Kamis, 30 April 2015

Intisari Ajaran Islam - Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz (#16-18)

Sumber:
الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز "الدروس المهمة لعامة الأمة "
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, Intisari Ajaran Islam (pdf bisa didapat dihttp://rowea.blogspot.com/2010/01/blog-post_16.html?m=1)

Pelajaran #16 BERADAB DENGAN ADAB YANG ISLAMI

Diantara adab-adab luhur yang dianjurkan Islam:

1. Mengucapkan salam
2. Berseri-seri dan ceria
3. Makan dan minum dengan tangan kanan
4. Membaca basmallah ("Bismillah") ketika memulai dan hamdalah ("Alhamdulillah")  ketika selesai
5. Mengucap hamdalah ("Alhamdulillah") setelah bersin
6. Menjawab yang bersin jika ia mengucap hamdalah
7. Menjenguk orang sakit
8. Menghadiri shalat jenazah dan pemakamannya
9. Dan adab-adab lainnya yang disyariatkan ketika masuk dan keluar Masjid, masuk dan keluar rumah, ketika bepergian, adab dengan kedua orang tua, dengan para kerabat, tetangga, orang-orang yang lebih tua, orang-orang yang lebih muda, mengucapkan selamat kepada yang mendapat kelahiran anak, mendoakan agar mendapat berkah bagi orang yang menikah, berdukacita terhadap orang yang mendapat musibah, adab saat berpakaian, membuka pakaian, dan memakai alas kaki.

Pelajaran #17 WASPADA TERHADAP SYIRIK DAN MAKSIAT

Tujuh macam (dosa besar) yang membinasakan, yaitu:

1. Syirik kepada Allah
2. Sihir
3. Membunuh jiwa yg diharamkan Allah kecuali dengan alasan yg benar
4. Memakan riba
5. Memakan harta anak yatim
6. Lari dari medan perang
7. Menuduh berbuat zina kepada wanita mukminah yg suci

Maksiat lainnya [yg harus dihindari]:

1. Durhaka terhadap kedua orang tua
2. Memutuskan hubungan silaturrahim
3. Bersaksi palsu
4. Bersumpah dusta
5. Menyakiti tetangga
6. Mendhalimi sesama manusia dalam hal darah, harta dan kehormatan
7. Minum minuman yg memabukkan
8. Berjudi
9. Ghibah (menggunjing aib orang lain)
10. Mengadu domba
11. Dan dosa-dosa lainnya yang dilarang Allah dan Rasul-Nya

Pelajaran #18 MERAWAT JENAZAH, MENSHALATI DAN MEMAKAMKANNYA

Tatacara merawat jenazah adalah sebagai berikut:

Pertama: Disyariatkan bagi orang yg sedang sekarat untuk ditalqin  (dituntun untuk membaca):
لاإله إلا الله
"Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah"

Berdasar sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam:

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

"Talqinkanlah (tuntunkanlah) orang yang akan meninggal di antara kalian dengan bacaan: 'Laa ilaha illallah'."
(HR. Muslim)

Adapun yg dimaksud dengan kata مَوْتَاكُمْ adalah orang-orang yang sudah tampak padanya tanda-tanda kematian.

Kedua: Jika telah diyakini kematian seseorang maka kedua matanya dipejamkan dan dagunya dirapatkan, berdasar sunnah mengenai hal ini.

Ketiga: Wajib hukumnya memandikan mayit muslim, kecuali jika ia syahid, mati dalam peperangan maka ia tidak dimandikan dan tidak dishalati, tetapi langsung dimakamkan dengan pakaiannya, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak memandikan dan menshalati yang wafat dalam peperangan Uhud.

Keempat: Tatacara memandikan mayit:

o Aurat mayit ditutup, kemudian ditinggikan (tempatnya)
o Tekan perutnya dengan perlahan-lahan
o Orang yang memandikan mayit hendaklah membalut telapak tangannya dengan sepotong kain atau sejenisnya
o Lalu mensucikan mayit itu dari najisnya dengan sepotong kain tersebut
o Lalu membasuh anggota wudhunya. Sebagaimana ia berwudhu untuk shalat.
o Kemudian membasuh kepala dan janggutnya dengan air yg dicampur daun sidr (bidara) atau sejenisnya. Setelah itu membasuh tubuh bagian kanan lalu bagian kiri.
o Ulangi basuhan itu dua hingga tiga kali. Pada setiap basuhan hendaklah menekan perutnya. Bila najis terus keluar maka hendaklah ditutup dengan kapas atau sejenisnya, jika tidak berhenti maka ditutup dengan tanah panas atau dengan peralatan kedokteran modern seperti plester atau sejenisnya.
o Setelah itu diulangi wudhunya. Bila ia belum bersih dengan tiga kali basuhan, maka ditambah lagi lima atau tujuh kali. Kemudian badannya dikeringkan dengan kain dan hendaknya diberikan minyak wangi pada lipatan-lipatan badan dan anggota-anggota untuk sujud.
o Apabila seluruh badannya diberikan minyak wangi maka Itu lebih baik. Setelah itu kain kafan diasapi dengan buhkur (asap kayu-kayu wangi).
o Apabila kumis dan kukunya panjang hendaklah dipotong, namun jika dibiarkan juga tidak apa-apa. Rambut tidak perlu disisir. Begitu pula rambut kemaluan tidak perlu dicukur. Dan bila belum khitan, maka tidak perlu dikhitan karena tidak ada dalil dalam hal ini.  Mayit perempuan rambutnya diikat tiga dan diulurkan ke belakang.

Kelima: Mengkafani Mayat

o Jenazah laki-laki yang terbaik baginya adalah dikafani dengan 3 lapis kain putih, yang tidak terdiri dari kemeja dan sorban. Sebagaimana yang dilakukan terhadap jenazah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau dimasukkan ke dalamnya. Jika jenazah dikafani dengan kemeja dan sarung, kemudian dibalut dengan kain sekali saja maka hal itu boleh.

o Jenazah wanita dikafani dengan 5 lapis kain. Pakaian, kerudung, sarung dan dibalut dengan kain dua lapis.

o Yang wajib pada kafan seluruh mayit adalah 1 kain yang menutupi seluruh tubuhnya.

o Akan tetapi apabila mayit itu wafat dalam keadaan berihram  (sedang memakai pakaian ihram) maka ia dimandikan dengan air dan daun sidr (bidara). Lalu dikafani dengan kain ihram nya, sarung, selendangnya atau lainnya. Muka dan kepalanya tidak ditutup, tidak pula diberi minyak wangi, karena ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits shahih.

o Apabila mayit itu wanita yg sedang ihram, maka ia dikafani sebagaimana mayit wanita lainnya, tetapi ia tidak diberi minyak wangi dan tidak ditutup mukanya dengan cadar, kedua tangannya juga tidak ditutup dengan sarung tangan. Muka dan tangannya ditutup dengan kain kafan, seperti penjelasan tatacara mengafani mayit wanita di atas.

o Jenazah anak laki-laki dengan 1 lapis sampai 3 lapis kain.

o Dan Jenazah anak perempuan dikafani dengan 1 pakaian dan 2 lapis kain

Keenam: Bagi mayit laki-laki yang paling berhak memandikan,  menshalati dan menguburnya adalah orang yang telah diberi wasiat untuk itu, kemudian bapaknya, lalu kakeknya, kemudian kerabatnya terdekat yang laki-laki [anak laki-laki, kakak/adik laki-laki dst]

Bagi mayit wanita yang paling berhak memandikan adalah yang menerima wasiat, kemudian ibunya, lalu neneknya, kemudian kerabat terdekat yang perempuan [anak perempuan, kakak/adik perempuan dst].

Dan bagi suami/isteri yang paling berhak memandikan adalah pasangannya. Karena Abu Bakar as-Shiddiq dimandikan oleh isterinya, demikian juga Ali bin Abi Thalib ra. memandikan istri beliau Fatihah ra.

Ketujuh: Tata Cara Shalat Jenazah

o Shalat dengan melakukan takbir 4 kali

o Setelah takbir pertama membaca Al-Fatihah, jika membaca satu atau dua ayat pendek setelahnya (al-Fatihah) maka hal itu baik berdasarkan hadits shahih yang menjelaskan hal itu yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.

o Kemudian takbir kedua, lalu membaca shalawat atas Nabi Shallallahu alaihi wasallam sebagaimana bacaan shalawat dalam tasyahud

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
(HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari Ka'ab bin 'Ujroh).

o Takbir ketiga kemudian membaca doa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا

اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلَامِِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِيْمَان

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ

Wahai Allah! Ampunilah orang yang hidup di antara kami dan orang yang mati, yang hadir dan yang tidak hadir, (juga) anak kecil dan orang dewasa, lelaki dan wanita kami.
Wahai Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia di atas keislaman. Dan orang yang Engkau wafatkan di antara kami, maka wafatkanlah ia di atas keimanan.
Wahai Allah! Berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah ia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, es dan salju. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya semula, isteri yang lebih baik dari isterinya semula. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah dari adzab kubur dan adzab neraka.
Wahai Allah! Janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sesudahnya.

o Setelah itu takbir keempat, kemudian salam satu kali ke kanan.

Dan disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan pada setiap kali takbir.

Apabila jenazahnya seorang wanita, maka diganti dengan dhamir muannats ("hu" diganti "ha"):

(اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا ....)

Jika jenazahnya dua orang maka "hu" diganti menjadi "huma":

(اللَّهُمَّ اغْفِرَْ لهُما وَارْحَمْهُما ....)

Jika jenazahnya lebih dari dua orang maka "hu" diganti menjadi "hum":

(اللَّهُمَّ اغْفِرَْ لهُم وَارْحَمْهُم ....)

Jika jenazahnya anak-anak, maka sebagai ganti doa mohon ampunan diatas diubah dengan do'a berikut:

اللّهُمَّ اجْعَلْهُ لِوَالِدَيْهِ فَرَطًا وَأَجْرًا وشَفِيعًا مُجَابًا‏

"Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan, pahala, dan sebagai syafaat yang mustajab untuk kedua orang tuanya."

اللَّهُمَّ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِينَهُمَا، وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُورَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ سَلَفِ الْمُؤْمِنِينَ، وَاجْعَلْهُ فِي كَفَالَةِ إِبْرَاهِيمَ، وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ الْجَحِيمِ‏

"Ya Allah, perberatlah karenanya timbangan kebaikan kedua orang tuanya, perbanyaklah pahala kedua orang tuanya, dan kumpulkanlah dia bersama orang-orang shalih terdahulu dari kalangan orang yang beriman, masukkanlah dia dalam pengasuhan Ibrahim, dan dengan rahmat-Mu, peliharalah dia dari siksa neraka Jahim."

Sunnahnya imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah pria, dan [Imam] berdiri sejajar dengan bagian tengah jenazah wanita.

Dan jika jenazahnya banyak, maka yg terdekat dengan imam adalah jenazah pria dan yg terdekat dengan kiblat [terjauh dari imam] adalah jenazah wanita. Jika diantara jenazah ada jenazah anak-anak, maka jenazah anak laki-laki lebih dikedepankan (lebih dekat dengan imam) daripada jenazah wanita, kemudian jenazah wanita, lalu jenazah anak wanita. Kepala jenazah anak laki-laki sejajar dengan kepala jenazah laki-laki dewasa. Bagian tengah jenazah wanita sejajar dengan kepala jenazah laki-laki. Begitu juga jenazah anak wanita, kepalanya sejajar dengan kepala jenazah wanita, [atau jika tdk ada jenazah wanita dewasa] bagian tengahnya sejajar dengan kepala pria.

Seluruh ma'mum shalat jenazah berdiri di belakang imam, kecuali jika ada seorang ma'mum yang tidak mendapat tempat maka ia berdiri di sebelah kanan imam.

Kedelapan: Tatacara Memakamkan Jenazah

o Adapun perkara yang disyariatkan adalah menggali kuburan dengan kedalaman setengah tinggi laki-laki.

o Hendaknya di dalamnya dibuat liang lahad dengan posisi arah kiblat.

o Dan jenazah diletakkan di dalam liang lahad tersebut (dalam posisi miring) bertumpu pada sisi kanan badannya.

o Lalu ikatan kafannya dilepas, tidak diambil tapi dibiarkan begitu saja.

o Wajahnya tidak diperlu dibuka, baik jenazah itu laki-laki maupun perempuan

o Kemudian diberikan batu bata yang diberdirikan, dan celah-celahnya diberi adonan tanah. Supaya kuat dan bisa menghalangi jenazah agar tidak kejatuhan tanah.

o Bila sulit mendapatkan batu bata, bisa diganti dengan yang lain seperti papan, batu, atau kayu yang dapat menghalangi masuknya tanah.

o Kemudian setelah itu ditimbun dengan tanah. Dan disunnahkan ketika itu (saat menimbun dgn tanah) membaca doa:

بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلًّةِ رَسُوْل اللهِ

"Dengan nama Allah dan di atas agama/ajaran Rasulullah…"

o Selanjutnya kuburan ditinggikan sejengkal dari tanah dan diberi kerikil diatasnya jika memungkinkan dan disiram air.

o Dan disyariatkan bagi orang-orang yg mengantarkannya untuk berdiri di sisi kuburan dan berdoa untuk si mayit karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila sudah selesai  menguburkan jenazah beliau berdiri di sampingnya dan bersabda:

َ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ

"Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian dan mintakan supaya dia diberikan keteguhan, karena sekarang ini dia sedang ditanya".

Kesembilan: Dan disyariatkan bagi mereka yang belum menyalatkan mayit [misal, keluarga yg datang terlambat - red], agar menyalatkannya setelah dikuburkan, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakannya dengan catatan bahwa waktunya masih satu bulan atau kurang dari waktu dikubur. Tidak ada riwayat bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukannya setelah lewat masa satu bulan.

Kesepuluh: Tidak diperbolehkan bagi keluarga jenazah membuat makanan untuk orang-orang. Berdasarkan perkataan seorang sahabat yang mulia Jabir bin Abdullah Al-Bajali  ra.
"Kami (para Sahabat) menganggap berkumpul di keluarga mayit, dan jamuan makanan setelah penguburannya termasuk dalam niyahah (meratapi mayit dengan ratapan yg diharamkan)."
(HR. Imam Ahmad dengan sanad yg baik)

Adapun membuatkan makanan untuk keluarga yang tertimpa musibah tersebut atau tamu-tamu mereka, maka itu tidak apa-apa bahkan dianjurkan agar para kerabat dan para tetangga membuat makanan bagi mereka. Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendengar kabar kematian Ja'far bin Abi Thalib ra. di Syam, beliau meminta keluarga beliau shallallahu alaihi wa sallam untuk membuatkan makanan yang akan diberikan kepada keluarga Ja'far bin Abi Thalib ra., beliau bersabda:

فَإنه قَد جاء هُمْ ما يشغلهم
"Sesungguhnya mereka telah ditimpa perkara yang menyibukkan mereka."

Keluarga jenazah boleh memanggil para tetangga untuk makan makanan yang telah dihadiahkan bagi mereka. Dan menurut sebatas pengetahuan kami [Syaikh Bin Baz] tentang hukum syar'i tidak ada batasan waktu dalam hal ini.

Kesebelas: Tidak dibolehkan bagi seorang perempuan berkabung atas kematian seseorang lebih dari 3 hari, kecuali berkabung atas kematian suaminya. Saat itu ia berkabung selama 4 bulan 10 hari, kecuali kalau ia hamil maka berkabung sampai ia melahirkan. Hal itu berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang hal ini.
Adapun bagi seorang laki-laki tidak boleh berkabung atas kematian seorang kerabat dan lainnya.

Keduabelas: Disyariatkan bagi laki-laki untuk berziarah kubur dari waktu ke waktu untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, memohonkan rahmat untuk mereka serta untuk mengingatkan akan kematian dan apa yang ada sesudah itu.
Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة

"Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat"
(HR. Imam Muslim dalam shahihnya)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada para sahabat beliau apabila berziarah kubur untuk mengucapkan:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، َ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَة ََيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِين

"Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, dan sungguh kami insyaa Allah akan menyusul kalian, aku meminta keselamatan untuk kami dan kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan."

Adapun kaum wanita, maka ia tidak boleh melakukan ziarah kubur karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat wanita yang menziarahi kubur. Alasannya adalah karena dikhawatirkan terjadi fitnah dan tidak mampu menahan sabar.

Begitu juga wanita tidak boleh ikut mengantar jenazah sampai ke kuburan. Karena Rasulullah juga melarang hal tersebut. Adapun shalat jenazah baik di Masjid maupun di tempat lain, dibolehkan untuk pria dan wanita semuanya.

PENUTUP

Inilah yang mampu kami (baca: Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz) susun. Semoga Allah Subhanahuwa Ta'ala senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallaahu alaihi wa sallam kepada segenap keluarganya dan sahabatnya.

Intisari Ajaran Islam - Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz (#9-15)

Sumber:
الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز "الدروس المهمة لعامة الأمة "
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, Intisari Ajaran Islam (pdf bisa didapat dihttp://rowea.blogspot.com/2010/01/blog-post_16.html?m=1)

Pelajaran #9 BACAAN TASYAHUD

Adapun bacaan Tasyahud adalah sebagai berikut:

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
(HR. Bukhari no. 6265).

Kemudian membaca shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wassallam:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
(HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari Ka'ab bin 'Ujroh).

Kemudian pada tasyahud akhir (setelah membaca Tahiyat dan Shalawat) membaca doa, memohon perlindungan kepada Allah dari siksa jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahanam, siksa alam kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Al-Masih ad-Dajjal.

Setelah itu, memilih doa yang dikehendaki, terutama doa yang ma'tsur  (yaitu doa yang diriwayatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) diantaranya adalah:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu".

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Ya Allah, sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku dan berilah rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Pada tasyahud awal setelah membaca dua kalimat syahadat, boleh langsung melanjutkan berdiri ke rakaat ketiga (di shalat Dhuhur, Ashar dan 'Isya). Namun apabila melanjutkan membaca shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wassallam itu  lebih baik berdasar hadits-hadits yang menerangkan tentang hal ini.

Pelajaran #10 SUNNAH-SUNNAH SHALAT

Sunnah-sunnah dalam shalat yaitu:

1. Istiftah (yaitu membaca doa iftitah setelah takbiratul Ihram sebelum membaca al-fatihah)
2. Meletakkan telapak tangan kanan di atas tangan kiri (bersedekap), di atas dada, pada waktu berdiri sebelum ruku dan setelahnya (walaupun ada pendapat lain yaitu setelah ruku, saat i'tidal, tangan tidak bersedekap)
3. Mengangkat kedua tangan dengan merapatkan jari-jari, tangan terbuka, sejajar dengan kedua bahu atau kedua telinga, ketika takbir pertama, saat akan ruku dan bangkit dari ruku dan ketika berdiri dari tasyahud awwal ke rakaat ketiga.
4. Membaca tasbih lebih dari satu kali ketika ruku dan sujud.
5. Membaca doa setelah membaca bacaan wajib "Rabbanaa wa lakalhamdu" ketika bangkit dari ruku (i'tidal). Dan membaca doa memohon ampunan lebih dari satu kali saat duduk diantara dua sujud.
6. Memposisikan kepala agar lurus sejajar dengan punggung pada saat ruku.
7. Ketika ruku memposisikan kedua lengan agar berjauhan dari kedua pinggang dan posisi perut berjauhan dari kedua paha dan posisi kedua paha berjauhan dari kedua betis.
8. Mengangkat kedua lengan (pergelangan tangan sampai sikut) dari tanah ketika sujud.
9. Duduk di atas kaki kiri yang dibaringkan, menegakkan (telapak) kaki kanan pada tasyahud awwal dan ketika duduk diantara dua sujud (duduk iftirosy).
10. Duduk tawarruk  pada tasyahud akhir pada shalat empat rakaat dan tiga rakaat. Yaitu duduk di atas pinggul dan meletakkan kaki kiri di  bawah kaki kanan serta menegakkan (telapak) kaki kanan.
11. Memberi isyarat (menunjuk) dengan jari telunjuk (kanan) pada tasyahud awwal dan akhir, mulai ketika duduk sampai akhir tasyahud sambil menggerakkannya ketika berdoa.
12. Membaca shalawat dan tabrik (memohon berkah) untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam dan keluarga beliau. Juga untuk Nabi Ibrahim 'alaihi wasallam dan keluarga beliau ketika berdoa.
13. Membaca doa pada tasyahud akhir.
14. Membaca dengan jahr (nyaring) pada saat shalat Shubuh, shalat Jum'ah, shalat dua 'Ied ('Iedul Fitri dan 'Iedul Adha), shalat istisqa (minta hujan), dan pada rakaat pertama dan kedua shalat Maghrib dan 'Isya.
15. Membaca dengan sirr (tidak nyaring) pada saat shalat Dhuhur, shalat Ashar, rakaat ketiga shalat Maghrib dan dua rakaat terakhir shalat 'Isya.
16. Membaca ayat-ayat Al-Qur'an sesudah membaca surat Al-Fatihah.

Juga hendaknya memperhatikan Sunnah-sunnah yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selain yang kami sebutkan di atas. Diantaranya membaca lanjutan bacaan setelah "Rabbana wa lakalhamdu" pada saat bangkit dari ruku. Yaitu bagi Imam, Ma'mum dan orang yang shalat sendirian. Bacaan tersebut adalah sunnah.
Termasuk sunnah shalat juga adalah pada saat ruku meletakkan kedua (telapak) tangan pada kedua lutut dengan merenggangkan jari-jari tangan.

Pelajaran #11 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT

Hal-hal yang membatalkan shalat ada 8 yaitu:

1. Berbicara dengan sengaja, sedangkan ia ingat (sadar) dan mengetahui hukumnya. Adapun orang yang lupa dan tidak mengetahui hukumnya maka shalatnya tidak batal.
2. Tertawa
3. Makan
4. Minum
5. Terbukanya aurat
6. Tubuh berpaling jauh dari kiblat
7. Banyak bergerak yg bersifat sia-sia secara berturut-turut
8. Batal wudhu

Pelajaran #12 SYARAT-SYARAT WUDHU

Syarat-syarat [sah] wudhu ada 10 yaitu:

1. Islam
2. Berakal
3. Tamyiz, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk (suci dan najis)
4. Niat
5. Meneruskan niat, yaitu dengan tidak berniat menghentikannya sampai selesai wudhunya
6. Hal-hal yang mewajibkan wudhu telah hilang
7. Istinja' (yakni bersuci dengan air) atau istijmar (yakni bersuci dengan batu) [bila setelah buang hajat]
8. Air yang dipakai untuk berwudhu adalah air yang suci [dan mensucikan] dan mubah [bukan hasil curian misalnya]
9. Menghilangkan apa yang menghalangi sampainya air ke kulit
10. Tiba waktu shalat bagi yang berhadats terus menerus

Pelajaran #13 HAL-HAL YANG WAJIB DALAM WUDHU

Adapun tata cara dan hal-hal yang wajib dalam wudhu adalah sebagai berikut:

1. Membasuh muka termasuk berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung [istinsyaq]
2. Membasuh kedua tangan sampai sikut
3. Mengusap seluruh kepala rambut termasuk telinga
4. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
5. Tertib (mengerjakannya dengan berurutan)
6. Muwalah (berkesinambungan)

Disunnahkan untuk mengulangi sampai 3 kali ketika membasuh muka, membasuh kedua tangan, kedua kaki, begitu juga ketika berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung. Dan yang wajib adalah hanya satu kali.

Adapun mengusap kepala tidak disunnahkan untuk mengulanginya sebagaimana dijelaskan hadits-hadits yang shahih.

Pelajaran #14 HAL-HAL MEMBATALKAN WUDHU

Hal-hal yang membatalkan wudhu ada 6:

1. Keluar sesuatu dari dua jalan (dubur dan kemaluan)
2. Keluar sesuatu najis dari tubuh
3. Hilangnya akal dengan tidur atau hal lainnya
4. Menyentuh kemaluan atau dubur dengan tangan tanpa pembatas
5. Makan daging onta
6. Keluar dari agama Islam. Na'udzubillaahi min dzaalik (Semoga Allah Melindungi kita dan kaum muslimin dari hal ini)

Adapun memandikan jenazah hukum yang benar adalah tidak membatalkan wudhu. Demikian menurut pendapat mayoritas ulama. Karena tidak ada dalil yang menyatakan hal itu. Kecuali jika tangan orang yang memandikan jenazah menyentuh kemaluan si mayit tanpa pembatas. Dan wajib bagi yang memandikan untuk tidak menyentuh kemaluan main kecuali dengan memakai pembatas.
Demikian halnya dengan menyentuh wanita. Hal ini tidak membatalkan wudhu. Baik menyentuh dengan syahwat maupun tidak.  Selama tidak ada sesuatu yg keluar (dari kemaluannya). Hal ini menurut pendapat yang paling kuat dari dua pendapat para ulama, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  pernah mencium istrinya kemudian menunaikan shalat tanpa berwudhu lagi.
Adapun firman Allah SWT dalam dua ayat, surat An-Nisa dan Al-Maidah:

أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ
...atau menyentuh perempuan (QS. Al-Maidah:6)

Maksudnya adalah menyetubuhi istri. Demikian pendapat yang kuat diantara para ulama. Bahkan itu pendapat dari Ibnu Abbas dan sekelompok ulama salaf [terdahulu] dan khalaf [yg kemudian]. Dan Allah-lah Yang Memberi Taufik.

Pelajaran #15 MENGHIASI DIRI DENGAN AKHLAQ YANG DISYARIATKAN KEPADA SETIAP MUSLIM

Diantara akhlaq mulia yang disyariatkan kepada setiap muslim:

1. Jujur
2. Amanah
3. Menjaga kesucian
4. Malu
5. Berani
6. Dermawan
7. Menepati janji
8. Menjauhi seluruh yang diharamkan oleh Allah
9. Berlaku baik kepada tetangga
10. Membantu orang yang memerlukan sesuai kemampuan
11. Dan akhlaq lainnya yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai akhlaq yang disyariatkan.

Rabu, 29 April 2015

Intisari Ajaran Islam - Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz (#1-8)

Sumber:
الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز "الدروس المهمة لعامة الأمة "
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, Intisari Ajaran Islam (pdf bisa didapat di http://rowea.blogspot.com/2010/01/blog-post_16.html?m=1)

Pelajaran #1 SURAT AL FATIHAH DAN SURAT-SURAT PENDEK

Belajar surat Al-Fatihah dan Surat-surat pendek sebisa mungkin, mulai dari surat Al-Zalzalah sampai surat An-Nas dengan cara belajar kepada guru, memperbaiki bacaan, hafalan,  dan penjelasan berkenaan hal yg wajib dipahami.

Pelajaran #2 RUKUN ISLAM

Penjelasan tentang hukum Islam yang lima, yang pertama dan paling utama adalah persaksian (syahadat) bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.
Yaitu dengan menjelaskan maknanya beserta syarat dari لاإله إلا الله (Laa Ilaaha  Illallah).

Makna لاإله "tiada ilah", artinya meniadakan (menafikan) seluruh yang disembah selain Allah.

Makna إلا الله "melainkan Allah", artinya menetapkan bahwa ibadah itu hanya untuk Allah semata dan tidak membuat sekutu bagi-Nya.

Adapun syarat-syarat لاإله إلا الله (Laa Ilaaha  Illallah):

1. Ilmu yg tidak bercampur dengan kebodohan
2. Keyakinan yg tidak bercampur dengan keraguan
3. Keikhlasan yg tidak bercampur dengan kesyirikan
4. Kejujuran yg tidak bercampur dengan kebohongan
5. Kecintaan yg tidak bercampur dengan kebencian
6. Ketaatan yg tidak bercampur dengan pembangkangan
7. Penerimaan yg tidak bercampur dengan penolakan
8. Pengingkaran kepada seluruh yang disembah selain Allah

Syarat-syarat tersebut diatas terkumpul dalam dua bait syair berikut

عِلْمٌ يَقِيْنٌ وَإِخْلاَصٌ وَصِدْقُكَ مَعَ
Ilmu, keyakinan dan Ikhlas serta kejujuran bersama

مَحَبَّةٍ وَانْقِيَادٍ وَالْقَبُوْلِ لَهَا
Cinta dan taat serta menerimanya.

وَزِيدُ ثَامِنُهَا فَكُفرَانُ مِنكَ بِمَا سِوَى الإلَهِ مِنَ الأ شيَاءِ قَد أَلَهَا
Ditambah (syarat) yang kedelapan (adalah pengingkaran) terhadap seluruh yang disembah selain Allah

Adapun persaksian bahwa sesungguhnya Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah, konsekuensinya adalah (1) membenarkan  setiap kabar berita, (2) mentaati semua perintah, (3) menjauhi setiap larangan dan peringatan yang beliau saw  sampaikan, dan (4) tidak beribadah kepada Allah kecuali sesuai dengan apa yg telah  disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw.

Kemudian penjelasan bagi penuntut ilmu tentang sisa rukun Islam yg lima, yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah Al-Haram bagi yg mampu. (Akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya)

Pelajaran #3 RUKUN IMAN

Rukun Iman ada enam:
1. Beriman kepada Allah
2. Beriman kepada para malaikat-Nya
3. Beriman kepada kitab-kitab-Nya
4. Beriman kepada Rasul-rasul-Nya
5. Beriman kepada Hari Akhir
6. Beriman kepada taqdir yang baik dan buruk (bahwa keduanya) datang dari Allah

Pelajaran #4 PEMBAGIAN TAUHID DAN SYIRIK

Tauhid ada tiga bagian:
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid 'Asma dan Shifat

o Tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah SWT pencipta segala sesuatu, mengatur segala sesuatu, tiada sekutu bagiNya.

o Tauhid Uluhiyah adalah meyakini bahwa Allah SWT yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya.
Sesuai dengan makna لاإله إلا الله (Laa Ilaaha  Illallah) yaitu tiada sesembahan yang haq (disembah dengan benar) kecuali Allah. Jadi, semua bentuk ibadah seperti shalat, puasa dan yang lainnya harus diikhlaskan hanya untuk Allah SWT tidak boleh dipersembahkan kepada selainNya.

o Tauhid 'Asma dan Shifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya seperti yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya. Menetapkan hanya untuk Allah saja menurut apa yang pantas bagiNya, tanpa ta'wil (mengubah makna), ta'thil (mengingkari makna), takyif (membayangkan hakikat nama dan sifat Allah) dan tanpa tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhlukNya). Hal ini sesuai dengan Firman Allah:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
(QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Juga Firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
(QS. As-Syura:11)

Sebagian 'Ulama membagi tauhid ini menjadi hanya dua bagian. Tauhid 'Asma dan Shifat dimasukkan menjadi bagian dari Tauhid Rububiyah. Hal itu tidak masalah karena maksud inti dari dua pembagian diatas sudah jelas.

Syirik ada 3 macam:
1. Syirik Akbar (besar)
2. Syirik Asghar (kecil)
3. Syirik Khafiy (tersembunyi)

1. SYIRIK AKBAR
Syirik Akbar adalah syirik yang berakibat gugurnya seluruh amal dan menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Sebagaimana  Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
(QS. Al An'am:88)

Allah SWT juga berfirman:

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
(QS. At Taubah: 17)

Orang yang meninggal dunia sedangkan ia masih mengerjakan syirik akbar ini, maka ia tidak akan diampuni dan diharamkan baginya surga sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(QS. An-Nisa: 48)

Allah SWT juga berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
(QS.Al Maidah: 72)

Dan diantara bentuk-bentuk syirik akbar ini adalah: berdoa (meminta) kepada orang-orang yg sudah meninggal dunia, kepada berhala-hala, meminta pertolongan kepada mereka, bernadzar untuk mereka, menyembelih untuk mereka, dan sebagainya.

2. SYIRIK ASGHAR
Syirik Asghar (kecil) yaitu perbuatan yang ditetapkan dalam nash Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai syirik, akan tetapi ia tidak termasuk dalam kategori Syirik Akbar. Seperti riya dalam beramal, bersumpah dengan selain Allah, ucapan "MasyaaAllah wa Syaa fulan" dan lain sebagainya. Seperti yang ditegaskan dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، فَقَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ: اَلرِّيَاءُ.

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Mereka (para Sahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu Riya'."

HR. Ahmad, At-Thabrani dan Al-Baihaqi dari Sahabat Mahmud bin Labid al-Anshari ra. dengan sanad yang baik. Dan juga diriwayatkan oleh At-Thabrani dengan beberapa isnad yang baik dari Mahmud bin Labid dari Rofi' bin Khudaij dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ.

"Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik."

Begitu juga hadits riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Umar bin Khaththab ra.,  dan diriwayatkan juga oleh Abu Dawud dan At-Tarmidzi dengan sanad yang shahih dari hadits Ibnu Umar ra. dari Nabi Shalallahu alaihi Wassallam, bahwa beliau bersabda:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ.

"Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik."

Dan sabda beliau Shallallahu alaihi Wasallam:

إِذَا حَلَفَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.

"Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: 'Atas kehendak Allah dan kehendakmu.' Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:

مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.

'Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.'"

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih dari Hudzaifah bin Yaman ra.

Syirik jenis ini (syirik asghar) tidak mengeluarkan seseorang dari agama Islam, tidak pula mengakibatkannya kekal di dalam neraka. Hanya saja ia mengurangi kesempurnaan tauhid yang diwajibkan.

3. SYIRIK KHAFIY
Adapun syirik khafiy (tersembunyi) dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?" Dia berkata,"Kami mau," maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya".

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a.

Syirik juga bisa dibagi dua macam saja yaitu syirik akbar dan syirik asghar. Sedangkan syirik khafiy bisa masuk pada kedua-duanya. Syirik khafiy bisa masuk syirik akbar seperti syiriknya orang-orang munafik karena mereka menyembunyikan akidah mereka yang batil dan menampakkan keislaman mereka karena riya dan takut akan kepentingan diri mereka. Juga bisa masuk ke syirik asghar seperti riya (dalam beribadah). Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits Mahmud bin Lubaid Al-Anshari dan hadits Abu Sa'id Al-Khudri sebelumnya. Dan hanya Allah saja yang dapat memberi taufik.

Pelajaran #5 IHSAN

Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan kamu melihat-Nya. Kalau kamu tidak melihat-Nya kamu harus yakin bahwa sesungguhnya Allah Melihatmu.

Pelajaran #6 SYARAT SHALAT

Syarat Shalat ada 9 yaitu:

1. Islam
2. Berakal
3. Tamyiz (mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk)
4. Bersuci dari hadats (besar dan kecil)
5. Menghilangkan najis
6. Menutup aurat
7. Masuk waktu shalat
8. Menghadap kiblat
9. Niat

Pelajaran #7 RUKUN SHALAT

Rukun Shalat ada 14, rinciannya sebagai berikut:

1. Berdiri jika mampu
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca surat Al-Fatihah
4. Ruku'
5. I'tidal sesudah ruku
6. Sujud di atas tujuh anggota tubuh (dua telapak tangan, dua lutut, dua telapak kaki dengan menempelkan ujung jari, dahi dan hidung)
7. Bangkit dari sujud
8. Duduk diantara dua sujud
9. Thuma'ninah (tenang) pada seluruh gerakan
10. Tertib dalam melaksanakan tiap rukun-rukun
11. Tasyahud akhir
12. Duduk pada tasyahud akhir
13. Bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam
14. Dua kali salam

Pelajaran #8 WAJIB SHALAT

Wajib Shalat ada 8, rinciannya sebagai berikut:

1. Semua bacaan takbir "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) selain takbiratul Ihram
2. Bacaan "Sami'allaahu li man hamidah" (Allah Maha Mendengar yang memuji-Nya) bagi imam dan orang yang shalat sendiri
3. Bacaan "Rabbana lakal hamdu" (Yaa Rabb kami, hanya untuk-Mu Segala Puji)
4. Bacaan "Subhana Rabbiyal 'Adzhim" (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung) ketika ruku
5. Bacaan "Subhana Rabbiyal A'la" (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) ketika sujud
6. Bacaan "Rabbighfirliy" (Yaa Rabb-ku ampunilah aku) ketika duduk diantara sujud
7. Bacaan Tasyahud awwal
8. Duduk pada tasyahud awwal

Minggu, 05 April 2015

Kajian Kitab Ushulus Sunnah - Prinsip Pertama


*) Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc.  hari Sabtu tgl 4 April 2015 / 14 Jumadil Akhir 1436H di Masjid Baitur Rahim Galaxy Bekasi Selatan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.

Berkata penulis, Abu Abdillah Ahmad Ibnu Hambal as-Syaibani:

أُصُولُ اَلسُّنَّةِ عِنْدَنَا:
اَلتَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَاَلْاِقْتِدَاءُ بِهِمْ، وَتَرْكُ اَلْبِدَعِ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلَالَةٌ، وَتَرْكُ اَلْخُصُومَاتِ، وَالْجُلُوسِ مَعَ أَصْحَابِ اَلْأَهْوَاءِ، وَتَرْكُ اَلْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ وَالْخُصُومَاتِ فِي اَلدِّينِ.

Prinsip-prinsip agama disisi kami adalah:
"Berpegang teguh dengan apa yang dijalani oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  serta bertauladan kepada mereka, meninggalkan perbuatan bid'ah, karena setiap bid'ah adalah sesat, tidak mengurangi, tidak duduk/bermajlis dengan ahlul ahwa (orang-orang yg mengikuti hawa nafsu), serta meninggalkan perdebatan dalam masalah agama."

SYARAH/PENJELASAN (Ustadz Rizal)

Ini adalah pemilihan kalimat yg agung oleh Imam Ahmad bahwa beliau memilih kata "berpegang teguh" ( اَلتَّمَسُّكُ) dengan apa yg dijalani para sahabat, bukan kata lainnya misal "menyerupai amal" para sahabat.
Karena pasti kita tidak akan bisa menyerupai amal mereka, namun untuk "berpegang teguh" InsyaaAllah kita bisa.

Bagaimana kita bisa menyerupai sahabat, bahkan Umar bin Khattab sempat berujar, "Bagaimanapun, aku tak akan pernah bisa menyamai Abu Bakar dalam hal ketaqwaaan dan ibadah kepada Allah SWT."

Berpegang teguh kepada para sahabat berarti menuruti tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sahabat adalah manusia pilihan yang diberikan keistimewaan dan keutamaan. Kesempatan dapat menyertai dan bertemu dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan anugerah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memilih di antara para hamba-Nya untuk menyertai rasul-Nya dalam menegakkan agama-Nya di muka bumi. Manusia-manusia pilihan ini, tentu memiliki kedudukan istimewa dibanding yang lain. Karena pilihan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mungkin keliru. 

'Abdullah bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu berkata: "Barang siapa di antara kalian ingin mengikuti sunnah, maka ikutilah sunnah orang-orang yang sudah wafat. Karena orang yang masih hidup, tidak ada jaminan selamat dari fitnah (kesesatan). Mereka ialah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam . Mereka merupakan generasi terbaik umat ini, generasi yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang tidak banyak mengada-ada, kaum yang telah dipilih Allah menjadi sahabat Nabi-Nya dalam menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka merupakan generasi yang berada di atas Shirâthal- Mustaqîm."
(Perkataan senada juga diriwayatkan dengan penuturan di atas oleh Ibnu 'Abdil-Bar dalam Jâmi' al-Bayân (II/97), Abu Nu'aim dalam al-Hilyah, dari Ibnu Umar ra (I/305))

Beliau Radhiyallahu anhu juga berkata: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melihat hati para hamba-Nya. Allah menemukan hati Muhammad adalah sebaik-baik hati hamba-Nya. Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya dengan membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati sahabat-sahabat beliau adalah sebaik-baik hati hamba. Maka Allah mengangkat mereka sebagai wâzir (pembantu-red) Nabi-Nya, berperang demi membela agama-Nya. Maka apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Dan apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi-Nya".
(HR Ahmad dan lainnya. Riwayat ini derajatnya hasan)

Dalam kitab Shahîhain, al-Bukhâri dan Muslim diriwayatkan dari hadits 'Abdullah bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ 

Sebaik-baik manusia ialah pada zamanku, kemudian zaman berikutnya, dan kemudian zaman berikutnya. Lalu akan datang suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpah, dan sumpahnya mendahului persaksian.
(Al-Fushul fi Sîratir-Rasûl, Ibnu Katsir, Takhrîj: Syaikh Sâlim bin 'Id al-Hilâli)

Juga keutamaan sahabat disebutkan dalam Qur'an surat At-Taubah ayat ke-100:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
(QS. At-Taubah [9]: 100)

Para sahabat adalah termasuk golongan orang-orang yang diberi nikmat (shiddiiqiin,  syuhada, sholihin) yang kita meminta ditunjukkan ke jalan yg sama dengan mereka setiap kita membaca surat Al-Fatihah.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(QS. An-Nisa [4]: 69)

PENUTUP

Inilah prinsip pertama dalam beragama seperti yg disampaikan oleh Imam Ahmad Bin Hambal dalam kitabnya Ushulus Sunnah:
"Berpegang teguh dengan apa yang dijalani oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam"

Semoga Allah Memudahkan kita untuk berpegang teguh dengan apa yang dijalani para sahabat radhiyallahu 'an hum.

Menggapai Khusyu' Dalam Shalat


*) Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc.  hari Ahad tgl 5 April 2015 / 15 Jumadil Akhir 1436H di Masjid Jannatul Firdaus Galaxy Bekasi Selatan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.

KEUTAMAAN SHALAT

Shalat lima waktu mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:

-  Shalat 5 waktu merupakan ibadah yang Allah Ta'ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda halnya dengan kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara malaikat.

- Shalat 5 waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.
Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yang paling utama

- Shalat adalah kunci masuk surga. Abu Salamah berkata bawa ia mendengar Rabi'ah ibn Ka'b Al-Aslami berkata, "Aku bermalam bersama Rasulullah Saw., aku juga pernah mengambilkan air wudhu dan air untuk buang hajat beliau. Lalu berliau bersabda, 'Mohonlah kepadaku.' Aku berkata, "Aku mohon agar dapat bersama dengan engkau di surga.' Beliau menegaskan, 'Adakah yang lain?' Aku menjawab, 'itu saja.' Beliau bersabda,

فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ

"Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat)." (HR. Bukhari dan Muslim)

KHUSYU' ADALAH HAL UTAMA DALAM SHALAT

Tidak cukup Shalat yang bisa menghilangkan keluh kesah lagi kikir, tapi Shalat yg "daaimuun" (khusyu). Seperti disebutkan dalam QS Al-Ma'arij sbb:

إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(19)

إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (20)

وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (21)

إِلَّا الْمُصَلِّينَ
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, (22)

الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (23)

(QS. Al Ma'arij [70]:19-23)

Makna Daaimun ( دَائِمُونَ) :
Tafsir Ibnu Mas'ud: menjaga waktu dan semua kewajiban dalam shalat
Tafsir Ibnu Katsir: melaksanakannya dengan tenang dan khusyu'

Orang-orang beriman yang beruntung adalah orang yang khusyu' dalam shalat.
Lihat QS. Al-Mu'minuun ayat 1-2, yang ditekankan adalah khusyu' nya

{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ}

"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya" (QS al-Mu'minuun: 1-2)".

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengingatkan para sahabatnya untuk khusyu'. Padahal para sahabat adalah orang-orang yang paling baik ibadahnya.
Seperti diriwayatkan dalam  HR. Al-Bukhari dan Muslim:
"Sesungguhnya beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: Apakah kalian melihat kiblatku di sini, demi Allah kekhusyu'an dan ruku' kalian tidak ada yang tersembunyi bagiku. Sesungguhnya saya melihat kalian dari belakang punggungku."
(Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 418)

Sahabat saja diingatkan untuk khusyu', berarti lebih-lebih lagi untuk kita.

DEFINISI KHUSYU'

Khusyu' adalah bentuk mashdar dari  خشع – يخشع - خشوعا . Secara etimologis menurut Ibnu Mandzhur, khusyu' adalah َ رمى ببصره نحو الأَرض وغَضَّه وخفَضَ صوته (mengarahkan pandangan ke bumi dan merendahkan suara). (Ibnu Mandzhur, Lisanul 'Arab, Juz. 8 hlm. 71, Maktabah Syamilah)

Lebih lanjut beliau (Ibnu Mandzhur) menjelaskan bahwa istilah khusyu' hampir sama dengan khudu'. Bedanya khudu' adalah الإِقْرار بالاستِخْذاء (tetap ) dan khusus pada badan. Sedangkan khusyu' ada pada badan, suara, dan pandangan. Sesuai dengan firman Allah yang menggunakan kata khusyu' pada tiga hal tersebut, yaitu

خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
... (dalam keadaan) pandangan mereka khusyu' (tunduk ke bawah), lagi mereka diliputi kehinaan. 
(QS. al-Qalam [63] : 43)

وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
... dan khusyu'lah (merendahlah) semua suara kepada Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.
(QS. Thaha [20] : 108)

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
... banyak muka pada hari itu khusyu' (tunduk terhina),
(QS. al-Ghasyiyah [88]: 2)

Sedangkan secara terminologi menurut Muhammad Shalih al-Munjid khusyu' adalah:

الخشوع هو السكون والطمأنينة والتؤدة والوقار والتواضع والحامل عليه الخوف من الله ومراقبته
Khusyu' adalah diam, tenang disertai dengan mengagungkan, merendahkan hati dan ber-muraqabah (perasaan hati yang selalu diawasi) yang berimplikasi kepada rasa takut / khauf kepada Allah SWT.
Khusyu' juga bisa didefinisikan sebagai berikut :

الخشوع هو قيام القلب بين يدي الرب بالخضوع والذل المدارج
Khusyu' adalah tegaknya hati di hadapan Tuhan dengan jiwa yang tunduk dan merasa hina.

Lebih lanjut beliau menerangkan bahwasannya khusyu' tempatnya adalah di hati sedangkan buahnya ada pada anggota badan. (Muhammad Shalih Al-Munjid, 33 Sababan lil Khusyu'i fi al-Shalat, juz 1 hlm.1, Maktabah Syamilah)

Ali bin Abi Thalib menyampaikan bahwa arti khusyu' di surah al-Mukminun ayat 2. "(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." Menurutnya, yang dimaksud dengan khusyuk adalah ketenangan yang berada dalam hati.

Maka jika hati seseorang khusyu', pendengaran, penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyu', (bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya". (Ibnu Rajab, Kitab "al-Khusyu' fish shalaah" [hal. 11-12]).

Imam Ibnul Qayyim berkata: "Para ulamasepakat (mengatakan) bahwa khusyu' tempatnya dalam hati dan buahnya (tandanya terlihat) pada anggota badan". (Kitab "Mada-rijus saalikiin" [1/521]).

Salah seorang ulama salaf ketika beliau melihat seorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya: "Seandainya hati orang ini khusyu' maka akan khusyu' semua anggota tubuhnya". (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam "Majmu'ul fata-wa" [18/273])

Syaikh Muhammad bin Shaleh al-'Utsaimin berkata: "Para ulama menafsirkan (arti) khusyu' dalam shalat yaitu diamnya anggota badan yang disertai dengan ketenangan (dalam) hati. Maksudnya: menghadirkan/mengkonsentrasikan hati dalam shalat dan menjadikan anggota badan tenang, maka tidak ada perbuatan sia-sia dan bermain-main (dalam shalat) disertai hati yang hadir berkonsentrasi menghadap ke pada Allah Ta'ala. Tatkala hati (seorang hamba) menghadap kepada Allah Ta'ala yang maha mengetahui isi hati, maka pasti hamba tersebut akan (meraih) khusyu' (dalam shalatnya) dan memusatkan pikirannya kepada Zat yang dia sedang bermunajat kepada-Nya, yaitu Allah Ta'ala. Kalau demikian khusyu' adalah sifat ruhani dalam diri manusia yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan anggota badan". (Kitab "Fathu Dzil jalaali wal ikraam bisyarhi buluugil maraam" [1/571])

Pentingnya menghadirkan khusyu' di dalam hati ini mendasari Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Ruuh membagi khusyu' menjsdi dua jenis yaitu :

1.      Khusyu' Iman, yaitu kekhusyu'an hati menghadap Allah SWT dengan penuh penghormatan, pengagungan, penghambaan, dan pengharapan sehingga timbul dalam hatinya perasaan malu dan cinta kepada Allah SWT dan kemudian berimplikasi kepada khusyu'nya (tenangnya) anggota badan.

2.      Khusyu' Nifaq, yaitu khusyu' hanya pada anggota badan saja, sedangkan hatinya tidak. Pada khusyu' jenis ini khusyu' hanya ada pada anggota badan saja yang terkesan terlihat tenang, tunduk, namun hatinya jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Khusyu' jenis ini sangat dibenci oleh para ulama'. Karena pada khusyu' jenis ini seseorang hanya memperhatikan aspek dzahir saja sedangkan hatinya batinnya tidak. Hal ini sama halnya dengan sifat munafik yang sangat dibenci oleh agama.
(Ibnu al-Qayyim, Al-Ruuh, juz. 1 hlm. 232)

Sahabat Hudzaifah ibnul Yaman juga memperingatkan kita untuk meninggalkan khusyu' yang dibungkus kemunafikan (khusyu' nifaq).

KEUTAMAAN-KEUTAMAAN KHUSYU

Keutamaan Khusyu':

1. Menjadi Mu'min yg beruntung (al-Mu'minuun:2)

2. Sifatnya para Nabi
Allah Ta'ala memuji para Nabi dan Rasul Shallallahu'alaihi Wasallam dengan sifat mulia ini (khusyu'), yang mereka adalah hamba-hamba-Nya yang memiliki keimanan yang sempurna dan selalu bersegera dalam kebaikan. Allah Ta'ala berfirman:

{إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ}

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' (dalam beribadah)" (QS al-Anbiyaa': 90).

3. Diberikan kemudahan dalam beribadah

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(QS.Al-Baqarah [2]: 45)

4. Allah Memuji orang yg khusyu' sebagai tanda ciri orang beriman dan akan mendapat maghfirah dan pahala yg besar.
Bahkan Allah Ta'ala menjadikan sifat agung ini termasuk ciri utama orang-orang yang sempurna imannya dan sebab keberuntungan mereka2, dalam firman-Nya:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(QS. al Ahzab [33]: 35)

5. Ciri orang yang diberi pengetahuan, seperti disebutkan di QS. al-Isyra 107-109:

قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا ۚ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا

Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (107)

وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا

dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". (108)

وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا ۩

Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. (109)
(QS. al-Isyra [17]: 107-109)

6. Dijauhkan dari kefasiqan

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ

Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (khusyu') mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Al Hadid [57]: 16)

7. Diampuni Dosa
Dengan kekhusyu'an, akan diampuni dosa-dosa dan dihapus kesalahan-kesalahan, dan ditulislah shalat di timbangan kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ

Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu`, khusyu' dan ruku'nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa. [HR Muslim]

Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berwudhu seperti cara aku berwudhu, kemudian ia beranjak shalat dua rakaat tanpa terbersit atau membayangkan apapun dalam hatinya, maka Allâh Azza wa Jalla akan mengampuni dosa orang tersebut.
(HR al-Bukhâri, 158)

SEBAB-SEBAB YANG AKAN MENGHADIRKAN KHUSYU'

Sebab-sebab yg akan menghadirkan khusyu' diantaranya:

1. Memperkokoh keimanan kepada Allah SWT dan berusaha maksimal menghadirkan ketenangan/kedamaian di dalam jiwa ketika shalat.

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra'du [13]: 38)

2. Membaca Al-Qur'an, berdzikir dengan penuh tadabbur.
Membaca Al-Qur'an dengan penuh tadabbur akan menghadirkan  kekhusyu'an seperti disebutkan dalam Qur'an  surat Az-Zumar sbb:

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya (khusyu'), kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
(QS. Az-Zumar [39]: 23)

Berusaha mentadabburi Al-Qur'an dan dzikir adalah sifat para sahabat. Diriwayatkan dari 'Utsman bin Abil 'Ash radhiallahu 'anhu, ia berkata:

يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلاَتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا. قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي

"Wahai Rasulullah, setan telah menjadi penghalang antara diriku dan shalatku serta bacaanku." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Itulah setan yang bernama Khanzab. Jika engkau merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah ke arah kiri tiga kali." Aku pun melakukannya dan Allah telah mengusirnya dari sisiku. (HR. Muslim no. 2203 dari Abul 'Ala`)

3. Senantiasa menghisab / introspeksi diri
Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu berkata, "Hisablah diri kalian sebelum dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum ditimbang (oleh Allâh) ….".

4. Melihat ke arah sujud dan menyelami apa yang kita baca di dalam shalat

5. Kesungguhan yang tinggi

6. Berupaya merasakan kelezatan, kenikmatan, kedamaian dalam shalat sebagaimana yg dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya

7. Bersegera menuju shalat (sebelum adzan sdh ke Masjid)

8. Belajar, merenungi dari khusyu' nya ibadah para sahabat

TINGKATAN MANUSIA DALAM SHALAT

Ibnul Qayyim berkata, "Tingkatan manusia di dalam shalat ada lima:

Pertama, orang yang sangat zalim terhadap dirinya sendiri. Mereka adalah orang yang wudhunya tidak sempurna, waktu shalatnya tidak terjaga, syarat dan rukunnya tidak diperhatikan;

Kedua, orang yang memperhatikan shalat, wudhu dan rukun-rukun lahiriah shalat. Akan tetapi ia lupa akan kesungguhan jiwa. Mereka terlena oleh bisikan dan gangguan yang ada dalam pikirannya;

Ketiga, orang yang menjaga syarat dan rukun shalatnya, dan jiwanya bersungguh-sungguh melawan bisikan dan gangguan. Mereka sangat semangat dalam melawan musuh-musuh agar tidak mampu mencuri shalat mereka. Orang seperti ini berada dalam shalat dan perjuangan;

Keempat, orang yang sangat memperhatikan shalatnya dan hatinya terfokus dalam ruh shalat dan penghambaan terhadap Rabbnya;

Kelima, orang yang mencurahkan segala pikiran dan hatinya untuk mencapai kekhusyukan yang paripurna di dalam shalat. Ia melihat Allah dengan hatinya dan ia sadar bahwa Allah selalu mengawasinya (ihsan). Hatinya penuh dengan cinta dan keagungan Allah. Seolah-olah ia melihat Allah dan ia hadir di hadapan-Nya. Bisikan dan godaan lenyap dari dirinya.

PENUTUP
Berusahalah untuk selalu khusyu' dalam setiap ibadah, terutama ibadah Shalat. Iringi dengan doa agar Allâh Membantu kita untuk memperbaiki ibadah kita.

اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.

"Ya Allah! Bantulah aku untuk (selalu) berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu."