Khutbah Jum’at 28/6/2013
Masjid Al-Ihsan PTM-VJS Galaksi
Bekasi
“Menjadikan Makan dan Minum sebagai Aktivitas Ketaqwaan”
Assalammu’alaikum Warohmatullloohi Wabarokatuh,
إنَّ
الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن
لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُه.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا
عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
أما بعد،،،
فإن أصدق الحديث كتاب الله، وأحسن الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم ، وشر
الأمور محدثاتها، وكل محدثةٍ بدعةٍ، وكل بدعةٍ ضلالةٍ، وكل ضلالةٍ في النار، وبعد
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Saudara-saudaraku kaum muslimin yang khotib cintai dan di-Rahmati Allah
Pembuka khutbah yang barusaja khatib
bacakan adalah Khutbatul Hajat, pembuka khutbah yang biasa dibacakan oleh
Rasulullah saw. Dengan demikian hampir dalam setiap khutbahnya Rasulullah
menyerukan mengenai perintah bertaqwa. Tidak kurang dari 4 perintah taqwa dalam
pembuka diatas.
·
Yaa
Ayyuhalladziina amana ittaqullaaha haqqo tuqotih... (wahai orang-orang yang
beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa..)
·
Ya Ayyuhannas
ittaqu rabbakumulladzi kholaqokum min nafsin wahidah (wahai sekalian manusia
bertaqwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu..)
·
Wattaqullaah
alladzi tasaaluuna bihi wal arham (bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya
kalian saling meminta dan saling menyayangi)
·
Yaa
Ayyuhalladziina amana ittaqullaaha wa quluu qoulan sadida (wahai orang-orang
yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar..)
‘Ulama sepakat bahwa yang dimaksud
taqwa secara syariat adalah Imtitsalu Nawamir wajtinabu nawahi, mengerjakan
segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Dengan demikian inti seruan taqwa
adalah meningkatkan amalan-amalan yang diperintahkan Allah, hanya melaksanakan amal
ibadah yang diperintahkan Allah saja, dan menyandarkan segala/seluruh aktivitas
kita sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT. Dan segera mengurangi aktivitas-aktivitas
yang dilarang Allah SWT, segera mengurangi maksiat, segera mengurangi
perbuatan-perbuatan dosa sekecil apapun.
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Hendaknya kita mulai melaksanakan
segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam setiap aktivitas
kehidupan kita. Termasuk dalam makan dan minum.
Dan inilah tema khutbah kita hari
ini, yaitu “Menjadikan Makan dan Minum sebagai Aktivitas Ketaqwaan”
Makan dan minum adalah kegiatan
setiap manusia setiap hari. Alangkah ruginya kita jika ternyata dalam makan dan
minum ini kita melanggar larangan-Nya, karena berarti minimal 2 kali sehari
kita menambah daftar hal-hal yang kita langgar. Dan alangkah beruntungnya jika
kita dapat makan dan minum sesuai perintahnya, karena berarti minimal 2 kali
sehari kita menambah daftar amal yang diperintahkan.
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Di dalam mendefinisikan taqwa, untuk
kata mengerjakan segala perintahnya ‘Ulama menggunakan kata “Imtitsalu”.
Imtitsalu Nawamir. Padahal kata imtitsalu sejatinya bukan mengerjakan. Asal
katanya adalah “mitslun”. Atau yang kita kenal dalam bahasa Indonesia dengan
misal. Yang salah satu artinya mirip. Kenapa? Karena dalam melaksanakan
perintah Allah, kita harus mirip/semisal dengan yang dikerjakan Rasulullah saw.
ittiba’, mengikuti apa yang dilakukan beliau, yang dianjurkan beliau dan
apa-apa yang beliau setujui ketika sahabat melakukannya (taqrir).
Demikian dalam hal makan dan minum.
Termasuk dalam melaksanakan perintah Allah ketika kita mengerjakan apa yang
Rasulullah lakukan saat makan dan minum. Termasuk dalam melaksanakan perintah
Allah ketika kita mengerjakan apa yang Rasulullah anjurkan dan beliau taqrir
ketika makan.
Berikut beberapa hal yang Allah dan
Rasul-Nya perintahkan dan yang dilarang dalam makan dan minum.
1. Jangan
Makan dan Minum barang yang haram
Allah berfirman dalan QS.
Al-Baqarah: 168:
Allah berfirman, "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya
syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu."
(QS. al-Baqarah : 168)
Haramnya makanan dan minuman
disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah zatnya, haram bi zatihi. Misal
daging babi, darah, hewan yang disembelih dengan bukan nama Allah, maka itu
haram karena zatnya. Yang kedua adalah haram karena cara memperolehnya. Misal
diperoleh dengan cara mencuri atau dibeli dari uang hasil curian, uang hasil
riba, dan cara yang haram lainnya.
Di ayat tadi jelas disebutkan bahwa
memakan makanan haram adalah pintu untuk mengikuti langkah-langkah syetan.
Pintu menuju dosa-dosa dan kesengsaraan di Akhirat.
Rasulullah dengan tegas mengatakan
daging dari makanan haram, maka nerakalah yang berhak menjadi tempat
kembalinya:
Pada suatu hari Saad
bin Abi Waqqas bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, doakan aku
kepada Allah agar aku dijadikan Allah orang yang makbul doanya."
Rasulullah menjawab, "Hai Saad, makanlah yang baik, (halal) tentu engkau
menjadi orang yang makbul doanya. Demi Allah yang memegang jiwa Muhammad,
sesungguhnya seorang yang pernah melemparkan sesuap makanan haram ke dalam
mulutnya (perutnya), maka tidaklah akan dikabulkan doanya selama selama 40
hari. Siapa saja manusia yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram, maka
nerakalah yang berhak untuk orang itu."
(HR. Alhaafidh Abubakar bin Mardawih dikutip oleh
Alhaafidh Ibnu Kathin dalam tafsirnya).
Di mimbar ini Khotib menasihati diri
khotib dan jama’ah sekalian untuk memperhatikan cara kita memperoleh nafkah,
yang dengan nafkah itu kita makan dan minum, yang dengan nafkah itu kita beri
anak istri kita makan dan minum. Karena sudah jelas ancamannya, kesengsaraan di
akhirat dan ketidak berkahan di dunia.
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Adab makan sesuai sunnah Rasulullah
yang kedua:
2. Makan,
minum jangan berlebih-lebihan
Seperti disebutkan dalam QS. Al-A’raf ayat 31:
وكُلُواْ
وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ 31
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Yang dimaksud berlebih-lebihan disini menurut Ibnu
Katsir dalam tafsirnya adalah berlebih-lebihan dalam penghalalan dan
pengharaman. Melampau batas Allah dalam penghalalalan atau pengharaman.
Adapun dalam tafsir al-Muyassar “jangan
melampaui batas keseimbangan dalam makan atau minum”.
Berlebihan dalam jumlah seperti disebutkan
dalam hadits Imam Ahmad dengan derajat Shahih:
“Tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya.
Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang
punggungnya. Kalau ia memang harus melakukannya maka sepertiga untuk
makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan Tirmidzi)
3,4,5 Membaca Bismillah, Makan dengan tangan kanan dan makan yang berada di
dekat kita
“Wahai
anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah
makanan yang berada di dekatmu.”
(HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022)
6. Banyaknya orang yang turut makan
Memberi makan orang adalah perbuatan
yang terpuji. Imam Bukhari sampai memberi judul di salah satu bab di kitab
Shahih-nya: “Memberi Makan Orang Lain Adalah Bagian Dari Islam”
Diriwayatkan dari
Abdullah bin Amru r.a. bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah
Saw.:"Bagaimana menjadi muslim yang baik?" Rasulullah Saw.
menjawab:"Berikan makanan pada orang lain, ucapkan salam kepada orang yang
kau kenal dan yang tidak kau kenal."
(HR. Bukhari)
Imam Ahmad mengatakan, “Jika dalam satu makanan terkumpul 4
(empat) hal, maka makanan tersebut adalah makanan yang sempurna”. Empat hal tersebut adalah menyebut nama Allah saat mulai
makan, memuji Allah di akhir makan, banyaknya orang yang turut makan dan
berasal dari sumber yang halal.
Dan hendaknya orang yang diberi
makan mendoakan orang yang memberinya makan:
Ya
Allah, berilah makanan orang
yang memberi aku makan dan berilah minum orang yang memberi aku minuman.
(HR. Muslim no.2055)
7. Bersyukur dengan membaca do’a setelah makan
Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan:
“Alhamdulillaahilladzii ath'amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin
minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan
ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka
diampuni dosanya yang telah lalu."
(HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan
gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Dan masih banyak lagi adab makan sesuai sunnah Rasulullah yang InsyaAllah
kalau kita kerjakan akan dapat mengantarkan kita lebih dekat kepada derajat
taqwa.
AQULU
QOULIY HADZHA .. ASTAGFIRULLAAHU LIY WA LAKUM
Khutbah kedua
اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ
إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Dalam
khutbah kedua ini Khotib kembali mengingatkan bahwa hendaklah segala aktifitas
kita adalah dalam rangka menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan
larangan-Nya. Dan sepeti sudah dibahas di khutbah pertama tadi bahwa bahkan
aktifitas makan pun di dalamnya ada perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya.
Diantaranya yaitu
1.
Tidak Makan
dan Minum barang yang haram
2.
Tidak
berlebihan
3.
Membaca Basmallah
4.
Makan dengan
tangan kanan
5.
Makan yang
berada di dekat kita
6.
Banyak orang
yang turut makan / memberi makan orang lain
7.
Bersyukur
dengan membaca do’a setelah makan
Mari kita berdo’a dan berazam untuk selalu melaksanakan
perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dan kita berdo’a kepada Allah, Zat
Yang Maha Mengabulkan Doa:
عِبَادَتِكَ
وَحُسْنِ وَشُكْرِكَ ذِكْرِكَ عَلَى أَعِنِّى اللَّهُمَّ
Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.
Ya Allah,
tolonglah kami untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu,
dan memperbagus ibadah pada-Mu
ALLAAHUMMA ASHLIHLANAA
DIININAA ALLADZII HUWA ‘ISHMATU AMRINA,
Ya
Allah, perbaikilah urusan agama kami yang menjadi penjaga bagi setiap
urusan kami.
WA ASHLIHLANAA DUNYANAA
ALLATIY FIIHAA MA’AASYINA,
Perbaikilah dunia kami yang di situlah
urusan kehidupan kami
WA ASHLIHLANA AAKHIROTINA ALLATIY FIIHAA MA’ADINAA,
Perbaikilah akhirat kami yang ke sanalah kami akan kembali
WAJ’ALIL HAYAATA ZIYAADATALLANAA FII KULLI KHOIRIN,
Jadikanlah
hidup kami ini sebagai
tambahan kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan,
WAJ’ALIL MAUTA ROOHATALLANA MIN KULLI SYAR
dan
jadikanlah kematian kami sebagai tempat peristirahatan dari
setiap kejahatan."
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
“Ya Allah,
ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan
wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau
adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”[1]
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا
وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ
قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb
kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam
hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [2]
ALLAAHUMMANSHURNAL
MU’MININA FI SURIAH, FII FILISTIN, FI
AFGHAN, , FII KULLI MAKAN, FII KULI JAMAN
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النّارِ.
SUBHANA ROBBIKA
ROBBIL ‘IZZATI AMMA YASHIFUUN WA SALAAMUN ‘ALAL MURSALIN WAL HAMDULILLAAHI
ROBBIL ‘AALAMIN.