Rabu, 25 Oktober 2017

Jadilah Mu'min yang Kuat


عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ، اِحْـرِصْ عَـلَـى مَا يَـنْـفَـعُـكَ وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـزْ ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, Seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.



Arti Mu'min yang kuat:
Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan: imannya, tubuhnya, dan amalnya
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as Sa'di: Yaitu orang yang kuat Imannya. Orang yang menyempurnakan dirinya dengan 4 hal:
1) Ilmu yang bermanfaat
2) Beramal shalih
3) Saling mengajak kepada kebenaran
4) Saling menasihati kepada kesabaran

Di dalam al-Qur'an ditemukan beberapa makna al-qawi (kuat), di antaranya:
Pertama, Kekuatan fisik, seperti disebutkan dalam surat ar-Rum [30]: 54
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Artinya: "Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa."

Dua, kekuatan tekad dan iradah, seperti disebutkan dalam surat al-Baqarah [2]: 63
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُوا مَا ءَاتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُوا مَا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: "Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa"."
Kata quwat dalam ayat di atas bermakna tekad. Sebab, salah satu sikap bani Israel yang selalu dicela Allah, bahwa mereka tidak pernah memiliki ketuguhan hati dan tekad dalam menjaga dan memenuhi janji yang telah mereka buat. 
Dengan demikian, seorang mukmin yang kuat tekad dan kemauannya adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah tekad dan kemauannya. Sebab, seorang yang memiliki keteguhan tekad bisanya kan menjadi orang yang sabar dan optimis. Dan tentu saja seorang hamba yang memiliki kesabaran dan optimisme yang lahir dari kekuatan tekad, lebih disukai dan dicintai oleh Allah swt.
 
Tiga, kekuatan amanah dan kecerdasan, seperti disebutkan dalam surat an-Najm [53]: 1-3
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى(3)إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى(4)عَلَّمَهُ شَدِيدُ الْقُوَى(5)
Artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya (3). Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya) (4). yang diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat (5)."
Kata al-quwa dalam ayat di atas dipakai untuk menyebutkan malaikat Jibril. Malaikat Jibril adalah makhluk yang sangat cerdas sekaligus jujur. Betapa tidak, setiap kali ia diperintah menyampaikan wahyu, ia tidak pernah minta diulang dan melupakan apa yang telah diterimanya untuk kemudian disampaikan kepada rasul, tanpa pernah satu huruf pun kurang dari apa yang telah diterimnya dari Allah swt. 

Lebih baik: Secara Ukhrawi. kepada agama ini kepada pribadi kepada umat Islam.

Lebih dicintai Allah. Dicintai kita sudah mafhum. Tapi dicintai Allah berbeda dengan dicintai Makhluq. Cinta Makhluq bisa berubah. Cinta Allah tidak. kenapa, karena Allah Zat yang Maha Mengetahui, Dia SWT Tahu masa depan makhluq sehingga yang dicintai Allah pasti akan baik sepanjang hayatnya.

Kebaikan
 


Manfaat:
1. Dunia
2. Akhirat