Sabtu, 01 Juni 2013

TAQWA, Modal untuk Kebahagiaan Pernikahan

Khutbah Nikah 12/05/2013

Rumah Joglo - Garut
Pernikahan Sahabatku, semoga kita menjadi tetangga di Surga Allah...



Assalammu’alaikum Warohmatullloohi Wabarokatuh,

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ

Hadhirin wal Hadhirot Rahimaniy wa Rahimakumullah
Mempelai Pria, Mempelai Perempuan,

Rasulullah saw mengajarkan kepada kita semua untuk membacakan teks khutbah pada pernikahan seperti yang baru saja khotib bacakan. Teks khutbah ini dikenal dengan Khutbah Hajat.
Seperti yang diriwayatkan Abu Dawud dalam hadits Ibnu Mas’ud:
لِلَّهِ الْحَمْدَ:وَغَيْرِهِ النِّكَاحِ فِيْ الْحَاجَةِ خُطْبَةَ اللهِ رَسُوْلُ عَلَّمَنَا
Rasulullah mengajari kami khutbah hajat dalam pernikahan dan selainnya.

Inti dari Khutbah ini adalah perintah taqwa. Tidak kurang dari 4 perintah taqwa yang ditujukan bagi kita semua dan tentu khususnya untuk kedua mempelai:
·         Yaa Ayyuhalladziina amana ittaqullaaha haqqo tuqotih... (wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa..)
·         Ya Ayyuhannas ittaqu rabbakumulladzi kholaqokum min nafsin wahidah (wahai sekalian manusia bertaqwalah kepada Allah yang telah menciptakan kalian dari diri yang satu..)
·         Wattaqullaah alladzi tasaaluuna bihi wal arham (bertakwalah kepada Allah yang dengan-Nya kalian saling meminta dan saling menyayangi)
·         Yaa Ayyuhalladziina amana ittaqullaaha wa quluu qoulan sadida (wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar..)


Hadhirin wal Hadhirot Rahimaniy wa Rahimakumullah
Mempelai Pria, Mempelai Perempuan,

Apa taqwa yang dimaksud dalam perintah diatas? Taqwa yang dimaksud adalah seperti yang disepakati jumhur ‘Ulama, “Imtitsalu Nawamir wajtinabu nawahi”, mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Dan dengan dasar taqwa jualah hendaknya kita menjalani kehidupan pernikahan kita.
Bagaimana aplikasinya? Berikut beberapa contoh yang diajarkan oleh para ‘Ulama.

Niat Suami menafkahi istrinya bukan agar disayang istri, bukan agar dilayani istri, bukan karena mencari ridho mertua, bukan karena menjaga nama baik di masyarakat. Niat Suami menafkahi istrinya dengan dasar taqwa adalah karena Allah memerintahkan dalam al-Qur’an:

“…Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya….”(Al-Baqarah : 233)

Dan untuk menjauhi larangan dari Allah dengan lisan Nabi-Nya:

Rasulullah bersabda: “Seseorang sudah cukup dianggap berdosa, ketika ia menyia-nyiakan orang yang wajib dia nafkahi.” (HR. Ahmad II : 160 dan Abu Dawud 1692) 

Kira-kira jika suami menafkahi istrinya dengan niat di atas, kemudian istri seperti tidak merasa cukup, tidak berterima kasih kepada suaminya, “teu nganuhunkeun”, apakah suami akan kecewa. Harusnya tidak. Dia menafkahi karena Allah bukan karena ingin mendapatkan hal tersebut.

Suami bersikap baik kepada istrinya, bertutur lembut, menuntun tangannya, menatapnya dengan penuh kasih sayang, memberinya hadiah dan hal-hal lain yang menyenangkan hati istrinya dan menjaga sikap dari hal yang dapat menyinggung hatinya bukan karena ingin mendapatkan balasan serupa dari istrinya. Bukan karena ingin terlihat romantis. Bukan karena ingin disebut pasangan ideal. Tapi karena Allah memerintahkan dengan lisan Nabi-nya:

Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrinya dan aku adalah yang paling baik kepada istriku. 

Dan untuk menjauhi larangan-Nya agar tidak bersikap buruk terhadap istrinya:

Rasulullah bersabda
Takutlah kepada Allah dalam persoalan wanita. Karena susungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang berada di bawah kekuasaan kamu, dan kamu ambil mereka itu dengan amanah Allah dan kamu dihalalkan menggauli mereka berdasarkan kalimat Allah.” 

Suami ridho atas kekurangan istrinya, istri saya cerewet, banyak tanya, pencemburu dan lain-lain kekurangan yang mungkin ada pada istri kita. Bukan karena takut pada istrinya. Karena ketidakmampuan menasihatinya. Namun suami ridho, berusaha memperbaikinya, dan tidak menjadikan kekurangan istrinya sebagai alasan untuk tidak berbuat adil kepadanya karena perintah Allah:

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا
“…Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (Qs. An-Nisa’: 19).

Bagi istri, istri tunduk patuh taat kepada suami demi untuk menjalankan perintah Allah dan larangan-Nya. Bukan karena niat mendapat perlakuan istimewa dari suaminya, bukan karena ingin disebut menantu teladan, tapi karean Allah Memerintahkan dengan lisan Nabi-Nya:

 “Bila seorang wanita melakukan shalat lima waktu dan berpuasa pada bulan Ramadhan serta menjaga kehormatan dan mentaati suaminya, maka dia berhak masuk surga dari pintu manapun yang engkau kehendaki.” [HR. Ibnu Hibban dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]

Masukmu ke dalam surga atau neraka itu bergantung sikapmu terhadap suamimu.” 

Demikian pentingnya unsur ketaatan istri kepada suami sehingga Rasulullah bersabda, “Sekiranya aku menyuruh seorang untuk sujud kepada orang lain. Maka aku akan menyuruh wanita bersujud kepada suaminya karena besarnya hak suami terhadap mereka.” 

Seorang istri berdandan, pergi ke salon, mengenakan perhiasan yang menawan, dibalut pakaian yang indah hanya untuk suaminya demi untuk menjalankan perintah dan larangan Allah:

Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan hatimu jika engkau memandangnya dan mentaatimu jika engkau memerintahkan kepadanya, dan jika engkau bepergian dia menjaga kehormatan dirinya serta dia menjaga harta dan milikmu.” 


Hadhirin wal Hadhirot Rahimaniy wa Rahimakumullah
Mempelai Pria, Mempelai Perempuan,

Dijamin oleh Allah dengan kita menjalankan pernikahan kita dengan taqwa, melakukan atau meninggalkan sesuatu demi hanya untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhi larangannya, seperti contoh-contoh diatas maka Allah akan memberikan kebahagiaan kepada kita dan akan selalu memberikan jalan keluar dari apapun rintangan dalam pernikahan kita. Allah berfirman:

{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا } { وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ }
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (QS. Ath Tholaq: 2-3)

Akhirul kalam, khotib berwasiat kepada diri khotib dan kepada hadirin wal wadhirot khususnya kedua mempelai agar selalu bertaqwa kepada Allah dalam menjalankan pernikahan.
Aqulu qouli hadza, astagfirullaaha lii wa lakum.

“Barakallahu laka wa baraka ‘alaika, wa jama’a bainakuma fi khair”
Mudah-mudahan Allah memberkahimu, baik ketika senang maupun susah dan selalu mengumpulkan kamu berdua pada kebaikan”
(HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Ibn Majjah)

SUBHANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA ASYHADU ALAA ILAAHA ILLA ANTA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA

Wassalammu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh



عِبَادَتِكَ وَحُسْنِ وَشُكْرِكَ ذِكْرِكَ عَلَى أَعِنِّى اللَّهُمَّ
Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.
Ya Allah, tolonglah kami untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu

ALLAAHUMMA ASHLIHLANAA DIININAA ALLADZII HUWA ‘ISHMATU AMRINA,
Ya Allah, perbaikilah urusan agama kami yang menjadi penjaga bagi setiap urusan kami.
WA ASHLIHLANAA DUNYANAA ALLATIY FIIHAA MA’AASYINA,
Perbaikilah dunia kami yang di situlah urusan kehidupan kami
WA ASHLIHLANA AAKHIROTINA ALLATIY FIIHAA MA’ADINAA,
Perbaikilah akhirat kami yang ke sanalah kami akan kembali
WAJ’ALIL HAYAATA ZIYAADATALLANAA FII KULLI KHOIRIN,
Jadikanlah hidup kami ini sebagai tambahan kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan,
 WAJ’ALIL MAUTA ROOHATALLANA MIN KULLI SYAR
dan jadikanlah kematian kami sebagai tempat peristirahatan dari setiap kejahatan."


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”


رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Tidak ada komentar: