Senin, 20 Agustus 2012

Meninggalkan Ramadan dengan Rohbah...


Khutbah ‘Iedul Fithri 1433H
Masjid Nurul Iman, Nusa Indah II Garut
Redi R. Ahmad
19/8/2012


Assalammu’alaikum Warohmatullloohi Wabarokatuh,
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

AmmaBa’du

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا أَمَّا بَعْدُ



اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  لَا إلَهَ إلَّاللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Segala puji kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas berbagai nikmat yang tidak akan bisa kita hitung. Nikmat beribadah shaum di bulan Ramadan tahun ini, nikmat sahur, nikmat tilawah al-Qur’an, nikmat berbuka bersama di masjid-masjid, nikmat shalat tarawih/qiyamul lail, nikmat mengeluarkan zakat-infaq-shodaqoh, nikmat i’tikaf, nikmat mencari Lailatul Qadr, malam 1000 bulan. Dan nikmat kesempatan dan kesehatan di pagi ini sehingga kita dapat melaksanakan Shalat ‘Idul Fithri berjama’ah di tempat yang mulia ini.
InsyaAllah kita melakukan Shalat ‘Iedul Fitri ini sebagai bentuk ketaatan kita kepada syari’at Islam, ketundukan dan kepatuhan kita kepada Allah dan Rasul-Nya karena Allah telah memerintahkan kita melaksanakan Shalat ‘Idul Fithri seperti termaktub dalam al-Qur’an surat al-A’la ayat 14-15:

قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّى 14 وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى 15
“Sungguh beruntunglah orang yang (tazakka) membersihkan diri (dengan zakat fitrah), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia melaksanakan Shalat.” (QS.87:14-15)

Dan dalam Hadits Riwayat Muslim,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat ‘Ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) (untuk melaksanakan Shalat ‘Ied) (juga) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”
Betapa pentingnya syi’ar ‘Ied ini bahkan wanita yang sedang haidh pun diperintahkan untuk datang dan mendengarkan khutbah ‘Ied dari luar tempat shalat.
Dan dari sejak awal waktu Syawal dimulai dari waktu Magrib kemarin kita pun bertakbir, bertahmid dan bertasbih melaksanakan perintah Allah dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 185:

وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 185
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (yaitu Shaum Ramadan 29/30 hari) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir, tasbih, tahmid) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS.2:185)

Semoga kita semua dengan menjalankan perintah Allah dan sunnah-sunnah Rasul-Nya dalam bulan Ramadan dan berhari raya ini termasuk orang yang bertakwa bersyukur. Aamiin, Aamiin, Ya Allah, Ya Robbal ‘Alamin. 


اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  لَا إلَهَ إلَّاللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Pada suatu waktu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkumpul dengan para sahabatnya, kemudian beliau berkehendak untuk menyampaikan khutbah kepada sahabat-sahabatnya.
Rasulullah kemudian naik ke atas mimbar (tiba-tiba) beliau saw. berkata, “Amin, amin, amin”. Para sahabat bertanya. “Kenapa engkau berkata ‘Amin, amin, amin, Ya Rasulullah?”Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : ‘Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin’.
Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!’, maka aku berkata : ‘Amin’.
Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata lagi. ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin”.

Ikhwatiy Fillaah, Saudaraku di jalan Allah, Jibril mendoakan kemudian diaminkan oleh Rasulullah bahwa “Celaka orang yang keluar dari bulan Ramadhan tetapi tidak diampuni dosanya oleh Allah..” (3x)

Bagaimana dengan kita, apakah termasuk yang beruntung yang keluar dari Ramadan dengan terampunkan dosa, atau sebaliknya kita termasuk orang yang didoakan oleh Jibril diatas. Na’udzubillaahi min dzalik, Na’udzubillaahi min dzalik...

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Umar bin ‘Abdul Aziz, yang oleh sebagian ‘Ulama disebut termasuk sebagai Khulafaur Rosyidin yang kelima yang mengikuti jejak Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifatu rasulillah, berkata dalam Khutbah Idul Fitri di masanya. Berdiri beliau di mimbar, dipandangnya jama’ah Shalat ‘Iedul Fithri dengan tatapan yang lembut, terlihat olehnya pancaran kebahagiaan dari kaum muslimin dan muslimat dengan baju terbaiknya, pancaran kebahagiaan dari anak-anak yatim yang tersantuni, dhuafa yang tercukupi kebutuhannya dengan zakat fithrah dan zakat maal yang diperolehnya, kebahagiaan muslimin dan muslimat yang berharap memperoleh taqwa setelah satu bulan penuh shaum di bulan Ramadan.
Kemudian dengan mata berkaca-kaca beliau berkata:
“Wahai sekalian manusia, kalian telah berpuasa selama 30 hari (29 hari). Kalian pun telah melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya, kalian pun keluar dan memohon pada Allah agar amalan kalian diterima. (dan sudah sepantasnyalah kalian berbahagia di hari ini) Namun (tahukah kalian) sebagian salaf (as Shalih, Shahabat, Thabi’in dan Tabi’ut Thabi’in) bersedih hati di hari raya Idul Fithri (ini). (Ketika) Dikatakan  kepada mereka, “Sesungguhnya hari ini adalah hari penuh kebahagiaan.”  Mereka menjawab, “Kalian benar (hari ini hari penuh kebahagiaan). Akan tetapi aku adalah seorang hamba. Aku telah diperintahkan oleh Rabbku untuk beramal, namun aku tidak mengetahui apakah amalan tersebut diterima ataukah tidak. (3x)
Sahabat ‘Ali bin Abi Thalib ra, beliau assabiqunal awwalun-kelompok pertama yang masuk Islam, menantu Rasulullah saw, khalifah ke 4 mengatakan, “Bukankah engkau mendengar firman Allah Ta’ala,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Ma-idah: 27)”

(kemudian beliau berkata dengan lirih...) (Sungguh) mereka para salaf begitu berharap agar amalan-amalan mereka diterima ...“
Masya Allaah, para salafusshalih, shahabat yang sudah dijamin bahwa Allah Ridho kepada mereka, Tabi’in dan Tabi’ut Tabi’in yang Rasulullah katakan sebagai khoirul kurun (masa terbaik), mereka khawatir amalan mereka di bulan Ramadan diterima atau tidak.
Inilah sikap Rohbah, rasa cemas/khawatir tidak diterimanya amal oleh Allah SWT, karena merasa banyak kekurangan baik dalam benarnya niat maupun dalam cara pelaksanaannya. Inilah sikap Rohbah yang akan membuat seseorang terus menerus memperbaiki dirinya dalam beribadah.

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا 90
“...Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas “(QS.21:90)



اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  لَا إلَهَ إلَّاللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Sikap Rohbah tidak hanya akan menjaga amalan yang sudah lalu, sebagai perisai yang kokoh dari godaan riya / sum’ah, ujub (berbangga diri) dan berpuas diri dengan amalan yang sudah dilakukan, namun akan menjaga amalan di masa depan.
Contoh, tim juara bertahan karena khawatir/Rohbah gelar juaranya direbut oleh tim lain maka ia akan mempersiapkan timnya semaksimal mungkin, berlatih sesering mungkin, membuat strategi sebaik mungkin agar ia dapat tetap mempertahankan gelar juaranya. Seorang pedagang yang khawatir/Rohbah pelanggannya pindah ke pedagang lain, ia akan menyiapkan barang dagangannya semaksimal mungkin, melayani pelanggan sebaik mungkin, menjaga kualitas produknya setinggi mungkin, agar ia dapat tetap mempertahankan pelanggannya.
Akan berbeda dengan orang yang berpuas diri dengan apa yang telah dilakukannya. Ia menjadi lengah. Ketika orang lain menjadi lebih baik karena terus memperbaiki dirinya, ia tetap jalan di tempat. Merugilah ia karena pada akhirnya orang lain akan menjadi lebih baik dari dirinya.
Lihatlah bagaimana al-Quran menggambarkan bagaiman orang-orang yang bersikap rohbah dalam menyikapi amalan di masa depan di QS. 21:90 ..

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan)
perbuatan-perbuatan yang baik ...

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Mari kita, dengan berbekal sikap Rohbah, di awal Ramadan ini menyiapkan amalan-amalan di 11 bulan ke depan. Amalan Ramadan telah berlalu, dan kita tidak tahu apakah amalan kita di bulan Ramadan ini layak untuk diterima Allah atau tidak. Mumpung kita masih diberi kesempatan, ayo kita siapkan yang terbaik untuk amalan kita di bulan-bulan mendatang. Jadikan amalan kita memang layak diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Bukankah kita sudah terbiasa 30 hari bangun di 2/3 malam untuk bangun sahur? Bukankah kita sudah terbiasa 30 hari qiyamul lail / Shalat Tarawih? Mari kita bangun di 2/3 malam di bulan ini dan bulan-bulan ke depan untuk qiyamul lail / shalat tahajud.
Bukankah kita sudah terbiasa 30 hari tidak lepas tilawah al-Qur’an tiap hari? Mari kita tilawah al-Qur’an setiap hari di bulan in dan bulan-bulan ke depan.
Bukankah kita sudah terbiasa mengeluarkan zakat-infaq-shodaqoh di bulan Ramadan? Mari kita tetap mengeluarkan zakat-infaq-shodaqoh di bulan ini dan bulan-bulan ke depan.


اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  لَا إلَهَ إلَّاللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Dengan sifat Rohbah tadi, tidaklah mengherankan bahwa ucapan yang disebutkan oleh para Salafusshalih pada hari Raya ‘Ied pada saat mereka bertemu setelah Shalat ‘Ied mereka saling berucap:
Taqabbalallahu minnaa wa minka / minkum 
(Semoga Allah menerima [amal ibadah] dari kami dan darimu)
Seperti yang disebutkan dalam hadits:
Ibnu Qudamah dalam kitab "Al-Mughni" (2/259) menyebutkan bahwa Muhammad bin Ziyad berkata: "Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : Taqabbalallahu minnaa wa minka.” Imam Ahmad menyatakan : "Isnad hadits Abu Umamah jayyid (bagus)"
Ucapan ini keluar dari hati yang Rohbah, yang khawatir dirinya termasuk kelompok yang didoakan celaka oleh Jibril dan diaminkan Rasulullah karena keluar dari Ramadan dengan tetap menanggung dosa karena tidak adanya kebaikan yang diterima Allah yang dapat menghapus dosa-dosanya.
Ucapan ini keluar dari hati yang Rohbah, yang cemas/khawatir ibadahnya selama Ramadan tidak diterima Allah sehingga dirinya termasuk orang-orang yang merugi. Yang cemas/khawatir Ibadah shaumnya tidak diterima, yang cemas/khawatir ibadah sahur, tilawah al-Qur’an, shalat tarawih/qiyamul lail, zakat-infaq-shodaqoh, ibadah i’tikafnya tidak diterima. Yang khawatir tidak mendapatkan Lailatul Qadr, malam 1000 bulan, yang sangat ia butuhkan untuk mengimbangi banyaknya dosa yang telah diperbuat. Yang khawatir ibadah Shalat ‘Idul Fithri ini tidak diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Ikhwatiy Fillaah, Saudaraku di Jalan Allah, mari kita setelah shalat ‘Iedul Fitri ini saling mendoakan diantara kita : “TAQOBALALLAAHU MINNA WA MINKUM, Semoga Allah menerima (amal ibadah) dari kami dan dari kamu/kalian.


اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ  لَا إلَهَ إلَّاللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Ma’asiral muslimin Rahimaniy wa Rahimakumullah
Mari kita berdoa kepada Allah agar kita dianugerahi sikap Rohbah, sikap khawatir amal-amal ibadah kita tidak diterima Allah karena merasa banyak kekurangan baik dalam benarnya niat maupun dalam cara pelaksanaan ibadah. Mari kita berdoa agar Allah memberikan kekuatan kepada kita agar dapat terus menerus memperbaiki diri dalam beribadah.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

    



 اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ وَفَوَّ ضْتُ أَمْرِي وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَهْبَةً وَرَغْبَةً إِلَيْكَ


Ya AIlah, kami berserah diri kepada-Mu, kami menyerahkan urusan kami kepada-Mu dan kami berlindung kepada-Mu dalam keadaan harap/Rogbah dan cemas/ROHBAH


Allahumma a’inna ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatik.
Ya Allah, tolonglah kami untuk berdzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu


ALLAAHUMMA ASHLIHLANAA DIININAA ALLADZII HUWA ‘ISHMATU AMRINA,
Ya Allah, perbaikilah urusan agama kami yang menjadi penjaga bagi setiap urusan kami.
WA ASHLIHLANAA DUNYANAA ALLATIY FIIHAA MA’AASYINA,
Perbaikilah dunia kami yang di situlah urusan kehidupan kami
WA ASHLIHLANA AAKHIROTINA ALLATIY FIIHAA MA’ADINAA,
Perbaikilah akhirat kami yang ke sanalah kami akan kembali
WAJ’ALIL HAYAATA ZIYAADATALLANAA FII KULLI KHOIRIN,
Jadikanlah hidup kami ini sebagai tambahan kesempatan untuk memperbanyak amal kebajikan,
 WAJ’ALIL MAUTA ROOHATALLANA MIN KULLI SYAR
dan jadikanlah kematian kami sebagai tempat peristirahatan dari setiap kejahatan."


اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin laki-laki dan wanita, kaum muslimin laki-laki dan wanita, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sesungguhnya, Engkau adalah Dzat yang Maha Mendengar, Mahadekat, Dzat yang mengabulkan doa.”

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Ya Rabb kami, berilah ampunan kepada kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu sebelum kami, dan janganlah Engkau membiarkan ada kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” 

اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِيْ أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْ مَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِهُدَاكَ وَاجْعَلْ عَمَلَهُ فِيْ رِضَاكَ، وَارْزُقْهُ الْبِطَانَةَ الصَّالِحَةَ النَاصِحَةَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ
Ya Allah, berilah kami keamanan di negeri kami, jadikanlah pemimpin kami dan penguasa kami orang yang baik. Jadikanlah loyalitas kami untuk orang yang takut kepada-Mu, bertakwa kepada-Mu, dan mengikuti ridha-Mu, yaa Rabbal ‘alamin. Ya Allah, berikanlah taufik kepada pemimpin kami untuk menempuh jalan petunjuk-Mu, jadikanlah sikap dan perbuatan mereka sesuai ridha-Mu, dan berikanlah teman dekat yang baik untuk mereka, yaa Rabbal ‘alamin.” [3]


رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَصَلىَّ اللهُ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ تَسْلِيمًا كَثِيرًا وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ اْلحَمْدُ لِلهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.

Wassalammu’alaikum Warohmatullaahi Wabarakatuh

Tidak ada komentar: