Kamis, 27 Juni 2013

Menjadikan Makan dan Minum sebagai Aktivitas Ketaqwaan

Khutbah Jum’at 28/6/2013
Masjid Al-Ihsan PTM-VJS Galaksi Bekasi


“Menjadikan Makan dan Minum sebagai Aktivitas Ketaqwaan”

Assalammu’alaikum Warohmatullloohi Wabarokatuh,
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ
أما بعد،،،
فإن أصدق الحديث كتاب الله، وأحسن الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم ، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثةٍ بدعةٍ، وكل بدعةٍ ضلالةٍ، وكل ضلالةٍ في النار، وبعد


Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Saudara-saudaraku kaum muslimin yang khotib cintai dan di-Rahmati Allah

Pembuka khutbah yang barusaja khatib bacakan adalah Khutbatul Hajat, pembuka khutbah yang biasa dibacakan oleh Rasulullah saw. Dengan demikian hampir dalam setiap khutbahnya Rasulullah menyerukan mengenai perintah bertaqwa. Tidak kurang dari 4 perintah taqwa dalam pembuka diatas.
·         Yaa Ayyuhalladziina amana ittaqullaaha haqqo tuqotih... (wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa..)
·         Ya Ayyuhannas ittaqu rabbakumulladzi kholaqokum min nafsin wahidah (wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu..)
·         Wattaqullaah alladzi tasaaluuna bihi wal arham (bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kalian saling meminta dan saling menyayangi)
·         Yaa Ayyuhalladziina amana ittaqullaaha wa quluu qoulan sadida (wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar..)

‘Ulama sepakat bahwa yang dimaksud taqwa secara syariat adalah Imtitsalu Nawamir wajtinabu nawahi, mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Dengan demikian inti seruan taqwa adalah meningkatkan amalan-amalan yang diperintahkan Allah, hanya melaksanakan amal ibadah yang diperintahkan Allah saja, dan menyandarkan segala/seluruh aktivitas kita sesuai dengan yang diperintahkan Allah SWT. Dan segera mengurangi aktivitas-aktivitas yang dilarang Allah SWT, segera mengurangi maksiat, segera mengurangi perbuatan-perbuatan dosa sekecil apapun.

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Hendaknya kita mulai melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya dalam setiap aktivitas kehidupan kita. Termasuk dalam makan dan minum.
Dan inilah tema khutbah kita hari ini, yaitu “Menjadikan Makan dan Minum sebagai Aktivitas Ketaqwaan”
Makan dan minum adalah kegiatan setiap manusia setiap hari. Alangkah ruginya kita jika ternyata dalam makan dan minum ini kita melanggar larangan-Nya, karena berarti minimal 2 kali sehari kita menambah daftar hal-hal yang kita langgar. Dan alangkah beruntungnya jika kita dapat makan dan minum sesuai perintahnya, karena berarti minimal 2 kali sehari kita menambah daftar amal yang diperintahkan.

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Di dalam mendefinisikan taqwa, untuk kata mengerjakan segala perintahnya ‘Ulama menggunakan kata “Imtitsalu”. Imtitsalu Nawamir. Padahal kata imtitsalu sejatinya bukan mengerjakan. Asal katanya adalah “mitslun”. Atau yang kita kenal dalam bahasa Indonesia dengan misal. Yang salah satu artinya mirip. Kenapa? Karena dalam melaksanakan perintah Allah, kita harus mirip/semisal dengan yang dikerjakan Rasulullah saw. ittiba’, mengikuti apa yang dilakukan beliau, yang dianjurkan beliau dan apa-apa yang beliau setujui ketika sahabat melakukannya (taqrir).
Demikian dalam hal makan dan minum. Termasuk dalam melaksanakan perintah Allah ketika kita mengerjakan apa yang Rasulullah lakukan saat makan dan minum. Termasuk dalam melaksanakan perintah Allah ketika kita mengerjakan apa yang Rasulullah anjurkan dan beliau taqrir ketika makan.
Berikut beberapa hal yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dan yang dilarang dalam makan dan minum.

1.       Jangan Makan dan Minum barang yang haram
Allah berfirman dalan QS. Al-Baqarah: 168:


Allah berfirman, "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu."
(QS. al-Baqarah : 168)

Haramnya makanan dan minuman disebabkan oleh dua hal. Yang pertama adalah zatnya, haram bi zatihi. Misal daging babi, darah, hewan yang disembelih dengan bukan nama Allah, maka itu haram karena zatnya. Yang kedua adalah haram karena cara memperolehnya. Misal diperoleh dengan cara mencuri atau dibeli dari uang hasil curian, uang hasil riba, dan cara yang haram lainnya.

Di ayat tadi jelas disebutkan bahwa memakan makanan haram adalah pintu untuk mengikuti langkah-langkah syetan. Pintu menuju dosa-dosa dan kesengsaraan di Akhirat.
Rasulullah dengan tegas mengatakan daging dari makanan haram, maka nerakalah yang berhak menjadi tempat kembalinya:

Pada suatu hari Saad bin Abi Waqqas bertanya kepada Rasulullah, "Ya Rasulullah, doakan aku kepada Allah agar aku dijadikan Allah orang yang makbul doanya." Rasulullah menjawab, "Hai Saad, makanlah yang baik, (halal) tentu engkau menjadi orang yang makbul doanya. Demi Allah yang memegang jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang yang pernah melemparkan sesuap makanan haram ke dalam mulutnya (perutnya), maka tidaklah akan dikabulkan doanya selama selama 40 hari. Siapa saja manusia yang dagingnya tumbuh dari makanan yang haram, maka nerakalah yang berhak untuk orang itu."
(HR. Alhaafidh Abubakar bin Mardawih dikutip oleh Alhaafidh Ibnu Kathin dalam tafsirnya).

Di mimbar ini Khotib menasihati diri khotib dan jama’ah sekalian untuk memperhatikan cara kita memperoleh nafkah, yang dengan nafkah itu kita makan dan minum, yang dengan nafkah itu kita beri anak istri kita makan dan minum. Karena sudah jelas ancamannya, kesengsaraan di akhirat dan ketidak berkahan di dunia.

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Adab makan sesuai sunnah Rasulullah yang kedua:

2.       Makan, minum jangan berlebih-lebihan
Seperti disebutkan dalam QS. Al-A’raf ayat 31:
وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ 31
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Yang dimaksud berlebih-lebihan disini menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya adalah berlebih-lebihan dalam penghalalan dan pengharaman. Melampau batas Allah dalam penghalalalan atau pengharaman.
Adapun dalam tafsir al-Muyassar “jangan melampaui batas keseimbangan dalam makan atau minum”.
Berlebihan dalam jumlah seperti disebutkan dalam hadits Imam Ahmad dengan derajat Shahih:

“Tidaklah anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya. Kalau ia memang harus melakukannya maka sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk nafasnya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i dan Tirmidzi)

3,4,5 Membaca Bismillah, Makan dengan tangan kanan dan makan yang berada di dekat kita

“Wahai anakku, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang berada di dekatmu.” 
(HR Bukhari no. 5376 dan Muslim 2022)



6.  Banyaknya orang yang turut makan

Memberi makan orang adalah perbuatan yang terpuji. Imam Bukhari sampai memberi judul di salah satu bab di kitab Shahih-nya: “Memberi Makan Orang Lain Adalah Bagian Dari Islam”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a. bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw.:"Bagaimana menjadi muslim yang baik?" Rasulullah Saw. menjawab:"Berikan makanan pada orang lain, ucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan yang tidak kau kenal."
(HR. Bukhari)

Imam Ahmad mengatakan, “Jika dalam satu makanan terkumpul 4 (empat) hal, maka makanan tersebut adalah makanan yang sempurna. Empat hal tersebut adalah menyebut nama Allah saat mulai makan, memuji Allah di akhir makan, banyaknya orang yang turut makan dan berasal dari sumber yang halal.
Dan hendaknya orang yang diberi makan mendoakan orang yang memberinya makan:

Ya Allah, berilah makanan orang yang memberi aku makan dan berilah minum orang yang memberi aku minuman.
(HR. Muslim no.2055)

7.  Bersyukur dengan membaca do’a setelah makan


Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath'amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu."
(HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Dan masih banyak lagi adab makan sesuai sunnah Rasulullah yang InsyaAllah kalau kita kerjakan akan dapat mengantarkan kita lebih dekat kepada derajat taqwa.
AQULU QOULIY HADZHA .. ASTAGFIRULLAAHU LIY WA LAKUM
Khutbah kedua

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Dalam khutbah kedua ini Khotib kembali mengingatkan bahwa hendaklah segala aktifitas kita adalah dalam rangka menjalankan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dan sepeti sudah dibahas di khutbah pertama tadi bahwa bahkan aktifitas makan pun di dalamnya ada perintah dan larangan Allah dan Rasul-Nya. Diantaranya yaitu
1.       Tidak Makan dan Minum barang yang haram
2.       Tidak berlebihan
3.       Membaca Basmallah
4.       Makan dengan tangan kanan
5.       Makan yang berada di dekat kita
6.       Banyak orang yang turut makan / memberi makan orang lain
7.       Bersyukur dengan membaca do’a setelah makan

Mari kita berdo’a dan berazam untuk selalu melaksanakan perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya. Dan kita berdo’a kepada Allah, Zat Yang Maha Mengabulkan Doa:


عِبَادَتِكَ وَحُسْنِ وَشُكْرِكَ ذِكْرِكَ عَلَى أَعِنِّى اللَّهُمَّ
Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.
Ya Allah, tolonglah kami untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu

ALLAAHUMMA ASHLIHLANAA DIININAA ALLADZII HUWA ‘ISHMATU AMRINA,
Ya Allah, perbaikilah urusan agama kami yang menjadi penjaga bagi setiap urusan kami.
WA ASHLIHLANAA DUNYANAA ALLATIY FIIHAA MA’AASYINA,
Perbaikilah dunia kami yang di situlah urusan kehidupan kami
WA ASHLIHLANA AAKHIROTINA ALLATIY FIIHAA MA’ADINAA,
Perbaikilah akhirat kami yang ke sanalah kami akan kembali
WAJ’ALIL HAYAATA ZIYAADATALLANAA FII KULLI KHOIRIN,
Jadikanlah hidup kami ini sebagai tambahan kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan,
 WAJ’ALIL MAUTA ROOHATALLANA MIN KULLI SYAR
dan jadikanlah kematian kami sebagai tempat peristirahatan dari setiap kejahatan."


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”[1]

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” [2]

ALLAAHUMMANSHURNAL MU’MININA FI SURIAH,  FII FILISTIN, FI AFGHAN, , FII KULLI MAKAN, FII KULI JAMAN

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ.

SUBHANA ROBBIKA ROBBIL ‘IZZATI AMMA YASHIFUUN WA SALAAMUN ‘ALAL MURSALIN WAL HAMDULILLAAHI ROBBIL ‘AALAMIN.

Sabtu, 01 Juni 2013

TAQWA, Modal untuk Kebahagiaan Pernikahan

Khutbah Nikah 12/05/2013

Rumah Joglo - Garut
Pernikahan Sahabatku, semoga kita menjadi tetangga di Surga Allah...