Minggu, 13 Desember 2015

BAGAIMANA SIKAP SEORANG MU'MIN DALAM MENGHADAPI MUSIBAH

Catatan Pengajian Ustadz Irwansyah Bada Dhuhur Selasa 27/10/2015 - 14 Muharram 1437H.

~ BAGAIMANA SIKAP SEORANG MU'MIN DALAM MENGHADAPI MUSIBAH ~

Sikap seorang mu'min dalam  menghadapi mushibah:
1. Sabar
2. Berdo'a
3. Husnudzhon
4. Ridha

1. SABAR

Ketika mendapat musibah hendaknya seorang mu'min bersabar dalam menghadapinya.

Disebutkan oleh 'Ulama Sabar mencakup:
1. Sabar dalam melaksanakan Perintah Allah
2. Sabar dalam meninggalkan Ma'siat
3. Sabar dalam menghadapi mushibah

Dalil mengenai Sabar:
QS.Ali Imran [3]:200

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

QS. Lukman [31]:17
ِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

...bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

QS. Al-Baqarah [2]:155-157

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

QS. Al-Baqarah [2]:45

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

2. BERDO'A

Hendaklah seorang mu'min dalam menghadapi musibah berdoa kepada Allah untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah dan meminta pahala dari musibahnya.

Dalil mengenai berdoa saat mendapatkan musibah:

QS. Al-Baqarah [2]:156
... (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Hadits mengenai doa ketika mendapat mushibah:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْهَا

"Sesungguhnya kita milik Allah, dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya".

3. HUSNUDZHON

Hendaknya seorang mu'min ketika mendapat musibah berbaik sangka (husnudzhan) bahwa musibah yang menimpanya pasti akan menberikan hikmah kebaikan baginya.

Dalil:

Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah maka Dia Mengujinya (HR. Muslim)

Sesungguhnya Allah SWT ketika Mencintai suatu kaum maka Dia Mengujinya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

4. RIDHA

Hendaklah seorang mukmin ketika mendapat musibah, ridha dengan ketentuan Allah yang menimpanya.
Dan Allah Menjanjikan keutamaan-keutamaan bagi orang yang mendapat musibah dan sabar dalam menghadapinya.

Dalil:
"Segala sesuatu sudah tercatat disisi Allah, maka bersabarlah dan berinstrospeksilah"
(HR.Bukhari)

"Barangsiapa yang ridha dengan musibah yang menimpanya maka Allah Ridha kepadanya dan barangsiapa yang benci maka Allah juga murka kepadanya"
(HR.Tirmidzi dan Ibnu Madjah)

"Sungguh mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya."
(HR Muslim)

Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas."
(QS.Az Zumar : 10)

"Seorang mukmin yang terus-menerus ditimpa musibah, baik terhadap dirinya, anaknya, maupun hartanya sampai dia menemui Allah (menemui ajal), maka tiada dosa baginya."
(HR.Bukhari)

"Sabar adalah cahaya"
(HR.Muslim)

"Ketika Aku menguji hambaKu dengan kedua matanya kemudian dia bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan Surga"
(HR.Muslim)

~ End ~

Sabtu, 07 November 2015

Kajian Kitab Al Wajiz - Adab-adab terkait Masjid

*) Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Azhar Kholid Bin Seff Ahad, 26 Muharram 1437H / 8 November 2015 di Masjid Al Ikhlas, Perum Masnaga Jl. Nakula 6 Jakasetia Bekasi Selatan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.

- Berdoa ketika keluar rumah:
Doa ini bersifat umum (setiap keluar rumah) tanpa melihat kemana tujuan perginya.
Dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَيْتِهِ فَقَالَ بِسْمِ اللَّهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ قَالَ « يُقَالُ حِينَئِذٍ هُدِيتَ وَكُفِيتَ وَوُقِيتَ فَتَتَنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِينُ فَيَقُولُ لَهُ شَيْطَانٌ آخَرُ كَيْفَ لَكَ بِرَجُلٍ قَدْ هُدِىَ وَكُفِىَ وَوُقِىَ ».

"Jika seseorang keluar rumah, lalu dia mengucapkan "Bismillahi tawakkaltu 'alallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah" (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu: "Engkau akan diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga". Setan pun akan menyingkir darinya. Setan yang lain akan mengatakan: "Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan?!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits inishahih)

Dari hadits ini jelaslah jika kita membaca doa ini maka akan mendapatkan 4  hal di atas (diberi petunjuk, dicukupkan dan dijaga, Setan menyingkir darinya).

- Doa ketika akan pergi ke Masjid

Ketika hendak menuju masjid, dianjurkan membaca :

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي بَصَرِي نُورًا وَفِي سَمْعِي نُورًا وَعَنْ يَمِينِي نُورًا وَعَنْ يَسَارِي نُورًا وَفَوْقِي نُورًا وَتَحْتِي نُورًا وَأَمَامِي نُورًا وَخَلْفِي نُورًا وَاجْعَلْ لِي نُورًا

"Allahummaj'al fii qolbi nuura wa fii bashari nuura wa fii sam'i nuura wa 'an yamiinihi nuura wa 'an yasaarii nuura wa fauqi nuura wa tahti nuura wa amaami nuura wa khalfi nuura waj'al lii nuura (Ya Allah jadikanlah cahaya dalam hatiku, cahaya dalam penglihatanku, cahaya dalam pendengaranku, cahaya dari kananku, cahaya dari kiriku, cahaya dari belakangku, dan jadikanlah untukku cahaya" (H.R Muslim 763)

- Doa masuk masjid (ada 3 pilihan doa)
1. Dari Fatimah

عَنْ فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ يَقُولُ بِسْمِ اللَّهِ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَوَإِذَا خَرَجَ قَالَ بِسْمِ اللَّهِ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ فَضْلِكَ

Dari Fathimah putrid Rasulullah shollallahu alaihi wasallam beliau berkata: Rasulullah shollallahu alaihi wasallam jika masuk masjid mengucapkan: Bismillah wassalaamu 'alaa Rosulillah Allahummaghfir lii dzunuubii waftahlii abwaaba rohmatik (Dengan Nama Allah, dan semoga keselamatan tercurah kepada Rasulullah, Ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu-pintu RahmatMu). Dan jika keluar beliau membaca : Bismillah wassalaamu 'alaa Rosulillah Allaahumaghfir lii dzunuubii waftahlii abwaaba fadhlika (Dengan Nama Allah, dan semoga keselamatan tercurah kepada Rasulullah, Ya Allah ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku pintu-pintu Keutamaan (dari)Mu (H.R Ibnu Majah, dishahihkan al-Albany).

2. Dari Abdullah bin 'Amr bin Al 'Ash

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ قَالَ أَقَطْ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ فَإِذَا قَالَ ذَلِكَ قَالَ الشَّيْطَانُ حُفِظَ مِنِّي سَائِرَ الْيَوْمِ

Dari Abdullah bin 'Amr bin al-Ash dari Nabi shollallahu alaihi wasallam bahwasanya beliau jika (akan) masuk masjid beliau berdoa: 'A-udzu billaahil 'adzhiim wa bi wajhihil kariim wa sulthonihil qodiim minasy syaithoonir rojiim (Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dan dengan Wajahnya Yang Maha Mulya dan Kekuasaannya yang Azaliy (tak berpemulaan) dari Syaithon yang terkutuk). (Salah seorang perawi yang bernama Haywah bin Syuraih berkata) Apakah itu saja. (Uqbah bin Muslim menyatakan) Ya. Jika ia mengucapkan hal itu maka Syaithan akan berkata: Ia telah terjaga dariku pada seluruh bagian hari yang tersisa ini (H.R Abu Dawud, dishahihkan al-Albany)

3. Dari Abu Sa'id

caan doa masuk masjid sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Sa'id radhiyallahu 'anhu:

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ افْتَحْ لِى أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ. وَإِذَا خَرَجَ فَلْيَقُلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ

"Jika salah seorang di antara kalian memasuki masjid, maka ucapkanlah,'Allahummaftahlii abwaaba rahmatik' (Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu). Jika keluar dari masjid, ucapkanlah: 'Allahumma inni as-aluka min fadhlik' (Ya Allah, aku memohon pada-Mu di antara karunia-Mu)." (HR. Muslim 713)

- Bersuci sebelum pergi ke Masjid

Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

"Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajat." (HR. Muslim no. 1553)

- Tahiyyatul Masjid

Tahiyyat artinya penghormatan.

Dalam hadis yang diriwayatkanoleh Abu Qatadah radhiyallahu 'anhu. Rasulullahshallallahu 'alaihiwasallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ

"Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk." (HR. Al-Bukhari no. 537 & Muslim no. 714)

Bahkan saat shalat Jum'at dan khatib sudah memulai khotbahnya pun sekalipun.
Sesuai hadits Jabir bin Abdillah –radhiyallahu 'anhu– berkata, beliau berkata:

جَاءَ سُلَيْكٌ الْغَطَفَانِيُّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْطُبُ, فَجَلَسَ. فَقَالَ لَهُ: يَا سُلَيْكُ قُمْ فَارْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَتَجَوَّزْ فِيهِمَا! ثُمَّ قَالَ: إِذَا جَاءَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ وَلْيَتَجَوَّزْ فِيهِمَا

Artinya,"Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jum'at, sementara Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang berkhutbah, dia pun duduk. Maka beliau langsung bertanya padanya, "Wahai Sulaik, bangun dan shalatlah dua raka'at, kerjakanlah dengan ringan." Kemudian beliau bersabda, "Jika salah seorang dari kalian datang pada hari Jum'at, sedangkan imam sedang berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua raka'at, dan hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan." (HR. Al-Bukhari no. 49 dan Muslim no. 875)

- Bersemangat untuk berangkat ke Masjid lebih awal

Imam al-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu, ia mengatakan, Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda:

مَنْ صَلَّى لِلَّهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ يُدْرِكُ التَّكْبِيرَةَ الْأُولَى كُتِبَتْ لَهُ بَرَاءَتَانِ بَرَاءَةٌ مِنْ النَّارِ وَبَرَاءَةٌ مِنْ النِّفَاقِ

"Barangsiapa yang shalat karena Allah selama 40 hari secara berjama'ah dengan mendapatkan Takbiratul pertama (takbiratul ihramnya imam), maka ditulis untuknya dua kebebasan, yaitu kebebasan dari api neraka dan kebebasan dari sifat kemunafikan." (HR. Tirmidzi, dihasankan oleh Syaikh Al Albani di kitab Shahih Al Jami' II/1089, Al-Silsilah al-Shahihah: IV/629 dan VI/314).

Selasa, 27 Oktober 2015

BAGAIMANA SIKAP SEORANG MU'MIN DALAM MENGHADAPI MUSIBAH

Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Irwansyah Selasa 14 Muharram 1437H / 27 Oktober 2015 di Musholla As-Salam Menara Prima Mega Kuningan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.

Sikap seorang mu'min dalam  menghadapi mushibah:
1. Sabar
2. Berdo'a
3. Husnudzhon
4. Ridha

1. SABAR

Ketika mendapat musibah hendaknya seorang mu'min bersabar dalam menghadapinya.

Disebutkan oleh 'Ulama Sabar mencakup:
1. Sabar dalam melaksanakan Perintah Allah
2. Sabar dalam meninggalkan Ma'siat
3. Sabar dalam menghadapi mushibah

Dalil mengenai Sabar:
QS.Ali Imran [3]:200

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.

QS. Lukman [31]:17
ِ وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

...bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

QS. Al-Baqarah [2]:155-157

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.

الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.

QS. Al-Baqarah [2]:45

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

2. BERDO'A

Hendaklah seorang mu'min dalam menghadapi musibah berdoa kepada Allah untuk menyerahkan segala urusan kepada Allah dan meminta pahala dari musibahnya.

Dalil mengenai berdoa saat mendapatkan musibah:

QS. Al-Baqarah [2]:156
... (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".

Hadits mengenai doa ketika mendapat mushibah:

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَأَخْلِفْ لِي خَيْراً مِنْهَا

"Sesungguhnya kita milik Allah, dan kita akan kembali kepada-Nya. Ya Allah, berilah aku pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya".

3. HUSNUDZHON

Hendaknya seorang mu'min ketika mendapat musibah berbaik sangka (husnudzhan) bahwa musibah yang menimpanya pasti akan menberikan hikmah kebaikan baginya.

Dalil:

Barangsiapa dikehendaki kebaikan oleh Allah maka Dia Mengujinya (HR. Muslim)

Sesungguhnya Allah SWT ketika Mencintai suatu kaum maka Dia Mengujinya (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

4. RIDHA

Hendaklah seorang mukmin ketika mendapat musibah, ridha dengan ketentuan Allah yang menimpanya.
Dan Allah Menjanjikan keutamaan-keutamaan bagi orang yang mendapat musibah dan sabar dalam menghadapinya.

Dalil:
"Segala sesuatu sudah tercatat disisi Allah, maka bersabarlah dan berinstrospeksilah"
(HR.Bukhari)

"Barangsiapa yang ridha dengan musibah yang menimpanya maka Allah Ridha kepadanya dan barangsiapa yang benci maka Allah juga murka kepadanya"
(HR.Tirmidzi dan Ibnu Madjah)

"Sungguh mengagumkan keadaan seorang Mukmin, semua keadaannya (membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang Mukmin; jika dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu adalah kebaikan baginya."
(HR Muslim)

Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas."
(QS.Az Zumar : 10)

"Seorang mukmin yang terus-menerus ditimpa musibah, baik terhadap dirinya, anaknya, maupun hartanya sampai dia menemui Allah (menemui ajal), maka tiada dosa baginya."
(HR.Bukhari)

"Sabar adalah cahaya"
(HR.Muslim)

"Ketika Aku menguji hambaKu dengan kedua matanya kemudian dia bersabar, maka Aku akan menggantinya dengan Surga"
(HR.Muslim)

~ End ~

Sabtu, 24 Oktober 2015

Istisqa

Istisqa secara makna syar'iyyah artinya meminta hujan kepada Allah.
Cara istisqa ada 3:
1. Shalat istisqa secara berjama'ah ataupun sendirian (Al Ihkam Syarh Ushulil Ahkam, Ibnul Qasim, 1/504)
2. Imam shalat Jum'at memohon kepada Allah agar diturunkan hujan dalam khutbahnya, sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah saw, (HR. Bukhari no.1014, Muslim no.897)
3. Ketiga, berdoa setelah shalat atau berdoa sendirian tanpa didahului shalat. Para ulama ber-'ijma akan bolehnya hal ini. (Al Mughni, 3/335 – 337)

o Kaifiat (Tatacara) Shalat Istisqa

Ada 2 pendapat mengenai kaifiat (tatacara) shalat istisqa
Pendapat Pertama: Tata caranya sama dengan shalat 'Id dalam jumlah rakaat, tempat pelaksanaan (di lapangan), jumlah takbir, jahr dalam bacaan dan bolehnya khutbah setelah shalat. Ini adalah pendapat mayoritas ulama diantaranya Sa'id bin Musayyab, 'Umar bin Abdil Aziz, Ibnu Hazm, dan Imam Asy Syafi'i. Bedanya shalat Istisqa waktunya boleh kapan saja
Pendapat Kedua: Tata cara shalat istisqa adalah sebagaimana shalat sunnah biasa, yaitu sebanyak dua rakaat tanpa ada tambahan takbir. Hal ini didasari hadits dari Abdullah bin Zaid:

خرج النبي – صلى الله عليه وسلم – إلى المصلى فاستقبل القبلة وحول رداءه، وصلى ركعتين

"Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam keluar menuju lapangan. Beliau meminta hujan kepada Allah dengan menghadap kiblat, kemudian membalikan posisi selendangnya, lalu shalat 2 rakaat" (HR. Bukhari no.1024, Muslim no.894).

Zhahir hadits ini menunjukkan shalat istisqa sebagaimana shalat sunnah biasa, tidak adanya takbir tambahan. Ini adalah pendapat Imam Malik, Al Auza'i, Abu Tsaur, dan Ishaq bin Rahawaih.
Mana yang lebih baik?
Ibnu Qudamah Al Maqdisi setelah menjelaskan dua tata cara ini beliau mengatakan:
"Mengerjakan yang mana saja dari dua cara ini adalah boleh dan baik".

o Kaifiat Berdoa Istisqa

1. Berdoa setelah shalat atau berdoa sendirian tanpa didahului shalat.
2. Menghadap kiblat. Termasuk Imam walaupun ia harus membelakangi ma'mum.
3. Mengangkat tangan sampai terlihat ketiak.

o Doa Istisqa

Beberapa doa yang dipraktekkan Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam ketika istisqa:

اللهم اسقنا، اللهم اسقنا، اللهم اسقنا

"Ya Allah turunkan hujan kepada kami. 3x" (HR. Bukhari, no. 1013, 1014, Muslim no.897)

Dalam riwayat Muslim:

اللهم أغثنا، اللهم أغثنا، اللهم أغثنا

"Ya Allah turunkan hujan kepada kami. 3x"

اللهم اسقنا غيثًا مغيثًا، مريعًا، نافعًا غير ضار، عاجلاً غير آجل

"Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, yang terus-menerus, yang bermanfaat serta tidak membahayakan, yang datang dengan segera dan tidak tertunda" (HR. Abu Daud no.1169, dishahihkan oleh Al Albani dalamShahih Abi Daud)

الحمد لله رب العالمين، الرحمن الرحيم، ملك يوم الدين، لا إله إلا الله يفعل ما يريد، اللهم أنت الله لا إله إلا أنت الغني ونحن الفقراء، أنزل علينا الغيث واجعل ما أنزلت لنا قوة وبلاغًا إلى حين

"Tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Dia, Dia melakukan apa saja yang dikehendaki. Ya Allah, Engkau adalah Allah, tidak ada sembahan yang berhak disembah kecuali Engkau Yang Maha kaya sementara kami yang membutuhkan. Maka turunkanlah hujan kepada kami dan jadikanlah apa yang telah Engkau turunkan sebagai kekuatan bagi kami dan sebagai bekal di hari yang di tetapkan" (HR. Abu Daud no.1173, dishahihkan Al Albani dalamShahih Abi Daud)

اللهم اسق عبادك، وبهائمك، وانشر رحمتك، وأحيي بلدك الميت

"Ya Allah, turunkanlah hujan kepada hamba-Mu, serta hewan-hewan ternak, tebarkanlah rahmat-Mu, serta hidupkanlah negeri-negeri yang mati" (HR. Abu Daud no.1176, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abi Daud)

اللهم اسقنا غيثًا مريئًا مريعًا طبقًا عاجلاً غير رائث ، نافعًا غير ضار

"Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang lebat, yang memberi kebaikan, yang terus-menerus, yang memenuhi bumi, yang datang dengan segera dan tidak tertunda, yang bermanfaat serta tidak membahayakan" (HR. Ibnu Maajah no.1269, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Maajah)

o Khutbah pada Shalat Istisqa

Khutbah istisqa hukumnya sunnah, sebagaimana disebutkan dalam hadits 'Aisyah dan hadits Ibnu 'Abbas. Namun para ulama berbeda pendapat apakah lebih dahulu shalat kemudian khutbah ataukah sebaliknya
Khutbah istisqa seperti halnya khutbah 'ied hanya satu khutbah. Bukan seperti shalat Jum'at, ada 2 khutbah. Yg diantara khutbah khotib duduk diantara 2 khutbah.

~ Wallaahu a'lam bis showab 0817122213 ~

Rabu, 09 September 2015

KEUNIKAN BAHASA ARAB

Coba Anda baca petuah di bawah ini :

خَيْرُ النَّاسِ مَنْ كَفَّ فَكَّهُ وَفَكَّ كَفَّهُ 
وَشَرُّ النَّاسِ مَنْ فَكَّ فَكَّهُ وَكَفَّ كَفَّهُ 
ْفَكَمْ مِنْ فَكَةِ كَفٍّ كَفَتْ فُكُوكَهُمْ 
ْوَكَمْ مِنْ كَفَةِ فَكٍّ فَكَتْ كُفُوفَهُمْ 
كَفُّوا فُكُوكَكُمْ وَفَكُّوا كُفُوْفَكُمْ .

Menarik tidak??

Berikut adalah artinya:
🌱Sebaik² manusia adalah orang yang bisa menahan mulutnya (yaitu menjaga ucapannya) dan membuka tangannya (yaitu ringan tangan dan suka membantu)
🌱Sejelek² manusia adalah orang yang suka membuka mulutnya (yaitu tidak menjaga mulutnya) dan menahan tangannya (yaitu tidak suka menolong)
🌱Betapa banyak orang yang membuka tangannya (suka menolong) menahan mulutnya (menjaga ucapannya)
🌱Dan betapa banyak orang yang menahan tangannya (tidak suka menolong) membuka mulutnya (tidak menjaga ucapannya)
🌱Tahanlah mulut² kalian (yaitu jagalah mulut kalian) dan bukalah tangan² kalian (yaitu suka menolong)

EKSPLORASI :
🌷 Ini adalah keistimewaan Bahasa Arab, hanya berbekal dua huruf utama, yaitu huruf ف dan ك yang terkombinasi bisa menjadi petuah yang sarat manfaat.
Perhatikan ketika huruf ف dan ك terkombinasi :
1⃣ Berfungsi sebagai "fi'il"  (verba)
🅰 Kata كفّ  bermakna منع yaitu mencegah / menahan
🅱 Kata فكّ bermakna حل وفض وأطلق yaitu melepaskan, membuka atau membebaskan
2⃣ Berfungsi sebagai "isim" (nomina)
🅰 Kata كف atau الكف yang bentuk plural nya الكفوف، bermakna tangan, telapak tangan beserta jari jemarinya.
🅱 Kata فك atau الفك yang bentuk plural nya الفكوك, bermakna rahang, tulang rahang.

🌷 Dinamika dan kekuatan Bahasa Arab, yang terlihat dari kekayaan "ashwat" (fonetis) dari beberapa huruf yang sama. Misalnya, huruf ك - ل - م, memiliki komposisi bervariasi yg memiliki kekuatan makna tersendiri sesuai komposisi masing². Misalnya, dari tiga huruf di atas :
1⃣ Ka-la-ma (كَلَمَ) bermakna جَرَحَ (melukai)
2⃣ Ka-mu-la (كَمُلَ) bermakna sempurna
3⃣ La-ka-ma (لَكَمَ) bermakna menempeleng
4⃣ ma-ka-la (مَكَلَ) bermakna menyusut, berkurang
5⃣ ma-la-ka (مَلَكَ) yang bermakna memiliki
Keistimewaan ini hanyalah dimiliki oleh Bahasa Arab.

🌷 Kekayaan kosakata dan sinonim (murâdif).
1⃣ Untuk menyebutkan kata mulut, di dalam bahasa Arab bisa disebut
ثَغْر ؛ فَم ؛ فُتْحَة ؛ فُو ؛ فُوْه ؛ فُوّهَة ؛ فِيه ؛ فاه ؛ مَبْسِم؛ فك
2⃣ Untuk menyebutkan kata tangan, bisa disebut :
إصْبَع ؛ إمْضاء ؛ تَوْقِيع ؛ حَوْز ؛ حِيَازَة ؛ دَور ؛ ضِلْع ؛ كَفّ ؛ مُسَاعَدَة ؛ يَد
3⃣ Tahukah anda, di dalam bahasa Arab, kita bisa mendapati
🔹21 kata sinonim (murâdif) utk kata cahaya
🔹52 kata sinonim utk kegelapan
🔹9 sinonim utk matahari
🔹50 sinonim utk awan
🔹64 sinonim utk hujan
🔹170 sinonim utk air
🔹100 sinonim utk jenggot
🔹dan ribuan kata lainnya.

🌷 Kecermatan (diqqoh) makna pada tiap kata, walaupun kaya dengan sinonim.
Misal, untuk kata "melihat" memiliki bbrp sinonim, namun memiliki penekanan makna yang berbeda. Seperti :
🔹kata نظر artinya memandang/melihat
🔹kata رمق artinya melihat dg sedikit membelalakkan mata
🔹kata لحظ artinya melihat secara diam², atau melirik
🔹kata حدج artinya melihat sepintas dengan tajam
🔹kata رنا artinya melihat dg lama dan terdiam
🔹kata حدق artinya melihat dg melotot
Dll.

🌷 Keindahan bahasa Arab inilah yang membuat para orientalis semisal Ignazio Guidi (Orientalis Italia), atau Ernest Renan (padahal dia pembenci Arab), harus mengakui bahwa keistimewaan bahasa Arab itu kosakatanya begitu bersenandung, kaya dengan tasybihât (metafor) yg begitu memukau, lafazh (redaksi) walau kaya sinonim (murôdif) yang begitu signifikan, struktur gramatikal yg ringkas dan sederhana, dan kaya akan komposisi baik dari tarkîb (sintaksis), sharaf (morfologi), isytiqâq (derivasi) atau dilâlah (semantik)-nya.

🌷 Sungguh, alangkah meruginya orang yang enggan atau tidak mau belajar bahasa Arab.
"اللغة العربية مفتاح الإسلام"
Bahasa Arab itu kunci memahami Islam. Begitulah nasehat Syaikh Ali Hasan al-Halabi saat dauroh di Trawas terakhir.
Bagaimana seseorang bisa masuk ke dalam gudang perbendaharaan ilmu, jika ia tidak memiliki kuncinya?

copas

Sabtu, 23 Mei 2015

Jadwal Kajian

Kajian "sahabat muslimah"

Hari : setiap selasa*
Jam 9.30-jelang dhuhur
Masjid Baiturrahim Jakasetia

Selasa 1 : ust DR Imanudin Abu Islama MA
Selasa 2 : ust Azhar Khalid bin Seff Lc MA
Selasa 3 : ust Hamzah Abbas Lc
Selasa 4 : ust Aslam Muhsin Lc
Selasa 5 : dialog kesehatan dr Shinta Dewinta, dr Rina W Spa & team dokter lainya

Cp :
Lia 08161304526
Nion 0811213384
Lila 085214507634

Kerjasama :
MTI Muslimah Baiturrahim &
Bidang Dakwah Muslimah Yayasan Sahabat Sunnah

* kajian perdana, Selasa 5 Mei 2015
* tema :"Wanita-wanita yg bebas memasuki pintu surga"
* disediakan tempat untuk pengantar/bapak2

Kamis, 14 Mei 2015

Kitabul Jaami' - Bulughul Maaram | Bab I | Hadits ke-1

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA
📗 Kitabul Jaami' | Bulughul Maaram
⬇ Download Audio http://goo.gl/iWEn9a
📦 Donasi Pengembangan Dakwah Group Bimbingan Islam
| Bank Mandiri Syariah
| No. Rek : 7103000507
| A.N : YPWA Bimbingan Islam
| Konfirmasi Transfer : +628-222-333-4004

MUQADDIMAH

بسم الله
Segala puji bagi اللّه Tuhan semesta Alam, shalawat dan salam atas pemimpin para Rasul .
Amma Ba'du
Kitabul Jami' sebuah kitab yg ditulis oleh Ibn Hajar rahimahullah yg beliau letakkan diakhir pembahasan dari kitab Bulughul Maaram min adiatil ahkam.
Kitab Bulughul Maaram min adiatil ahkam adalah sebuah kitab yang mengumpulkan sebuah hadits-hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam ttg fiqh mulai dari bab Thoharoh, Shalat, haji, Zakat, Jihad dan seluruhnya.
Namun yang menakjubkan dari Al-Hafidzh Ibn Hajar rahimahullah diujung kitab Bulughul Maaram beliau meletakkan Kitabul Jaami, dan kitab ini tidak ada hubungannya dengan masalah fiqh, tetapi cenderung dg masaiil Adab, Akhlak (baik, buruk), Dzikir & Doa.
Wallahu A'lam seakan akan Al-Hafidzh Ibn Hajar ingin mengingatkan kepada kita bahwasanya seorang yg telah menguasai bab bab ilm / masalah masalah fiqh maka hendaknya dia beradab & memiliki akhlak yang mulia.
Al Jami' dalam bahasa Arab artinya yang mengumpulkan /mencakup. Dikatakan Kitabul Jaami' karena kitab ini mencakup 6 bab yang berkaitan dengan akhlak :
1. Bab Adab
2. Wasilah /bagaimana berbuat baik-silaturahmi
3. Zuhud & Waro'
4. Ttg Memperingatkan akhlak akhlak yang buruk
5. Ttg memotivasi untuk memiliki akhlak yang mulia
6. Dzikir & Doa

BAB I ADAB

Bab ini mencakup hadits hadits adab adab islam, yang seorang musli1m hendaknya berhias dengan akhlak perangai perangai yg mulia tsb.

Hadits ke-1 | Hak Sesama Muslim
~~~~~~~

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيْتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ، وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ، وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ، وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ، وَإِذاَ مَرِضَ فَعُدْهُ، وَإِذاَ مَاتَ فَاتْـبَعْهُ." رَوَاهُ مُسلِمٌ.

Dari Abu Hurairah Radiyallahu anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: "Hak seorang muslim terhadap sesama muslim itu ada enam: jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, jika ia bersin dan mengucapkan 'Alhamdulillah' maka do'akanlah ia dengan 'Yarhamukallah', jika ia sakit maka jenguklah dan jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya." (HR. Muslim).

Hak muslim atas muslim Ada 6, bilangan 6 ini bukanlah suatu batasan, artinya beliau shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan secara khusus namun bukan berarti tidak ada hak-hak yang lain, dalam kaidah ahli ilm" bilangan tidak ada mahfum mukholafahnya".  Maksud Hak disini adalah perkara yang hendaknya tidak ditinggalkan bisa wajib / mustahaq (yang ditekankan).

Hak 1: Jika engkau bertemu dengan seorang muslim maka berilah salam kepadanya

Karena amalan yg sangat mulia diantaranya adalah memberi salam
"kalian tidak akan masuk surga kecuali kalian beriman, kalian tidak akan beriman sampai kalian saling mencintai "
Maukah aku tunjukkan kepada kalian ttg suatu perkara, jika kalian melakukannya maka kalian akan saling mencintai yaitu sekitar sebarkan lah salam diantara kalian"
Oleh karenanya amalan yang paling mulia kata beliau shallallahu alaihi wa sallam "memberikan makan kepada fakir miskin, beri salam kepada orang yang kau kenal & orang yang tidak kau kenal". Bahkan disebutkan tanda tanda hari kiamat yaitu seorang hanya memberi salam kepada orang yang dikenal saja.
Salam merupakan amalan yang sangat indah, mendoakan orang muslim, dg kita menyebarkan sallam maka akan timbul cinta diantara muslim, tentunya salam ini ada adabnya.

Shahabat Abdullah bin Sallam radiallahuanhu berkata:
"Tatkala Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam masuk Madinah pertama kali yang dia dengar kalimat dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam "wahai manusia Sebarkanlah salam diantara kalian"

Hak 2. Jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya

Pendapat 'ulama:
1. Mencakup undangan seluruhnya
2. Hanya undangan walimah

Yang kuat (rojih) adalah hanya undangan walimah yang wajib, berdasar hadits Nabi

وَمَنْ تَرَكَ الدَّعْوَةَ فَقَدْ عَصَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ – صلى الله عليه وسلم -

Siapa yang meninggalkan undangan tersebut, maka ia telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya." (HR. Bukhari no. 5177 dan Muslim no. 1432).

إِذَا دُعِىَ أَحَدُكُمْ إِلَى الْوَلِيمَةِ فَلْيَأْتِهَا

"Jika salah seorang di antara kalian diundang walimah, maka hadirilah." (HR. Bukhari no. 5173 dan Muslim no. 1429)

Menjadi tidak wajib (gugur kewajiban) menghadiri undangan walimah jika :
1. Ada udzur
2. Ada kemungkaran dalam walimah
     - Ikhtilat campur laki-laki dan wanita
     - Dalam walimah ada khamr, bir, wine dll
     - Ada music
     - Yang diundang hanya orang-orang kaya

    Namun ahsan untuk menjumpai saudaranya yg mengundang untuk menyenangkan hatinya,  misal datang sebelum walimah atau sesudahnya.

3. Untuk menghadirinya harus melakukan safar

Mohon menjadi catatan bahwa jika yg mengundang walimah adalah keluarga kita maka hendaknya kita berusaha untuk menghadirinya, karena jika kita tidak hadir maka khawatir akan terjerumus ke fitnah memutuskan silaturahim.

Hak 3. Jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat

Seorang sahabat berkata (Jarir bin Abdullah r.a.): "Saya membaiat kepada Rasulullah s.a.w. untuk mendirikan shalat, memberikan zakat dan memberi nasihat kepada setiap orang Islam." (Muttafaq 'alaih)

Menasihati seorang muslim adalah sunnah tapi ketika ia datang untuk meminta nasihat dan kita mampu menasihati maka hukumnya wajib untuk memberikan nasihat.

Nasihat artinya ingin memberikan kebaikan kepada saudaranya.

Hak 4. Jika ia bersin dan mengucapkan 'Alhamdulillah' maka do'akanlah ia dengan 'Yarhamukallah'

Akan datang penjelasannya pada hadits-hadits yg akan datang.

Hak 5. Jika ia sakit maka jenguklah

Hukumnya adalah fardhu kifayah, artinya tidak semua harus mengunjungi, jika sebagian sudah mengunjungi maka gugur kewajibannya.

Jika sakitnya lama jangan mencukupkan hanya sekali berkunjung.

Mengunjungi yang sakit akan menyenangkan hati orang yang sakit dan keluarganya sehingga terjaga silaturahim kita dengannya dan keluarganya.

Hak 6. Jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya

Seorang muslim dimuliakan oleh Allâh SWT, sehingga  yang menyalatkannya mendapat pahala 1 qirat yang besarnya seperti Gunung Uhud dan yang mengikutinya sampai menguburkan mendapatkan 2 qirat yg masing-masing qirat sebesar Gunung Uhud.

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلِّىَ عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ ، وَمَنْ شَهِدَ حَتَّى تُدْفَنَ كَانَ لَهُ قِيرَاطَانِ  . قِيلَ وَمَا الْقِيرَاطَانِ قَالَ  مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيمَيْنِ
"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyolatkannya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth." Ada yang bertanya, "Apa yang dimaksud dua qiroth?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam lantas menjawab, "Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar."
(HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945)

Jumat, 08 Mei 2015

Apakah Yang Akan Ditimbang Dalam Mizan (Timbangan)?


*) Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Abu Haidar as-Sundawi Sabtu, 21 Rajab 1436 H / 9 Mei 2015 di Masjid Al Ihsan PTM-VJS Galaxi Bekasi Selatan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.

Para ulama kita berbeda pendapat tentang apa yang ditimbang di hari Kiamat. Ada 3 pendapat dalam masalah ini.

PENDAPAT PERTAMA, Yang Ditimbang Adalah Amal

Pendapat ini berdasar dalil-dalil sebagai berikut:

1. Dzikir ditimbang dalam Mizan

Berdasar hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ

"Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi dan Subhanallohil 'Azhim." 
(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).

Kalimat di atas mengandung Nafi dan Itsbat.
  o Subhanallah=Maha Suci Allah, menafikan bahwa ada aib di diri Allâh
  o Wabihamdihi= Segala Puji Bagi-Nya, menitsbatkan/menetapkan keagungan Allah

Kalimat diatas juga dibaca Malaikat:

عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سُئِلَ أَىُّ الْكَلاَمِ أَفْضَلُ قَالَ: مَا اصْطَفَى اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ أَوْ لِعِبَادِهِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ 

" Dari Abu Dzar bahwa Rosulullah Sholallahu 'alaihi Wa Sallam pernah ditanya tentang kalimat yang paling utama, Beliau menjawab: "Yang Allah pilih untuk para malaikat-Nya atau para hamba-Nya yaitu Subhannallah Wa Bihamdihi."
(Muslim no.6925)

Kalimat ini juga dianjurkan dibaca dalam Thawaf.

2. Bacaan Al Qur'an digambarkan akan datang dan ditimbang

Berdasarkan hadits:

"اقْرَئُوا الزَّهْرَاوَيْنِ الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ، فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ، أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ، تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا."

"Bacalah az-Zahraawain (dua hal yang bercahaya), yaitu surat al-Baqarah dan Ali 'Imraan, karena sesungguhnya kedua surat tersebut akan datang pada hari Kiamat nanti, seperti dua awan yang tebal, atau seperti naungan yang menaungi, atau seperti dua kelompok burung yang mengembangkan sayapnya di udara, yang akan menolong para pembaca kedua surat tersebut. 
(HR. Muslim, dari Abu Umamah)

Dari An-Nawwas bin Sam'an radhiallahu anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
يُؤْتَى يَوْمَ الْقِيامَةِ بِالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ الَّذِيْنَ كانُوا يَعْمَلُوْنَ بِهِ فِي الدُّنْيا تَقَدَّمَهُ سُوْرَةُ الْبَقَرَةِ وَآلِ عِمْرانَ تَحاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا
"Pada hari kiamat akan didatangkan Al-Qur`an bersama mereka yang mengamalkannya di dunia. Yang terdepan adalah surah Al-Baqarah dan Ali Imran, keduanya akan membela mereka yang mengamalkannya." (HR. Muslim no. 805)

3. Akhlaq ditimbang dalam Mizan

Juga karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ

"Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia." 
(Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204)

PENDAPAT KEDUA, Yang Ditimbang Adalah Orangnya

Hadits yang menunjukkan bahwa yang ditimbang adalah orangnya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambersabda:

إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ

"Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk."  Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Bacalah..

فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105)

"Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat." (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)

Hadits diatas juga menjelaskan bahwa berat atau ringannya timbangan tergantung pada keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau banyaknya daging yang ada di tubuh mereka.

'Abdullah ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhuadalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallambertanya: "Apa yang sedang kalian tertawakan?" Para sahabat menjawab, "Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah." Nabi shallallahu 'alaihi wa sallambersabda:

وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ أُحُدٍ

"Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada gunung uhud."(Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 3192).

PENDAPAT KETIGA, Yang Ditimbang Adalah Lembaran Catatan Amal

Setiap manusia mempunyai catatan amal.

Allah Ta'ala berfirman,

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

"(Yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf: 17-18).

Ayat di atas menerangkan adanya malaikat yang mencatat amalan manusia. Setiap yang diucapkan oleh manusia pasti dicatat oleh malaikat yang selalu dekat dan selalu hadir. Malaikat tersebut tidaklah meninggalkan satu kata pun kecuali akan dicatat. 

Juga Allah Ta'ala berfirman:

وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَٰذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ صَغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا ۚ وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا ۗ وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا

"Dan diletakkanlah kitab, lalu engkau akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya. Mereka berkata: 'Celakalah kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya,' dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Rabb-mu tidak akan menganiaya seorangpun." [Al-Kahfi: 49] [2]

Dan catatan ini akan ditimbang di Mizan.

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash radhiyallahu 'anhuma, Rasulullahshallallahu 'alaihi wa sallam bersabda (yang artinya): "Sungguh Allah akan membebaskan seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: 'Apakah ada yang engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal telah menganiayamu?,' Dia menjawab: 'Tidak wahai Rabbku,' Allah bertanya: 'Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,' Dia menjawab: 'Tidak Wahai Rabbku.' Allah berfirman: "Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya terdapat kalimat:

أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

Lalu Allah berfirman: 'Hadirkan timbanganmu.' Dia berkata: 'Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan seluruh gulungan (dosa) itu?,' Allah berfirman: 'Sungguh kamu tidak akan dianiaya.' Kemudian diletakkanlah gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu (laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah." 
(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad, no. II/213. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)

Ada hadits pula yang senada dengan hadits bitoqoh diatas, yaitu diriwayatkan dari Abu Said Al Khudri radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullahshallallahu'alaihi wa sallam bersabda,

قال موسى يا رب، علمني شيئا أذكرك وأدعوك به، قال : قل يا موسى : لا إله إلا الله، قال : يا رب كل عبادك يقولون هذا، قال موسى : لو أن السموات السبع وعامرهن – غيري – والأرضين السبع في كفة، ولا إله إلا الله في كفـة، مالت بهـن لا إله إلا الله

"Musa berkata : "Ya Rabb, ajarkanlah kepadaku sesuatu untuk mengingat-Mu dan berdoa kepada-Mu". Allah berfirman, "Ucapkan hai Musa laa ilaha illallah". Musa berkata, "Ya Rabb, semua hamba-Mu mengucapkan itu". Allah berfirman, " Hai Musa, seandainya ketujuh langit serta seluruh penghuninya -selain Aku- dan ketujuh bumi diletakkan dalam satu timbangan dan kalimat laa ilaha illallah diletakkan dalam timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaha illallah  lebih berat timbangannya."
(HR. Ibnu Hibban no. 6218. Al Hakim menshahihkan hadits ini dan Imam Adz Dzahabi menyetujuinya. Al Hafizh Ibnu Hajar menshahihkan sanad hadits ini dalam Al Fath. Al Haitsami dalamAz Zawaid mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya'la, perowinya ditsiqohkan atau dipercaya, namun di dalamnya ada perowi yang dho'if. Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini dho'if dalam Kalimatul Ikhlas).

Pendapat terakhir inilah yang dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau mengatakan, "Yang benar, mizan menimbang berat atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…" (At-Tadzkirah, hal. 313)

Disebutkan dalam Al Qur'an:

فَأَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ

Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَاضِيَةٍ

maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
وَأَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ

Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
فَأُمُّهُ هَاوِيَةٌ

maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
(QS. Al Qari'ah [101]: 106-109)

KESIMPULAN

Tiga pendapat di atas tidak saling bertentangan satu sama lain. Sebagian orang ada yang ditimbang amalnya, sebagian yang lain ditimbang buku catatannya, dan sebagian yang lain ditimbang dirinya.

AMAL-AMAL YANG MEMBERATKAN TIMBANGAN

1. Akhlaq yg baik
Bahwa akhlaq yang baik memberatkan timbangan sudah dijelaskan di hadits sebelumnya.
Berikut hadits lainnya :
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ 
"Tidak ada sesuatupun yang lebih berat dalam timbangan (amalan) seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlaq yang mulia" [HR. Tirmidzi dan Abu Daud dan di hasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Tirmidzi 2/194]

2. Dzikir (termasuk membaca Al Qur'an)
Hadits sdh disebutkan diatas.
Juga hadits yang lain:

Dari Abu Malik al-Asy'ary dia berkata, 'Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Bersuci adalah setengah iman, الحَمْدُ لِلَّهِ memenuhi timbangan, dan سُبْجَانَ اللّهِ وَ الْحَمْدُ لِلَّهِ (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya) memenuhi antara tujuh langit dan bumi."
(HR. Muslim)

3. Jihad (baik harta, jiwa, tenaga)

انْفِرُوا خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Berangkatlah kamu baik dengan rasa ringan maupun dengan rasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui."
(QS.At-Taubah [9]: 41)

PENUTUP

Semoga pembahasan mengenai mizan ini bisa menjadi pendorong bagi kita untuk beramal shalih. Karena kita semakin yakin sekecil apapun amalan yang kita lakukan, tidak akan disia-siakan walaupun sebesar semut kecil. Dan di hari Kiamat kelak, setiap manusia pasti akan melihat  setiap amal yang telah dia usahakan di dunia ini.

Wallaahu A'lam bis showab

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك

Rabu, 06 Mei 2015

Qadha Puasa Lewat Tahun

Pendapat 'Ulama terbagi menjadi sedikitnya 2 pendapat mengenai apa yg harus dilakukan jika Qadha puasa lewat tahun (sampai Ramadhan berikutnya belum dibayar). Pendapat (1) Bertaubat, mengqadha, mengeluarkan fidyah (2) Bertaubat dan mengqadha saja.

Pendapat pertama bisa dilihat di http://m.rumaysho.com/puasa/membayar-utang-qodho-puasa-ramadhan-603.html
Cuplikannya sebagai berikut:

".... Imam Malik dan Imam Asy Syafi'i mengatakan bahwa jika dia meninggalkan qodho' puasa dengan sengaja, maka di samping mengqodho' puasa, dia juga memiliki kewajiban memberi makan orang miskin bagi setiap hari yang belum diqodho'. Pendapat inilah yang lebih kuat sebagaimana difatwakan oleh beberapa sahabat seperti Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma.

Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz –pernah menjabat sebagai ketua Lajnah Ad Da'imah (komisi fatwa Saudi Arabia)- ditanyakan, "Apa hukum seseorang yang meninggalkan qodho' puasa Ramadhan hingga masuk Ramadhan berikutnya dan dia tidak memiliki udzur untuk menunaikan qodho' tersebut. Apakah cukup baginya bertaubat dan menunaikan qodho' atau dia memiliki kewajiban kafaroh?"

Syaikh Ibnu Baz menjawab, "Dia wajib bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta'ala dan dia wajib memberi makan kepada orang miskin bagi setiap hari yang ditinggalkan disertai dengan qodho' puasanya. Ukuran makanan untuk orang miskin adalah setengah sha' Nabawi dari makanan pokok negeri tersebut (kurma, gandum, beras atau semacamnya) dan ukurannya adalah sekitar 1,5 kg sebagai ukuran pendekatan. Dan tidak ada kafaroh (tebusan) selain itu. Hal inilah yang difatwakan oleh beberapa sahabat radhiyallahu 'anhum seperti Ibnu 'Abbasradhiyallahu 'anhuma.

Namun apabila dia menunda qodho'nya karena ada udzur seperti sakit atau bersafar, atau pada wanita karena hamil atau menyusui dan sulit untuk berpuasa, makatidak ada kewajiban bagi mereka selain mengqodho' puasanya."

Pendapat kedua, tidak wajib baginya membayar fidyah, akan tetapi dia berdosa, sebab mengakhirkan dalam mengqadha' puasanya. Sehingga cukup baginya untuk mengqadha dan bertaubat, tanpa harus membayar fidyah. Ini merupakan madzhab Abu Hanifah, dan merupakan pendapat Al-Hasan dan Ibrahim An-Nakha'i. Karena hal itu merupakan puasa wajib, ketika dia mengakhirkannya, maka tidak wajib membayar denda berupa fidyah, seperti dia mengakhirkan ibadah yang harus dikerjakan sekarang atau menunda nadzarnya.

Berkata Imam Asy Syaukani:

"Maka yang dhahir (pendapat yang kuat) adalah tidak wajib (untuk membayar fidyah)".

Berkata Syaikh Ibnu 'Utsaimin:
"Adapun atsar yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu dan Abu Hurairahradhiyallâhu'anhu, mungkin bisa kita bawa hukumnya menjadi sunnah, sehingga tidak wajib untuk membayar fidyah. Sehingga, pendapat yang benar dalam masalah ini (ialah), tidak wajib baginya (fidyah) kecuali untuk berpuasa, meskipun dia berdosa karena mengakhirkan dalam menngqadha".

Wallaahu a'lam bis showab

Kamis, 30 April 2015

Intisari Ajaran Islam - Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz (#16-18)

Sumber:
الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز "الدروس المهمة لعامة الأمة "
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, Intisari Ajaran Islam (pdf bisa didapat dihttp://rowea.blogspot.com/2010/01/blog-post_16.html?m=1)

Pelajaran #16 BERADAB DENGAN ADAB YANG ISLAMI

Diantara adab-adab luhur yang dianjurkan Islam:

1. Mengucapkan salam
2. Berseri-seri dan ceria
3. Makan dan minum dengan tangan kanan
4. Membaca basmallah ("Bismillah") ketika memulai dan hamdalah ("Alhamdulillah")  ketika selesai
5. Mengucap hamdalah ("Alhamdulillah") setelah bersin
6. Menjawab yang bersin jika ia mengucap hamdalah
7. Menjenguk orang sakit
8. Menghadiri shalat jenazah dan pemakamannya
9. Dan adab-adab lainnya yang disyariatkan ketika masuk dan keluar Masjid, masuk dan keluar rumah, ketika bepergian, adab dengan kedua orang tua, dengan para kerabat, tetangga, orang-orang yang lebih tua, orang-orang yang lebih muda, mengucapkan selamat kepada yang mendapat kelahiran anak, mendoakan agar mendapat berkah bagi orang yang menikah, berdukacita terhadap orang yang mendapat musibah, adab saat berpakaian, membuka pakaian, dan memakai alas kaki.

Pelajaran #17 WASPADA TERHADAP SYIRIK DAN MAKSIAT

Tujuh macam (dosa besar) yang membinasakan, yaitu:

1. Syirik kepada Allah
2. Sihir
3. Membunuh jiwa yg diharamkan Allah kecuali dengan alasan yg benar
4. Memakan riba
5. Memakan harta anak yatim
6. Lari dari medan perang
7. Menuduh berbuat zina kepada wanita mukminah yg suci

Maksiat lainnya [yg harus dihindari]:

1. Durhaka terhadap kedua orang tua
2. Memutuskan hubungan silaturrahim
3. Bersaksi palsu
4. Bersumpah dusta
5. Menyakiti tetangga
6. Mendhalimi sesama manusia dalam hal darah, harta dan kehormatan
7. Minum minuman yg memabukkan
8. Berjudi
9. Ghibah (menggunjing aib orang lain)
10. Mengadu domba
11. Dan dosa-dosa lainnya yang dilarang Allah dan Rasul-Nya

Pelajaran #18 MERAWAT JENAZAH, MENSHALATI DAN MEMAKAMKANNYA

Tatacara merawat jenazah adalah sebagai berikut:

Pertama: Disyariatkan bagi orang yg sedang sekarat untuk ditalqin  (dituntun untuk membaca):
لاإله إلا الله
"Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah"

Berdasar sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam:

لَقِّنُوا مَوْتَاكُمْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ

"Talqinkanlah (tuntunkanlah) orang yang akan meninggal di antara kalian dengan bacaan: 'Laa ilaha illallah'."
(HR. Muslim)

Adapun yg dimaksud dengan kata مَوْتَاكُمْ adalah orang-orang yang sudah tampak padanya tanda-tanda kematian.

Kedua: Jika telah diyakini kematian seseorang maka kedua matanya dipejamkan dan dagunya dirapatkan, berdasar sunnah mengenai hal ini.

Ketiga: Wajib hukumnya memandikan mayit muslim, kecuali jika ia syahid, mati dalam peperangan maka ia tidak dimandikan dan tidak dishalati, tetapi langsung dimakamkan dengan pakaiannya, karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak memandikan dan menshalati yang wafat dalam peperangan Uhud.

Keempat: Tatacara memandikan mayit:

o Aurat mayit ditutup, kemudian ditinggikan (tempatnya)
o Tekan perutnya dengan perlahan-lahan
o Orang yang memandikan mayit hendaklah membalut telapak tangannya dengan sepotong kain atau sejenisnya
o Lalu mensucikan mayit itu dari najisnya dengan sepotong kain tersebut
o Lalu membasuh anggota wudhunya. Sebagaimana ia berwudhu untuk shalat.
o Kemudian membasuh kepala dan janggutnya dengan air yg dicampur daun sidr (bidara) atau sejenisnya. Setelah itu membasuh tubuh bagian kanan lalu bagian kiri.
o Ulangi basuhan itu dua hingga tiga kali. Pada setiap basuhan hendaklah menekan perutnya. Bila najis terus keluar maka hendaklah ditutup dengan kapas atau sejenisnya, jika tidak berhenti maka ditutup dengan tanah panas atau dengan peralatan kedokteran modern seperti plester atau sejenisnya.
o Setelah itu diulangi wudhunya. Bila ia belum bersih dengan tiga kali basuhan, maka ditambah lagi lima atau tujuh kali. Kemudian badannya dikeringkan dengan kain dan hendaknya diberikan minyak wangi pada lipatan-lipatan badan dan anggota-anggota untuk sujud.
o Apabila seluruh badannya diberikan minyak wangi maka Itu lebih baik. Setelah itu kain kafan diasapi dengan buhkur (asap kayu-kayu wangi).
o Apabila kumis dan kukunya panjang hendaklah dipotong, namun jika dibiarkan juga tidak apa-apa. Rambut tidak perlu disisir. Begitu pula rambut kemaluan tidak perlu dicukur. Dan bila belum khitan, maka tidak perlu dikhitan karena tidak ada dalil dalam hal ini.  Mayit perempuan rambutnya diikat tiga dan diulurkan ke belakang.

Kelima: Mengkafani Mayat

o Jenazah laki-laki yang terbaik baginya adalah dikafani dengan 3 lapis kain putih, yang tidak terdiri dari kemeja dan sorban. Sebagaimana yang dilakukan terhadap jenazah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau dimasukkan ke dalamnya. Jika jenazah dikafani dengan kemeja dan sarung, kemudian dibalut dengan kain sekali saja maka hal itu boleh.

o Jenazah wanita dikafani dengan 5 lapis kain. Pakaian, kerudung, sarung dan dibalut dengan kain dua lapis.

o Yang wajib pada kafan seluruh mayit adalah 1 kain yang menutupi seluruh tubuhnya.

o Akan tetapi apabila mayit itu wafat dalam keadaan berihram  (sedang memakai pakaian ihram) maka ia dimandikan dengan air dan daun sidr (bidara). Lalu dikafani dengan kain ihram nya, sarung, selendangnya atau lainnya. Muka dan kepalanya tidak ditutup, tidak pula diberi minyak wangi, karena ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bertalbiyah sebagaimana yang telah diberitakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam hadits shahih.

o Apabila mayit itu wanita yg sedang ihram, maka ia dikafani sebagaimana mayit wanita lainnya, tetapi ia tidak diberi minyak wangi dan tidak ditutup mukanya dengan cadar, kedua tangannya juga tidak ditutup dengan sarung tangan. Muka dan tangannya ditutup dengan kain kafan, seperti penjelasan tatacara mengafani mayit wanita di atas.

o Jenazah anak laki-laki dengan 1 lapis sampai 3 lapis kain.

o Dan Jenazah anak perempuan dikafani dengan 1 pakaian dan 2 lapis kain

Keenam: Bagi mayit laki-laki yang paling berhak memandikan,  menshalati dan menguburnya adalah orang yang telah diberi wasiat untuk itu, kemudian bapaknya, lalu kakeknya, kemudian kerabatnya terdekat yang laki-laki [anak laki-laki, kakak/adik laki-laki dst]

Bagi mayit wanita yang paling berhak memandikan adalah yang menerima wasiat, kemudian ibunya, lalu neneknya, kemudian kerabat terdekat yang perempuan [anak perempuan, kakak/adik perempuan dst].

Dan bagi suami/isteri yang paling berhak memandikan adalah pasangannya. Karena Abu Bakar as-Shiddiq dimandikan oleh isterinya, demikian juga Ali bin Abi Thalib ra. memandikan istri beliau Fatihah ra.

Ketujuh: Tata Cara Shalat Jenazah

o Shalat dengan melakukan takbir 4 kali

o Setelah takbir pertama membaca Al-Fatihah, jika membaca satu atau dua ayat pendek setelahnya (al-Fatihah) maka hal itu baik berdasarkan hadits shahih yang menjelaskan hal itu yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.

o Kemudian takbir kedua, lalu membaca shalawat atas Nabi Shallallahu alaihi wasallam sebagaimana bacaan shalawat dalam tasyahud

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
(HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari Ka'ab bin 'Ujroh).

o Takbir ketiga kemudian membaca doa:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنَا وَمَيِّتِنَا وَشَاهِدِنَا وَغَائِبِنَا وَصَغِيرِنَا وَكَبِيرِنَا وَذَكَرِنَا وَأُنْثَانَا

اللَّهُمَّ مَنْ أَحْيَيْتَهُ مِنَّا فَأَحْيِهِ عَلَى الْإِسْلَامِِ وَمَنْ تَوَفَّيْتَهُ مِنَّا فَتَوَفَّهُ عَلَى الْإِيْمَان

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ وَوَسِّعْ مُدْخَلَهُ وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ الْأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ وَأَهْلًا خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارِ

اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلَا تَفْتِنَّا بَعْدَهُ

Wahai Allah! Ampunilah orang yang hidup di antara kami dan orang yang mati, yang hadir dan yang tidak hadir, (juga) anak kecil dan orang dewasa, lelaki dan wanita kami.
Wahai Allah! Orang yang Engkau hidupkan di antara kami, maka hidupkanlah dia di atas keislaman. Dan orang yang Engkau wafatkan di antara kami, maka wafatkanlah ia di atas keimanan.
Wahai Allah! Berilah ampunan baginya dan rahmatilah dia. Selamatkanlah dan maafkanlah ia. Berilah kehormatan untuknya, luaskanlah tempat masuknya, mandikanlah ia dengan air, es dan salju. Bersihkanlah dia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya semula, isteri yang lebih baik dari isterinya semula. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah dari adzab kubur dan adzab neraka.
Wahai Allah! Janganlah Engkau halangi kami dari pahalanya, dan janganlah Engkau sesatkan kami sesudahnya.

o Setelah itu takbir keempat, kemudian salam satu kali ke kanan.

Dan disunnahkan untuk mengangkat kedua tangan pada setiap kali takbir.

Apabila jenazahnya seorang wanita, maka diganti dengan dhamir muannats ("hu" diganti "ha"):

(اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهَا وَارْحَمْهَا ....)

Jika jenazahnya dua orang maka "hu" diganti menjadi "huma":

(اللَّهُمَّ اغْفِرَْ لهُما وَارْحَمْهُما ....)

Jika jenazahnya lebih dari dua orang maka "hu" diganti menjadi "hum":

(اللَّهُمَّ اغْفِرَْ لهُم وَارْحَمْهُم ....)

Jika jenazahnya anak-anak, maka sebagai ganti doa mohon ampunan diatas diubah dengan do'a berikut:

اللّهُمَّ اجْعَلْهُ لِوَالِدَيْهِ فَرَطًا وَأَجْرًا وشَفِيعًا مُجَابًا‏

"Ya Allah, jadikanlah dia sebagai simpanan, pahala, dan sebagai syafaat yang mustajab untuk kedua orang tuanya."

اللَّهُمَّ ثَقِّلْ بِهِ مَوَازِينَهُمَا، وَأَعْظِمْ بِهِ أُجُورَهُمَا، وَأَلْحِقْهُ بِصَالِحِ سَلَفِ الْمُؤْمِنِينَ، وَاجْعَلْهُ فِي كَفَالَةِ إِبْرَاهِيمَ، وَقِهِ بِرَحْمَتِكَ عَذَابَ الْجَحِيمِ‏

"Ya Allah, perberatlah karenanya timbangan kebaikan kedua orang tuanya, perbanyaklah pahala kedua orang tuanya, dan kumpulkanlah dia bersama orang-orang shalih terdahulu dari kalangan orang yang beriman, masukkanlah dia dalam pengasuhan Ibrahim, dan dengan rahmat-Mu, peliharalah dia dari siksa neraka Jahim."

Sunnahnya imam berdiri sejajar dengan kepala jenazah pria, dan [Imam] berdiri sejajar dengan bagian tengah jenazah wanita.

Dan jika jenazahnya banyak, maka yg terdekat dengan imam adalah jenazah pria dan yg terdekat dengan kiblat [terjauh dari imam] adalah jenazah wanita. Jika diantara jenazah ada jenazah anak-anak, maka jenazah anak laki-laki lebih dikedepankan (lebih dekat dengan imam) daripada jenazah wanita, kemudian jenazah wanita, lalu jenazah anak wanita. Kepala jenazah anak laki-laki sejajar dengan kepala jenazah laki-laki dewasa. Bagian tengah jenazah wanita sejajar dengan kepala jenazah laki-laki. Begitu juga jenazah anak wanita, kepalanya sejajar dengan kepala jenazah wanita, [atau jika tdk ada jenazah wanita dewasa] bagian tengahnya sejajar dengan kepala pria.

Seluruh ma'mum shalat jenazah berdiri di belakang imam, kecuali jika ada seorang ma'mum yang tidak mendapat tempat maka ia berdiri di sebelah kanan imam.

Kedelapan: Tatacara Memakamkan Jenazah

o Adapun perkara yang disyariatkan adalah menggali kuburan dengan kedalaman setengah tinggi laki-laki.

o Hendaknya di dalamnya dibuat liang lahad dengan posisi arah kiblat.

o Dan jenazah diletakkan di dalam liang lahad tersebut (dalam posisi miring) bertumpu pada sisi kanan badannya.

o Lalu ikatan kafannya dilepas, tidak diambil tapi dibiarkan begitu saja.

o Wajahnya tidak diperlu dibuka, baik jenazah itu laki-laki maupun perempuan

o Kemudian diberikan batu bata yang diberdirikan, dan celah-celahnya diberi adonan tanah. Supaya kuat dan bisa menghalangi jenazah agar tidak kejatuhan tanah.

o Bila sulit mendapatkan batu bata, bisa diganti dengan yang lain seperti papan, batu, atau kayu yang dapat menghalangi masuknya tanah.

o Kemudian setelah itu ditimbun dengan tanah. Dan disunnahkan ketika itu (saat menimbun dgn tanah) membaca doa:

بِسْمِ اللهِ وَعَلَى مِلًّةِ رَسُوْل اللهِ

"Dengan nama Allah dan di atas agama/ajaran Rasulullah…"

o Selanjutnya kuburan ditinggikan sejengkal dari tanah dan diberi kerikil diatasnya jika memungkinkan dan disiram air.

o Dan disyariatkan bagi orang-orang yg mengantarkannya untuk berdiri di sisi kuburan dan berdoa untuk si mayit karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam apabila sudah selesai  menguburkan jenazah beliau berdiri di sampingnya dan bersabda:

َ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ

"Mohonkanlah ampunan untuk saudara kalian dan mintakan supaya dia diberikan keteguhan, karena sekarang ini dia sedang ditanya".

Kesembilan: Dan disyariatkan bagi mereka yang belum menyalatkan mayit [misal, keluarga yg datang terlambat - red], agar menyalatkannya setelah dikuburkan, karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakannya dengan catatan bahwa waktunya masih satu bulan atau kurang dari waktu dikubur. Tidak ada riwayat bahwa Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melakukannya setelah lewat masa satu bulan.

Kesepuluh: Tidak diperbolehkan bagi keluarga jenazah membuat makanan untuk orang-orang. Berdasarkan perkataan seorang sahabat yang mulia Jabir bin Abdullah Al-Bajali  ra.
"Kami (para Sahabat) menganggap berkumpul di keluarga mayit, dan jamuan makanan setelah penguburannya termasuk dalam niyahah (meratapi mayit dengan ratapan yg diharamkan)."
(HR. Imam Ahmad dengan sanad yg baik)

Adapun membuatkan makanan untuk keluarga yang tertimpa musibah tersebut atau tamu-tamu mereka, maka itu tidak apa-apa bahkan dianjurkan agar para kerabat dan para tetangga membuat makanan bagi mereka. Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam mendengar kabar kematian Ja'far bin Abi Thalib ra. di Syam, beliau meminta keluarga beliau shallallahu alaihi wa sallam untuk membuatkan makanan yang akan diberikan kepada keluarga Ja'far bin Abi Thalib ra., beliau bersabda:

فَإنه قَد جاء هُمْ ما يشغلهم
"Sesungguhnya mereka telah ditimpa perkara yang menyibukkan mereka."

Keluarga jenazah boleh memanggil para tetangga untuk makan makanan yang telah dihadiahkan bagi mereka. Dan menurut sebatas pengetahuan kami [Syaikh Bin Baz] tentang hukum syar'i tidak ada batasan waktu dalam hal ini.

Kesebelas: Tidak dibolehkan bagi seorang perempuan berkabung atas kematian seseorang lebih dari 3 hari, kecuali berkabung atas kematian suaminya. Saat itu ia berkabung selama 4 bulan 10 hari, kecuali kalau ia hamil maka berkabung sampai ia melahirkan. Hal itu berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang hal ini.
Adapun bagi seorang laki-laki tidak boleh berkabung atas kematian seorang kerabat dan lainnya.

Keduabelas: Disyariatkan bagi laki-laki untuk berziarah kubur dari waktu ke waktu untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, memohonkan rahmat untuk mereka serta untuk mengingatkan akan kematian dan apa yang ada sesudah itu.
Karena Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

زوروا القبور ؛ فإنها تذكركم الآخرة

"Berziarah-kuburlah, karena ia dapat mengingatkanmu akan akhirat"
(HR. Imam Muslim dalam shahihnya)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada para sahabat beliau apabila berziarah kubur untuk mengucapkan:

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، َ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَة ََيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِين

"Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, dan sungguh kami insyaa Allah akan menyusul kalian, aku meminta keselamatan untuk kami dan kalian. Semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan."

Adapun kaum wanita, maka ia tidak boleh melakukan ziarah kubur karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat wanita yang menziarahi kubur. Alasannya adalah karena dikhawatirkan terjadi fitnah dan tidak mampu menahan sabar.

Begitu juga wanita tidak boleh ikut mengantar jenazah sampai ke kuburan. Karena Rasulullah juga melarang hal tersebut. Adapun shalat jenazah baik di Masjid maupun di tempat lain, dibolehkan untuk pria dan wanita semuanya.

PENUTUP

Inilah yang mampu kami (baca: Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz) susun. Semoga Allah Subhanahuwa Ta'ala senantiasa melimpahkan shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallaahu alaihi wa sallam kepada segenap keluarganya dan sahabatnya.

Intisari Ajaran Islam - Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz (#9-15)

Sumber:
الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز "الدروس المهمة لعامة الأمة "
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, Intisari Ajaran Islam (pdf bisa didapat dihttp://rowea.blogspot.com/2010/01/blog-post_16.html?m=1)

Pelajaran #9 BACAAN TASYAHUD

Adapun bacaan Tasyahud adalah sebagai berikut:

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِىُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ ، السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

Segala ucapan selamat, shalawat, dan kebaikan adalah bagi Allah. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan kepadamu wahai Nabi beserta rahmat Allah dan barakah-Nya. Mudah-mudahan kesejahteraan dilimpahkan pula kepada kami dan kepada seluruh hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
(HR. Bukhari no. 6265).

Kemudian membaca shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wassallam:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ ، اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Ya Allah, semoga shalawat tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, semoga berkah tercurah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana tercurah pada Ibrahim dan keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.
(HR. Bukhari no. 4797 dan Muslim no. 406, dari Ka'ab bin 'Ujroh).

Kemudian pada tasyahud akhir (setelah membaca Tahiyat dan Shalawat) membaca doa, memohon perlindungan kepada Allah dari siksa jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-Masih ad-Dajjal:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ.
Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahanam, siksa alam kubur, fitnah kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan fitnah Al-Masih ad-Dajjal.

Setelah itu, memilih doa yang dikehendaki, terutama doa yang ma'tsur  (yaitu doa yang diriwayatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam) diantaranya adalah:

اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
Ya Allah, bantulah aku agar senantiasa berdzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepada-Mu".

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Ya Allah, sesungguhnya aku banyak menganiaya diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku dan berilah rahmat kepadaku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Pada tasyahud awal setelah membaca dua kalimat syahadat, boleh langsung melanjutkan berdiri ke rakaat ketiga (di shalat Dhuhur, Ashar dan 'Isya). Namun apabila melanjutkan membaca shalawat kepada Nabi shallallahu 'alaihi wassallam itu  lebih baik berdasar hadits-hadits yang menerangkan tentang hal ini.

Pelajaran #10 SUNNAH-SUNNAH SHALAT

Sunnah-sunnah dalam shalat yaitu:

1. Istiftah (yaitu membaca doa iftitah setelah takbiratul Ihram sebelum membaca al-fatihah)
2. Meletakkan telapak tangan kanan di atas tangan kiri (bersedekap), di atas dada, pada waktu berdiri sebelum ruku dan setelahnya (walaupun ada pendapat lain yaitu setelah ruku, saat i'tidal, tangan tidak bersedekap)
3. Mengangkat kedua tangan dengan merapatkan jari-jari, tangan terbuka, sejajar dengan kedua bahu atau kedua telinga, ketika takbir pertama, saat akan ruku dan bangkit dari ruku dan ketika berdiri dari tasyahud awwal ke rakaat ketiga.
4. Membaca tasbih lebih dari satu kali ketika ruku dan sujud.
5. Membaca doa setelah membaca bacaan wajib "Rabbanaa wa lakalhamdu" ketika bangkit dari ruku (i'tidal). Dan membaca doa memohon ampunan lebih dari satu kali saat duduk diantara dua sujud.
6. Memposisikan kepala agar lurus sejajar dengan punggung pada saat ruku.
7. Ketika ruku memposisikan kedua lengan agar berjauhan dari kedua pinggang dan posisi perut berjauhan dari kedua paha dan posisi kedua paha berjauhan dari kedua betis.
8. Mengangkat kedua lengan (pergelangan tangan sampai sikut) dari tanah ketika sujud.
9. Duduk di atas kaki kiri yang dibaringkan, menegakkan (telapak) kaki kanan pada tasyahud awwal dan ketika duduk diantara dua sujud (duduk iftirosy).
10. Duduk tawarruk  pada tasyahud akhir pada shalat empat rakaat dan tiga rakaat. Yaitu duduk di atas pinggul dan meletakkan kaki kiri di  bawah kaki kanan serta menegakkan (telapak) kaki kanan.
11. Memberi isyarat (menunjuk) dengan jari telunjuk (kanan) pada tasyahud awwal dan akhir, mulai ketika duduk sampai akhir tasyahud sambil menggerakkannya ketika berdoa.
12. Membaca shalawat dan tabrik (memohon berkah) untuk Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassallam dan keluarga beliau. Juga untuk Nabi Ibrahim 'alaihi wasallam dan keluarga beliau ketika berdoa.
13. Membaca doa pada tasyahud akhir.
14. Membaca dengan jahr (nyaring) pada saat shalat Shubuh, shalat Jum'ah, shalat dua 'Ied ('Iedul Fitri dan 'Iedul Adha), shalat istisqa (minta hujan), dan pada rakaat pertama dan kedua shalat Maghrib dan 'Isya.
15. Membaca dengan sirr (tidak nyaring) pada saat shalat Dhuhur, shalat Ashar, rakaat ketiga shalat Maghrib dan dua rakaat terakhir shalat 'Isya.
16. Membaca ayat-ayat Al-Qur'an sesudah membaca surat Al-Fatihah.

Juga hendaknya memperhatikan Sunnah-sunnah yang diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selain yang kami sebutkan di atas. Diantaranya membaca lanjutan bacaan setelah "Rabbana wa lakalhamdu" pada saat bangkit dari ruku. Yaitu bagi Imam, Ma'mum dan orang yang shalat sendirian. Bacaan tersebut adalah sunnah.
Termasuk sunnah shalat juga adalah pada saat ruku meletakkan kedua (telapak) tangan pada kedua lutut dengan merenggangkan jari-jari tangan.

Pelajaran #11 HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHALAT

Hal-hal yang membatalkan shalat ada 8 yaitu:

1. Berbicara dengan sengaja, sedangkan ia ingat (sadar) dan mengetahui hukumnya. Adapun orang yang lupa dan tidak mengetahui hukumnya maka shalatnya tidak batal.
2. Tertawa
3. Makan
4. Minum
5. Terbukanya aurat
6. Tubuh berpaling jauh dari kiblat
7. Banyak bergerak yg bersifat sia-sia secara berturut-turut
8. Batal wudhu

Pelajaran #12 SYARAT-SYARAT WUDHU

Syarat-syarat [sah] wudhu ada 10 yaitu:

1. Islam
2. Berakal
3. Tamyiz, yakni mampu membedakan antara baik dan buruk (suci dan najis)
4. Niat
5. Meneruskan niat, yaitu dengan tidak berniat menghentikannya sampai selesai wudhunya
6. Hal-hal yang mewajibkan wudhu telah hilang
7. Istinja' (yakni bersuci dengan air) atau istijmar (yakni bersuci dengan batu) [bila setelah buang hajat]
8. Air yang dipakai untuk berwudhu adalah air yang suci [dan mensucikan] dan mubah [bukan hasil curian misalnya]
9. Menghilangkan apa yang menghalangi sampainya air ke kulit
10. Tiba waktu shalat bagi yang berhadats terus menerus

Pelajaran #13 HAL-HAL YANG WAJIB DALAM WUDHU

Adapun tata cara dan hal-hal yang wajib dalam wudhu adalah sebagai berikut:

1. Membasuh muka termasuk berkumur-kumur dan menghirup air ke dalam hidung [istinsyaq]
2. Membasuh kedua tangan sampai sikut
3. Mengusap seluruh kepala rambut termasuk telinga
4. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
5. Tertib (mengerjakannya dengan berurutan)
6. Muwalah (berkesinambungan)

Disunnahkan untuk mengulangi sampai 3 kali ketika membasuh muka, membasuh kedua tangan, kedua kaki, begitu juga ketika berkumur-kumur dan menghirup air ke hidung. Dan yang wajib adalah hanya satu kali.

Adapun mengusap kepala tidak disunnahkan untuk mengulanginya sebagaimana dijelaskan hadits-hadits yang shahih.

Pelajaran #14 HAL-HAL MEMBATALKAN WUDHU

Hal-hal yang membatalkan wudhu ada 6:

1. Keluar sesuatu dari dua jalan (dubur dan kemaluan)
2. Keluar sesuatu najis dari tubuh
3. Hilangnya akal dengan tidur atau hal lainnya
4. Menyentuh kemaluan atau dubur dengan tangan tanpa pembatas
5. Makan daging onta
6. Keluar dari agama Islam. Na'udzubillaahi min dzaalik (Semoga Allah Melindungi kita dan kaum muslimin dari hal ini)

Adapun memandikan jenazah hukum yang benar adalah tidak membatalkan wudhu. Demikian menurut pendapat mayoritas ulama. Karena tidak ada dalil yang menyatakan hal itu. Kecuali jika tangan orang yang memandikan jenazah menyentuh kemaluan si mayit tanpa pembatas. Dan wajib bagi yang memandikan untuk tidak menyentuh kemaluan main kecuali dengan memakai pembatas.
Demikian halnya dengan menyentuh wanita. Hal ini tidak membatalkan wudhu. Baik menyentuh dengan syahwat maupun tidak.  Selama tidak ada sesuatu yg keluar (dari kemaluannya). Hal ini menurut pendapat yang paling kuat dari dua pendapat para ulama, karena Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam  pernah mencium istrinya kemudian menunaikan shalat tanpa berwudhu lagi.
Adapun firman Allah SWT dalam dua ayat, surat An-Nisa dan Al-Maidah:

أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ
...atau menyentuh perempuan (QS. Al-Maidah:6)

Maksudnya adalah menyetubuhi istri. Demikian pendapat yang kuat diantara para ulama. Bahkan itu pendapat dari Ibnu Abbas dan sekelompok ulama salaf [terdahulu] dan khalaf [yg kemudian]. Dan Allah-lah Yang Memberi Taufik.

Pelajaran #15 MENGHIASI DIRI DENGAN AKHLAQ YANG DISYARIATKAN KEPADA SETIAP MUSLIM

Diantara akhlaq mulia yang disyariatkan kepada setiap muslim:

1. Jujur
2. Amanah
3. Menjaga kesucian
4. Malu
5. Berani
6. Dermawan
7. Menepati janji
8. Menjauhi seluruh yang diharamkan oleh Allah
9. Berlaku baik kepada tetangga
10. Membantu orang yang memerlukan sesuai kemampuan
11. Dan akhlaq lainnya yang dijelaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai akhlaq yang disyariatkan.

Rabu, 29 April 2015

Intisari Ajaran Islam - Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz (#1-8)

Sumber:
الشيخ عبدالعزيز بن عبدالله بن باز "الدروس المهمة لعامة الأمة "
Syaikh 'Abdul 'Aziz bin 'Abdullah bin Baz, Intisari Ajaran Islam (pdf bisa didapat di http://rowea.blogspot.com/2010/01/blog-post_16.html?m=1)

Pelajaran #1 SURAT AL FATIHAH DAN SURAT-SURAT PENDEK

Belajar surat Al-Fatihah dan Surat-surat pendek sebisa mungkin, mulai dari surat Al-Zalzalah sampai surat An-Nas dengan cara belajar kepada guru, memperbaiki bacaan, hafalan,  dan penjelasan berkenaan hal yg wajib dipahami.

Pelajaran #2 RUKUN ISLAM

Penjelasan tentang hukum Islam yang lima, yang pertama dan paling utama adalah persaksian (syahadat) bahwa tiada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya.
Yaitu dengan menjelaskan maknanya beserta syarat dari لاإله إلا الله (Laa Ilaaha  Illallah).

Makna لاإله "tiada ilah", artinya meniadakan (menafikan) seluruh yang disembah selain Allah.

Makna إلا الله "melainkan Allah", artinya menetapkan bahwa ibadah itu hanya untuk Allah semata dan tidak membuat sekutu bagi-Nya.

Adapun syarat-syarat لاإله إلا الله (Laa Ilaaha  Illallah):

1. Ilmu yg tidak bercampur dengan kebodohan
2. Keyakinan yg tidak bercampur dengan keraguan
3. Keikhlasan yg tidak bercampur dengan kesyirikan
4. Kejujuran yg tidak bercampur dengan kebohongan
5. Kecintaan yg tidak bercampur dengan kebencian
6. Ketaatan yg tidak bercampur dengan pembangkangan
7. Penerimaan yg tidak bercampur dengan penolakan
8. Pengingkaran kepada seluruh yang disembah selain Allah

Syarat-syarat tersebut diatas terkumpul dalam dua bait syair berikut

عِلْمٌ يَقِيْنٌ وَإِخْلاَصٌ وَصِدْقُكَ مَعَ
Ilmu, keyakinan dan Ikhlas serta kejujuran bersama

مَحَبَّةٍ وَانْقِيَادٍ وَالْقَبُوْلِ لَهَا
Cinta dan taat serta menerimanya.

وَزِيدُ ثَامِنُهَا فَكُفرَانُ مِنكَ بِمَا سِوَى الإلَهِ مِنَ الأ شيَاءِ قَد أَلَهَا
Ditambah (syarat) yang kedelapan (adalah pengingkaran) terhadap seluruh yang disembah selain Allah

Adapun persaksian bahwa sesungguhnya Muhammad shalallaahu 'alaihi wa sallam adalah utusan Allah, konsekuensinya adalah (1) membenarkan  setiap kabar berita, (2) mentaati semua perintah, (3) menjauhi setiap larangan dan peringatan yang beliau saw  sampaikan, dan (4) tidak beribadah kepada Allah kecuali sesuai dengan apa yg telah  disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw.

Kemudian penjelasan bagi penuntut ilmu tentang sisa rukun Islam yg lima, yaitu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan haji ke Baitullah Al-Haram bagi yg mampu. (Akan dijelaskan pada bab-bab berikutnya)

Pelajaran #3 RUKUN IMAN

Rukun Iman ada enam:
1. Beriman kepada Allah
2. Beriman kepada para malaikat-Nya
3. Beriman kepada kitab-kitab-Nya
4. Beriman kepada Rasul-rasul-Nya
5. Beriman kepada Hari Akhir
6. Beriman kepada taqdir yang baik dan buruk (bahwa keduanya) datang dari Allah

Pelajaran #4 PEMBAGIAN TAUHID DAN SYIRIK

Tauhid ada tiga bagian:
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid 'Asma dan Shifat

o Tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah SWT pencipta segala sesuatu, mengatur segala sesuatu, tiada sekutu bagiNya.

o Tauhid Uluhiyah adalah meyakini bahwa Allah SWT yang berhak disembah, tiada sekutu bagiNya.
Sesuai dengan makna لاإله إلا الله (Laa Ilaaha  Illallah) yaitu tiada sesembahan yang haq (disembah dengan benar) kecuali Allah. Jadi, semua bentuk ibadah seperti shalat, puasa dan yang lainnya harus diikhlaskan hanya untuk Allah SWT tidak boleh dipersembahkan kepada selainNya.

o Tauhid 'Asma dan Shifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya seperti yang diterangkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah RasulNya. Menetapkan hanya untuk Allah saja menurut apa yang pantas bagiNya, tanpa ta'wil (mengubah makna), ta'thil (mengingkari makna), takyif (membayangkan hakikat nama dan sifat Allah) dan tanpa tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhlukNya). Hal ini sesuai dengan Firman Allah:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa.
اللَّهُ الصَّمَدُ
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ
dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia".
(QS. Al-Ikhlas: 1-4)

Juga Firman-Nya:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengar dan Melihat.
(QS. As-Syura:11)

Sebagian 'Ulama membagi tauhid ini menjadi hanya dua bagian. Tauhid 'Asma dan Shifat dimasukkan menjadi bagian dari Tauhid Rububiyah. Hal itu tidak masalah karena maksud inti dari dua pembagian diatas sudah jelas.

Syirik ada 3 macam:
1. Syirik Akbar (besar)
2. Syirik Asghar (kecil)
3. Syirik Khafiy (tersembunyi)

1. SYIRIK AKBAR
Syirik Akbar adalah syirik yang berakibat gugurnya seluruh amal dan menyebabkan pelakunya kekal di neraka. Sebagaimana  Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.
(QS. Al An'am:88)

Allah SWT juga berfirman:

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ ۚ أُولَٰئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah, sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka.
(QS. At Taubah: 17)

Orang yang meninggal dunia sedangkan ia masih mengerjakan syirik akbar ini, maka ia tidak akan diampuni dan diharamkan baginya surga sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَىٰ إِثْمًا عَظِيمًا

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
(QS. An-Nisa: 48)

Allah SWT juga berfirman:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.
(QS.Al Maidah: 72)

Dan diantara bentuk-bentuk syirik akbar ini adalah: berdoa (meminta) kepada orang-orang yg sudah meninggal dunia, kepada berhala-hala, meminta pertolongan kepada mereka, bernadzar untuk mereka, menyembelih untuk mereka, dan sebagainya.

2. SYIRIK ASGHAR
Syirik Asghar (kecil) yaitu perbuatan yang ditetapkan dalam nash Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai syirik, akan tetapi ia tidak termasuk dalam kategori Syirik Akbar. Seperti riya dalam beramal, bersumpah dengan selain Allah, ucapan "MasyaaAllah wa Syaa fulan" dan lain sebagainya. Seperti yang ditegaskan dalam sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، فَقَالُوْا: وَمَا الشِّرْكُ اْلأَصْغَرُ، يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قاَلَ: اَلرِّيَاءُ.

"Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syirik kecil." Mereka (para Sahabat) bertanya: "Apakah syirik kecil itu, wahai Rasulullah?" Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Yaitu Riya'."

HR. Ahmad, At-Thabrani dan Al-Baihaqi dari Sahabat Mahmud bin Labid al-Anshari ra. dengan sanad yang baik. Dan juga diriwayatkan oleh At-Thabrani dengan beberapa isnad yang baik dari Mahmud bin Labid dari Rofi' bin Khudaij dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

Juga sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ.

"Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik."

Begitu juga hadits riwayat Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Umar bin Khaththab ra.,  dan diriwayatkan juga oleh Abu Dawud dan At-Tarmidzi dengan sanad yang shahih dari hadits Ibnu Umar ra. dari Nabi Shalallahu alaihi Wassallam, bahwa beliau bersabda:

مَنْ حَلَفَ بِغَيْرِ اللهِ فَقَدْ كَفَرَ أَوْ أَشْرَكَ.

"Barangsiapa bersumpah dengan selain Nama Allah, maka ia telah berbuat kufur atau syirik."

Dan sabda beliau Shallallahu alaihi Wasallam:

إِذَا حَلَفَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ، وَلَكِنْ لِيَقُلْ: مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.

"Apabila seseorang dari kalian bersumpah, janganlah ia mengucapkan: 'Atas kehendak Allah dan kehendakmu.' Akan tetapi hendaklah ia mengucapkan:

مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ شِئْتَ.

'Atas kehendak Allah kemudian kehendakmu.'"

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih dari Hudzaifah bin Yaman ra.

Syirik jenis ini (syirik asghar) tidak mengeluarkan seseorang dari agama Islam, tidak pula mengakibatkannya kekal di dalam neraka. Hanya saja ia mengurangi kesempurnaan tauhid yang diwajibkan.

3. SYIRIK KHAFIY
Adapun syirik khafiy (tersembunyi) dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi Wasallam:

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِمَا هُوَ أَخْوَفُ عَلَيْكُمْ عِنْدِيْ مِنَ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ قَالَ قُلْنَا بَلَى فَقَالَ الشِّرْكُ الْخَفِيُّ أَنْ يَقُوْمَ الرَّجُلُ يُصَلِّيْ فَيُزَيِّنُ صَلاَتَهُ لِمَا يَرَى مِنْ نَظَرِ رَجُلٍ

"Maukah aku kabarkan kepada kalian sesuatu yang lebih tersembunyi di sisiku atas kalian daripada Masih ad Dajjal?" Dia berkata,"Kami mau," maka Rasulullah berkata, yaitu syirkul khafi; yaitu seseorang shalat, lalu menghiasi (memperindah) shalatnya, karena ada orang yang memperhatikan shalatnya".

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a.

Syirik juga bisa dibagi dua macam saja yaitu syirik akbar dan syirik asghar. Sedangkan syirik khafiy bisa masuk pada kedua-duanya. Syirik khafiy bisa masuk syirik akbar seperti syiriknya orang-orang munafik karena mereka menyembunyikan akidah mereka yang batil dan menampakkan keislaman mereka karena riya dan takut akan kepentingan diri mereka. Juga bisa masuk ke syirik asghar seperti riya (dalam beribadah). Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits Mahmud bin Lubaid Al-Anshari dan hadits Abu Sa'id Al-Khudri sebelumnya. Dan hanya Allah saja yang dapat memberi taufik.

Pelajaran #5 IHSAN

Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan kamu melihat-Nya. Kalau kamu tidak melihat-Nya kamu harus yakin bahwa sesungguhnya Allah Melihatmu.

Pelajaran #6 SYARAT SHALAT

Syarat Shalat ada 9 yaitu:

1. Islam
2. Berakal
3. Tamyiz (mampu membedakan antara yang baik dan yang buruk)
4. Bersuci dari hadats (besar dan kecil)
5. Menghilangkan najis
6. Menutup aurat
7. Masuk waktu shalat
8. Menghadap kiblat
9. Niat

Pelajaran #7 RUKUN SHALAT

Rukun Shalat ada 14, rinciannya sebagai berikut:

1. Berdiri jika mampu
2. Takbiratul Ihram
3. Membaca surat Al-Fatihah
4. Ruku'
5. I'tidal sesudah ruku
6. Sujud di atas tujuh anggota tubuh (dua telapak tangan, dua lutut, dua telapak kaki dengan menempelkan ujung jari, dahi dan hidung)
7. Bangkit dari sujud
8. Duduk diantara dua sujud
9. Thuma'ninah (tenang) pada seluruh gerakan
10. Tertib dalam melaksanakan tiap rukun-rukun
11. Tasyahud akhir
12. Duduk pada tasyahud akhir
13. Bershalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassallam
14. Dua kali salam

Pelajaran #8 WAJIB SHALAT

Wajib Shalat ada 8, rinciannya sebagai berikut:

1. Semua bacaan takbir "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar) selain takbiratul Ihram
2. Bacaan "Sami'allaahu li man hamidah" (Allah Maha Mendengar yang memuji-Nya) bagi imam dan orang yang shalat sendiri
3. Bacaan "Rabbana lakal hamdu" (Yaa Rabb kami, hanya untuk-Mu Segala Puji)
4. Bacaan "Subhana Rabbiyal 'Adzhim" (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung) ketika ruku
5. Bacaan "Subhana Rabbiyal A'la" (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi) ketika sujud
6. Bacaan "Rabbighfirliy" (Yaa Rabb-ku ampunilah aku) ketika duduk diantara sujud
7. Bacaan Tasyahud awwal
8. Duduk pada tasyahud awwal

Minggu, 05 April 2015

Kajian Kitab Ushulus Sunnah - Prinsip Pertama


*) Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc.  hari Sabtu tgl 4 April 2015 / 14 Jumadil Akhir 1436H di Masjid Baitur Rahim Galaxy Bekasi Selatan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.

Berkata penulis, Abu Abdillah Ahmad Ibnu Hambal as-Syaibani:

أُصُولُ اَلسُّنَّةِ عِنْدَنَا:
اَلتَّمَسُّكُ بِمَا كَانَ عَلَيْهِ أَصْحَابُ رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَاَلْاِقْتِدَاءُ بِهِمْ، وَتَرْكُ اَلْبِدَعِ، وَكُلُّ بِدْعَةٍ فَهِيَ ضَلَالَةٌ، وَتَرْكُ اَلْخُصُومَاتِ، وَالْجُلُوسِ مَعَ أَصْحَابِ اَلْأَهْوَاءِ، وَتَرْكُ اَلْمِرَاءِ وَالْجِدَالِ وَالْخُصُومَاتِ فِي اَلدِّينِ.

Prinsip-prinsip agama disisi kami adalah:
"Berpegang teguh dengan apa yang dijalani oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam  serta bertauladan kepada mereka, meninggalkan perbuatan bid'ah, karena setiap bid'ah adalah sesat, tidak mengurangi, tidak duduk/bermajlis dengan ahlul ahwa (orang-orang yg mengikuti hawa nafsu), serta meninggalkan perdebatan dalam masalah agama."

SYARAH/PENJELASAN (Ustadz Rizal)

Ini adalah pemilihan kalimat yg agung oleh Imam Ahmad bahwa beliau memilih kata "berpegang teguh" ( اَلتَّمَسُّكُ) dengan apa yg dijalani para sahabat, bukan kata lainnya misal "menyerupai amal" para sahabat.
Karena pasti kita tidak akan bisa menyerupai amal mereka, namun untuk "berpegang teguh" InsyaaAllah kita bisa.

Bagaimana kita bisa menyerupai sahabat, bahkan Umar bin Khattab sempat berujar, "Bagaimanapun, aku tak akan pernah bisa menyamai Abu Bakar dalam hal ketaqwaaan dan ibadah kepada Allah SWT."

Berpegang teguh kepada para sahabat berarti menuruti tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Sahabat adalah manusia pilihan yang diberikan keistimewaan dan keutamaan. Kesempatan dapat menyertai dan bertemu dengan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan anugerah yang tidak dapat tergantikan oleh apapun. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memilih di antara para hamba-Nya untuk menyertai rasul-Nya dalam menegakkan agama-Nya di muka bumi. Manusia-manusia pilihan ini, tentu memiliki kedudukan istimewa dibanding yang lain. Karena pilihan Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mungkin keliru. 

'Abdullah bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu berkata: "Barang siapa di antara kalian ingin mengikuti sunnah, maka ikutilah sunnah orang-orang yang sudah wafat. Karena orang yang masih hidup, tidak ada jaminan selamat dari fitnah (kesesatan). Mereka ialah sahabat-sahabat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam . Mereka merupakan generasi terbaik umat ini, generasi yang paling baik hatinya, yang paling dalam ilmunya, yang tidak banyak mengada-ada, kaum yang telah dipilih Allah menjadi sahabat Nabi-Nya dalam menegakkan agama-Nya. Kenalilah keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka, berpegang teguhlah dengan akhlak dan agama mereka semampu kalian, karena mereka merupakan generasi yang berada di atas Shirâthal- Mustaqîm."
(Perkataan senada juga diriwayatkan dengan penuturan di atas oleh Ibnu 'Abdil-Bar dalam Jâmi' al-Bayân (II/97), Abu Nu'aim dalam al-Hilyah, dari Ibnu Umar ra (I/305))

Beliau Radhiyallahu anhu juga berkata: "Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala melihat hati para hamba-Nya. Allah menemukan hati Muhammad adalah sebaik-baik hati hamba-Nya. Allah memilihnya untuk diri-Nya dan mengutusnya dengan membawa risalah-Nya. Kemudian Allah melihat hati para hamba setelah hati Muhammad. Allah mendapati hati sahabat-sahabat beliau adalah sebaik-baik hati hamba. Maka Allah mengangkat mereka sebagai wâzir (pembantu-red) Nabi-Nya, berperang demi membela agama-Nya. Maka apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin (para sahabat), pasti baik di sisi Allah. Dan apa yang dipandang buruk oleh mereka, pasti buruk di sisi-Nya".
(HR Ahmad dan lainnya. Riwayat ini derajatnya hasan)

Dalam kitab Shahîhain, al-Bukhâri dan Muslim diriwayatkan dari hadits 'Abdullah bin Mas'ûd Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسْبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهِمْ يَمِينَهُ وَيَمِينُهُ شَهَادَتَهُ 

Sebaik-baik manusia ialah pada zamanku, kemudian zaman berikutnya, dan kemudian zaman berikutnya. Lalu akan datang suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpah, dan sumpahnya mendahului persaksian.
(Al-Fushul fi Sîratir-Rasûl, Ibnu Katsir, Takhrîj: Syaikh Sâlim bin 'Id al-Hilâli)

Juga keutamaan sahabat disebutkan dalam Qur'an surat At-Taubah ayat ke-100:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
(QS. At-Taubah [9]: 100)

Para sahabat adalah termasuk golongan orang-orang yang diberi nikmat (shiddiiqiin,  syuhada, sholihin) yang kita meminta ditunjukkan ke jalan yg sama dengan mereka setiap kita membaca surat Al-Fatihah.

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَٰئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ ۚ وَحَسُنَ أُولَٰئِكَ رَفِيقًا

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(QS. An-Nisa [4]: 69)

PENUTUP

Inilah prinsip pertama dalam beragama seperti yg disampaikan oleh Imam Ahmad Bin Hambal dalam kitabnya Ushulus Sunnah:
"Berpegang teguh dengan apa yang dijalani oleh para shahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam"

Semoga Allah Memudahkan kita untuk berpegang teguh dengan apa yang dijalani para sahabat radhiyallahu 'an hum.