ramadhan adalah setara dengan Haji bersama Rasulullah:
فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

"Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku" (HR. Bukhari no. 1863).

Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Yang dimaksud adalah umrah Ramadhan mendapati pahala seperti pahala haji. Namun bukan berarti umrah Ramadhan sama dengan haji secara keseluruhan. Sehingga jika seseorang punya kewajiban haji, lalu ia berumrah di bulan Ramadhan, maka umrah tersebut tidak bisa menggantikan haji tadi." (Syarh Shahih Muslim, 9:2)

*3. Thawaf di Baitullah.* Tidak ada tempat lain yg boleh dilaksanakan Thawaf kecuali di Baitullah. Dan pahala Thawaf sangatlah besar, sebesar pahala membebaskan budak. Kalau mau hitung hitungan, harga budak di zaman Rasulullah sekitar 50-80dinar. Anggaplah 50 Dinar. 1 Dinar adalah 4.25gr emas. Saat ini 1 Dinar setara Rp2jt. Jadi membebaskan budak setara dengan infaq kl 100jt. Itu satu kali Thawaf. MaasyaaAllah!!

"Barangsiapa berthawaf di Baitullah & mengerjakan shalat dua rakaat, maka pahalanya seperti membebaskan seorang budak."
 [HR. ibnumajah No.2947].

*4. Pahala Shalat dilipatgandakan 100ribu kali.* Dan bagi yg I'tikaf di Masjidil Haram, paliing minimum dalam sehari ia shalat 50rakaat, 17 rakaat Shalat Fardhu, 33 Rakat Qiyamullail (Tarawih). Belum lagi shalat fardhu nya selalu berjama'ah, 27x lipat dibanding shalat sendiri. Juga shalat lainnya, Sunnah Rawatib, Dhuha, Isyraq, Tahiyyatul Masjid, Tasbih, Shalat Thawaf, Syukrul Wudhu, Istikharah, dan tentunya shalat Mutlaq yg tidak dibatasi jumlahnya.

"Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih baik 1000 shalat di masjid lainnya kecuali Masjidil Haram. Shalat di Masjidil Haram lebih baik 100.000 shalat di masjid lainnya." (HR. Ahmad 3/343. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

*5. Amal shaleh lainnya juga dilipatgandakan di tanah suci.* Jadi baca Qur'an kita, sedekah, memberi makanan berbuka, dzikir pagi petang, doa, membantu orang dan amal shaleh lainnya dilipatgandakan pahalanya selama kita beri'tikaf di Masjidil Haram.

Syaikh 'Abdul 'Aziz bin Baz rahimahullah berkata, "Amalan lain selain shalat tetap berlipatganda pahalanya di tanah Haram. Akan tetapi tidak disebutkan bilangan tertentu. Yang dinyatakan berlipatnya pahala dengan disebutkan bilangan hanyalah pada amalan shalat. ... (Majmu' Fatawa wa Maqolaat, 17/198)

*6. Pahala dilipatgandakan seperti ibadah 1000 bulan di Lailatul Qodar.* Dengan I'tikaf setiap malam pantaslah seorang yg beri'tikaf berharap mendapatkan Lailatul Qodar. Tidak masalah turunnya di malam ke berapa karena setiap malam ia memang beri'tikaf mengharap datangnya Lailatul Qodar. 

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Malam kemuliaan (Lailatul Qodar) itu lebih baik dari seribu bulan. 
(QS.97:3)

Malam tersebut lebih baik daripada seribu bulan yang setara dengan 83 tahun. Mujahid rahimahullah mengatakan, "(Keutamaan) Lailatul Qadr lebih baik daripada keutamaan seribu bulan yang di dalamnya tidak terdapat Lailatul Qadr." Perkataan serupa diucapkan oleh Qatadah, Asy Syafi'i dan selainnya.

Jadi kita beribadah di malam tersebut dihitung seolah-olah kita beribadah lebih dari 1000 bulan. Bagi yg beri'tikaf di Masjidil Haram, di malam Lailatul Qadar minimum ia mengerjakan Shalat Maghrib, Isya dan Qiyamullail Lail 33 Rakaat atau kalau ditambah Sunnah lainnya: 2 Rakaat Qobla Maghrib, 3 Rakaat Maghrib, 1 rakaat shalat Jenazah, 2 Rakaat bada Maghrib, 2 Rakaat Qobla Isya, 4 rakaat Isya, 1 shalat Jenazah, 2 rakaat bada Isya, 33 Rakaat qiyamullail. Total 50 rakaat. Dikali 100ribu, maka setara 5juta rakaat di malam itu. Sehingga seolah-olah kita *Shalat 5juta rakaat selama 83 tahun.* Allaahu Akbar !!!! 
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

Semoga Allah Memberikan Kesempatan kepada kita beri'tikaf di 10 malam terakhir Ramadhan setiap tahun di Masjidil Haram.

~ ® ~