*) Tulisan ini merupakan ikhtisar dari kajian Ustadz Rizal Yuliar Putrananda, Lc. hari Ahad tgl 5 April 2015 / 15 Jumadil Akhir 1436H di Masjid Jannatul Firdaus Galaxy Bekasi Selatan. Adapun sebuah Ikhtisar tentu tidak akan selengkap yg disampaikan Ustadz pada saat kajian.
KEUTAMAAN SHALAT
Shalat lima waktu mempunyai beberapa keistimewaan dibandingkan semua ibadah wajib lainnya, di antaranya:
- Shalat 5 waktu merupakan ibadah yang Allah Ta'ala syariatkan kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam secara langsung tanpa perantara malaikat. Berbeda halnya dengan kewajiban lainnya yang diwajibkan melalui perantara malaikat.
- Shalat 5 waktu diwajibkan di langit sementara kewajiban lainnya diwajibkan di bumi.
Karenanya sangat pantas kalau shalat 5 waktu dikatakan sebagai ibadah badan yang paling utama
- Shalat adalah kunci masuk surga. Abu Salamah berkata bawa ia mendengar Rabi'ah ibn Ka'b Al-Aslami berkata, "Aku bermalam bersama Rasulullah Saw., aku juga pernah mengambilkan air wudhu dan air untuk buang hajat beliau. Lalu berliau bersabda, 'Mohonlah kepadaku.' Aku berkata, "Aku mohon agar dapat bersama dengan engkau di surga.' Beliau menegaskan, 'Adakah yang lain?' Aku menjawab, 'itu saja.' Beliau bersabda,
فَأَعِنِّى عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
"Bantulah aku (untuk mewujudkan cita-citamu) dengan memperbanyak sujud (shalat)." (HR. Bukhari dan Muslim)
KHUSYU' ADALAH HAL UTAMA DALAM SHALAT
Tidak cukup Shalat yang bisa menghilangkan keluh kesah lagi kikir, tapi Shalat yg "daaimuun" (khusyu). Seperti disebutkan dalam QS Al-Ma'arij sbb:
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.(19)
إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (20)
وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا
dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (21)
إِلَّا الْمُصَلِّينَ
kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, (22)
الَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ
yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, (23)
(QS. Al Ma'arij [70]:19-23)
Makna Daaimun ( دَائِمُونَ) :
Tafsir Ibnu Mas'ud: menjaga waktu dan semua kewajiban dalam shalat
Tafsir Ibnu Katsir: melaksanakannya dengan tenang dan khusyu'
Orang-orang beriman yang beruntung adalah orang yang khusyu' dalam shalat.
Lihat QS. Al-Mu'minuun ayat 1-2, yang ditekankan adalah khusyu' nya
{قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ، الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ}
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya" (QS al-Mu'minuun: 1-2)".
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengingatkan para sahabatnya untuk khusyu'. Padahal para sahabat adalah orang-orang yang paling baik ibadahnya.
Seperti diriwayatkan dalam HR. Al-Bukhari dan Muslim:
"Sesungguhnya beliau -shallallahu 'alaihi wasallam- bersabda: Apakah kalian melihat kiblatku di sini, demi Allah kekhusyu'an dan ruku' kalian tidak ada yang tersembunyi bagiku. Sesungguhnya saya melihat kalian dari belakang punggungku."
(Telah dikeluarkan oleh al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 418)
Sahabat saja diingatkan untuk khusyu', berarti lebih-lebih lagi untuk kita.
DEFINISI KHUSYU'
Khusyu' adalah bentuk mashdar dari خشع – يخشع - خشوعا . Secara etimologis menurut Ibnu Mandzhur, khusyu' adalah َ رمى ببصره نحو الأَرض وغَضَّه وخفَضَ صوته (mengarahkan pandangan ke bumi dan merendahkan suara). (Ibnu Mandzhur, Lisanul 'Arab, Juz. 8 hlm. 71, Maktabah Syamilah)
Lebih lanjut beliau (Ibnu Mandzhur) menjelaskan bahwa istilah khusyu' hampir sama dengan khudu'. Bedanya khudu' adalah الإِقْرار بالاستِخْذاء (tetap ) dan khusus pada badan. Sedangkan khusyu' ada pada badan, suara, dan pandangan. Sesuai dengan firman Allah yang menggunakan kata khusyu' pada tiga hal tersebut, yaitu
خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ
... (dalam keadaan) pandangan mereka khusyu' (tunduk ke bawah), lagi mereka diliputi kehinaan.
(QS. al-Qalam [63] : 43)
وَخَشَعَتِ الْأَصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلَا تَسْمَعُ إِلَّا هَمْسًا
... dan khusyu'lah (merendahlah) semua suara kepada Tuhan yang Maha pemurah, Maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.
(QS. Thaha [20] : 108)
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ
... banyak muka pada hari itu khusyu' (tunduk terhina),
(QS. al-Ghasyiyah [88]: 2)
Sedangkan secara terminologi menurut Muhammad Shalih al-Munjid khusyu' adalah:
الخشوع هو السكون والطمأنينة والتؤدة والوقار والتواضع والحامل عليه الخوف من الله ومراقبته
Khusyu' adalah diam, tenang disertai dengan mengagungkan, merendahkan hati dan ber-muraqabah (perasaan hati yang selalu diawasi) yang berimplikasi kepada rasa takut / khauf kepada Allah SWT.
Khusyu' juga bisa didefinisikan sebagai berikut :
الخشوع هو قيام القلب بين يدي الرب بالخضوع والذل المدارج
Khusyu' adalah tegaknya hati di hadapan Tuhan dengan jiwa yang tunduk dan merasa hina.
Lebih lanjut beliau menerangkan bahwasannya khusyu' tempatnya adalah di hati sedangkan buahnya ada pada anggota badan. (Muhammad Shalih Al-Munjid, 33 Sababan lil Khusyu'i fi al-Shalat, juz 1 hlm.1, Maktabah Syamilah)
Ali bin Abi Thalib menyampaikan bahwa arti khusyu' di surah al-Mukminun ayat 2. "(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya." Menurutnya, yang dimaksud dengan khusyuk adalah ketenangan yang berada dalam hati.
Maka jika hati seseorang khusyu', pendengaran, penglihatan, kepala, wajah dan semua anggota badannya ikut khusyu', (bahkan) semua yang bersumber dari anggota badannya". (Ibnu Rajab, Kitab "al-Khusyu' fish shalaah" [hal. 11-12]).
Imam Ibnul Qayyim berkata: "Para ulamasepakat (mengatakan) bahwa khusyu' tempatnya dalam hati dan buahnya (tandanya terlihat) pada anggota badan". (Kitab "Mada-rijus saalikiin" [1/521]).
Salah seorang ulama salaf ketika beliau melihat seorang laki-laki yang bermain-main dalam shalatnya: "Seandainya hati orang ini khusyu' maka akan khusyu' semua anggota tubuhnya". (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam "Majmu'ul fata-wa" [18/273])
Syaikh Muhammad bin Shaleh al-'Utsaimin berkata: "Para ulama menafsirkan (arti) khusyu' dalam shalat yaitu diamnya anggota badan yang disertai dengan ketenangan (dalam) hati. Maksudnya: menghadirkan/mengkonsentrasikan hati dalam shalat dan menjadikan anggota badan tenang, maka tidak ada perbuatan sia-sia dan bermain-main (dalam shalat) disertai hati yang hadir berkonsentrasi menghadap ke pada Allah Ta'ala. Tatkala hati (seorang hamba) menghadap kepada Allah Ta'ala yang maha mengetahui isi hati, maka pasti hamba tersebut akan (meraih) khusyu' (dalam shalatnya) dan memusatkan pikirannya kepada Zat yang dia sedang bermunajat kepada-Nya, yaitu Allah Ta'ala. Kalau demikian khusyu' adalah sifat ruhani dalam diri manusia yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan anggota badan". (Kitab "Fathu Dzil jalaali wal ikraam bisyarhi buluugil maraam" [1/571])
Pentingnya menghadirkan khusyu' di dalam hati ini mendasari Ibnul Qayyim dalam kitabnya al-Ruuh membagi khusyu' menjsdi dua jenis yaitu :
1. Khusyu' Iman, yaitu kekhusyu'an hati menghadap Allah SWT dengan penuh penghormatan, pengagungan, penghambaan, dan pengharapan sehingga timbul dalam hatinya perasaan malu dan cinta kepada Allah SWT dan kemudian berimplikasi kepada khusyu'nya (tenangnya) anggota badan.
2. Khusyu' Nifaq, yaitu khusyu' hanya pada anggota badan saja, sedangkan hatinya tidak. Pada khusyu' jenis ini khusyu' hanya ada pada anggota badan saja yang terkesan terlihat tenang, tunduk, namun hatinya jauh dari apa yang sebenarnya terjadi. Khusyu' jenis ini sangat dibenci oleh para ulama'. Karena pada khusyu' jenis ini seseorang hanya memperhatikan aspek dzahir saja sedangkan hatinya batinnya tidak. Hal ini sama halnya dengan sifat munafik yang sangat dibenci oleh agama.
(Ibnu al-Qayyim, Al-Ruuh, juz. 1 hlm. 232)
Sahabat Hudzaifah ibnul Yaman juga memperingatkan kita untuk meninggalkan khusyu' yang dibungkus kemunafikan (khusyu' nifaq).
KEUTAMAAN-KEUTAMAAN KHUSYU
Keutamaan Khusyu':
1. Menjadi Mu'min yg beruntung (al-Mu'minuun:2)
2. Sifatnya para Nabi
Allah Ta'ala memuji para Nabi dan Rasul Shallallahu'alaihi Wasallam dengan sifat mulia ini (khusyu'), yang mereka adalah hamba-hamba-Nya yang memiliki keimanan yang sempurna dan selalu bersegera dalam kebaikan. Allah Ta'ala berfirman:
{إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ}
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdoa kepada Kami dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' (dalam beribadah)" (QS al-Anbiyaa': 90).
3. Diberikan kemudahan dalam beribadah
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',
(QS.Al-Baqarah [2]: 45)
4. Allah Memuji orang yg khusyu' sebagai tanda ciri orang beriman dan akan mendapat maghfirah dan pahala yg besar.
Bahkan Allah Ta'ala menjadikan sifat agung ini termasuk ciri utama orang-orang yang sempurna imannya dan sebab keberuntungan mereka2, dalam firman-Nya:
إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(QS. al Ahzab [33]: 35)
5. Ciri orang yang diberi pengetahuan, seperti disebutkan di QS. al-Isyra 107-109:
قُلْ آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا ۚ إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا
Katakanlah: "Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, (107)
وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا
dan mereka berkata: "Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi". (108)
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا ۩
Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'. (109)
(QS. al-Isyra [17]: 107-109)
6. Dijauhkan dari kefasiqan
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِنْهُمْ فَاسِقُونَ
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati (khusyu') mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Al Hadid [57]: 16)
7. Diampuni Dosa
Dengan kekhusyu'an, akan diampuni dosa-dosa dan dihapus kesalahan-kesalahan, dan ditulislah shalat di timbangan kebaikan, sebagaimana disebutkan dalam Shahih Muslim, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنِ امْرِئٍ مُسْلِمٍ تَحْضُرُهُ صَلَاةٌ مَكْتُوبَةٌ فَيُحْسِنُ وُضُوءَهَا وَخُشُوعَهَا وَرُكُوعَهَا إِلَّا كَانَتْ كَفَّارَةً لِمَا قَبْلَهَا مِنَ الذُّنُوبِ مَا لَمْ يُؤْتِ كَبِيرَةً وَذَلِكَ الدَّهْرَ كُلَّهُ
Tidaklah seorang muslim mendapati shalat wajib, kemudian dia menyempurnakan wudhu`, khusyu' dan ruku'nya, kecuali akan menjadi penghapus bagi dosa-dosanya yang telah lalu, selama tidak melakukan dosa besar; dan ini untuk sepanjang masa. [HR Muslim]
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوْئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيْهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berwudhu seperti cara aku berwudhu, kemudian ia beranjak shalat dua rakaat tanpa terbersit atau membayangkan apapun dalam hatinya, maka Allâh Azza wa Jalla akan mengampuni dosa orang tersebut.
(HR al-Bukhâri, 158)
SEBAB-SEBAB YANG AKAN MENGHADIRKAN KHUSYU'
Sebab-sebab yg akan menghadirkan khusyu' diantaranya:
1. Memperkokoh keimanan kepada Allah SWT dan berusaha maksimal menghadirkan ketenangan/kedamaian di dalam jiwa ketika shalat.
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra'du [13]: 38)
2. Membaca Al-Qur'an, berdzikir dengan penuh tadabbur.
Membaca Al-Qur'an dengan penuh tadabbur akan menghadirkan kekhusyu'an seperti disebutkan dalam Qur'an surat Az-Zumar sbb:
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya (khusyu'), kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun.
(QS. Az-Zumar [39]: 23)
Berusaha mentadabburi Al-Qur'an dan dzikir adalah sifat para sahabat. Diriwayatkan dari 'Utsman bin Abil 'Ash radhiallahu 'anhu, ia berkata:
يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ حَالَ بَيْنِي وَبَيْنَ صَلاَتِي وَقِرَاءَتِي يَلْبِسُهَا عَلَيَّ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ خَنْزَبٌ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْ بِاللهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ عَلَى يَسَارِكَ ثَلاَثًا. قَالَ: فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَهُ اللهُ عَنِّي
"Wahai Rasulullah, setan telah menjadi penghalang antara diriku dan shalatku serta bacaanku." Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Itulah setan yang bernama Khanzab. Jika engkau merasakannya, maka berlindunglah kepada Allah darinya dan meludahlah ke arah kiri tiga kali." Aku pun melakukannya dan Allah telah mengusirnya dari sisiku. (HR. Muslim no. 2203 dari Abul 'Ala`)
3. Senantiasa menghisab / introspeksi diri
Umar bin Khattab Radhiyallahu anhu berkata, "Hisablah diri kalian sebelum dihisab, dan timbanglah amal kalian sebelum ditimbang (oleh Allâh) ….".
4. Melihat ke arah sujud dan menyelami apa yang kita baca di dalam shalat
5. Kesungguhan yang tinggi
6. Berupaya merasakan kelezatan, kenikmatan, kedamaian dalam shalat sebagaimana yg dirasakan oleh Rasulullah dan para sahabatnya
7. Bersegera menuju shalat (sebelum adzan sdh ke Masjid)
8. Belajar, merenungi dari khusyu' nya ibadah para sahabat
TINGKATAN MANUSIA DALAM SHALAT
Ibnul Qayyim berkata, "Tingkatan manusia di dalam shalat ada lima:
Pertama, orang yang sangat zalim terhadap dirinya sendiri. Mereka adalah orang yang wudhunya tidak sempurna, waktu shalatnya tidak terjaga, syarat dan rukunnya tidak diperhatikan;
Kedua, orang yang memperhatikan shalat, wudhu dan rukun-rukun lahiriah shalat. Akan tetapi ia lupa akan kesungguhan jiwa. Mereka terlena oleh bisikan dan gangguan yang ada dalam pikirannya;
Ketiga, orang yang menjaga syarat dan rukun shalatnya, dan jiwanya bersungguh-sungguh melawan bisikan dan gangguan. Mereka sangat semangat dalam melawan musuh-musuh agar tidak mampu mencuri shalat mereka. Orang seperti ini berada dalam shalat dan perjuangan;
Keempat, orang yang sangat memperhatikan shalatnya dan hatinya terfokus dalam ruh shalat dan penghambaan terhadap Rabbnya;
Kelima, orang yang mencurahkan segala pikiran dan hatinya untuk mencapai kekhusyukan yang paripurna di dalam shalat. Ia melihat Allah dengan hatinya dan ia sadar bahwa Allah selalu mengawasinya (ihsan). Hatinya penuh dengan cinta dan keagungan Allah. Seolah-olah ia melihat Allah dan ia hadir di hadapan-Nya. Bisikan dan godaan lenyap dari dirinya.
PENUTUP
Berusahalah untuk selalu khusyu' dalam setiap ibadah, terutama ibadah Shalat. Iringi dengan doa agar Allâh Membantu kita untuk memperbaiki ibadah kita.
اَللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
"Ya Allah! Bantulah aku untuk (selalu) berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan memperbaiki ibadah kepada-Mu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar